Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Abraham Galeh Reksadanu

Mengapa banyak orang takut dengan kecoa?

Eduaksi | 2025-01-04 15:13:35

Banyak orang takut dengan kecoa, padahal secara ukuran kecoa hanyalah hewan kecil yang bahkan tidak sulit untuk di matikan. Kecoa adalah salah satu serangga yang sering kali memicu reaksi ekstrem banyak orang. Ada yang menjerit, berlari menjauh, atau bahkan langsung mencari alat untuk mengusirnya. Namun, mengapa mahluk kecil ini begitu di takuti bahkan oleh orang dewasa.

1. Asosiasi dengan kotoran dan penyakit.

Kecoa dikenal sebagai hewan yang sering ditemukan di tempat-tempat kotor, seperti selokan, tempat sampah, atau saluran air. Kehadiran mereka sering diasosiasikan dengan penyakit, karena mereka membawa bakteri seperti salmonella dan E. coli yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan.

2. Gerakan yang cepat dan tak terduga

Salah satu alasan lain adalah gerakan kecoa yang cepat dan sering kali tak terduga. Ketika kecoa terbang atau lari secara mendadak, otak manusia merespons dengan lonjakan adrenalin yang memicu rasa takut atau jijik. Reaksi ini adalah bagian dari insting alami untuk menghindari ancaman.

3. Bentuk dan Penampilannya

Kecoa memiliki tubuh yang dianggap “tidak menyenangkan” bagi banyak orang: warna gelap, kaki berduri, dan antena panjang. Penampilan ini, meskipun biasa dalam dunia serangga, sering kali dianggap menjijikkan oleh manusia, terutama mereka yang kurang terbiasa dengan serangga.

4. Faktor Budaya dan Psikologis

Ketakutan terhadap kecoa juga diperkuat oleh faktor budaya. Dalam banyak film, iklan, atau cerita, kecoa sering digambarkan sebagai simbol kekotoran atau bahaya. Hal ini menciptakan stigma yang semakin memperkuat rasa takut.

5. Pengalaman Traumatis

Beberapa orang mungkin memiliki pengalaman buruk dengan kecoa, seperti pernah diserang kecoa terbang atau menemukan kecoa di tempat tidur. Pengalaman ini dapat meninggalkan trauma kecil yang sulit dilupakan.

6. Dampak pada Kesehatan Manusia

Bakteri yang dibawa kecoa dapat menyebabkan infeksi saluran pencernaan (seperti diare dan keracunan makanan), infeksi saluran pernapasan, serta penyakit kulit. Misalnya, Salmonella spp. dapat menyebabkan salmonellosis, sementara Staphylococcus aureus sering dikaitkan dengan infeksi kulit dan keracunan makanan. Dalam beberapa kasus, bakteri ini dapat menunjukkan resistansi terhadap antibiotik, sehingga menyulitkan pengobatan.

7.Upaya Pencegahan dan Pengendalian

Penelitian menyarankan pengendalian kecoa melalui sanitasi lingkungan yang baik, penyimpanan makanan yang benar, dan penggunaan insektisida bila diperlukan. Selain itu, pemahaman masyarakat terhadap peran kecoa sebagai vektor penyakit perlu ditingkatkan untuk mencegah penyebaran bakteri patogen di lingkungan sekitar.

Studi menunjukkan kecoa dapat membawa bakteri seperti Escherichia coli, Salmonella spp., Klebsiella pneumoniae, Staphylococcus aureus, dan Pseudomonas aeruginosa. Mikroorganisme ini sering ditemukan pada permukaan tubuh kecoa, saluran pencernaan, hingga kotorannya. Bakteri tersebut umumnya diambil kecoa dari lingkungan yang tercemar, seperti tempat sampah, saluran air kotor, dan limbah rumah tangga.

Meskipun kecoa dianggap mengganggu, penting untuk diingat bahwa mereka juga memiliki peran ekologis, seperti membantu proses dekomposisi. Namun, ketakutan terhadap kecoa tetap menjadi fenomena yang menarik untuk dipelajari, karena menunjukkan bagaimana manusia bereaksi terhadap makhluk kecil yang tak berdaya, tetapi mampu menciptakan teror besar.

Referensi:

• Gutiérrez, R., et al. (2020). “The role of cockroaches in the transmission of

multidrug-resistant bacteria in urban environments.” Journal of Medical Entomology.

• Pai, H. H., et al. (2003). “Cockroaches as potential vectors of nosocomial

infections.” Infection Control and Hospital Epidemiology.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image