Brain Rot, Pembusukan Otak yang Disebabkan oleh Media Sosial
Edukasi | 2025-01-02 21:48:16Di era digital sekarang, media sosial telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Namun, media sosial ibarat pisau yang bermata dua yang memiliki manfaat dan juga memiliki dampak negatif bagi penggunanya. Belakangan ini cukup tren istilah “brain rot” sampai-sampai kata ini terpilih menjadi Oxford Word of The Year 2024. Media sosial dituduh sebagai salah satu penyebab dari “brain rot.” Brain rot adalah istilah yang menggambarkan “pembusukan otak” akibat seringnya mengonsumsi konten berkualitas rendah di media sosial. Istilah ini mengacu pada menurunnya kemampuan kognitif dan intelektual seseorang.
Media sosial menjadi salah satu penyebab dari brain rot, karena media sosial dirancang untuk bersifat adiktif, di mana media sosial akan menarik perhatian penggunanya selama mungkin dengan algoritma yang menyesuaikan konten yang disukai oleh pengguna. Penggunaan media sosial yang impulsif sangat berdampak negatif pada kemampuan berpikir kritis, problem solving, dan kesehatan mental.
Melansir dari CNNIndonesia.com, menurut Psikolog Afifah Fatin, media sosial sangat berdampak untuk menyebabkan brain rot, karena aktivitas bermain medsos seperti Instagram, TikTok, atau You Tube Shorts yang kontennya cukup singkat, dengan maksimal 30 detik sampai 60 detik yang sifatnya menghibur. Seseorang akan mendapatkan kepuasan secara instan dan dari kepuasan instan tersebut, jika dirasa suatu konten tidak menyenangkan atau membosankan, seseorang akan terus-menerus melakukan scrolling.
Berikut ini beberapa dampak negatif yang disebabkan oleh brain rot:
1. Mengancam kesehatan mental
Brain rot dapat menyebabkan terganggunya kesehatan mental. Di era digital ini, banyak orang berlomba-lomba untuk memposting prestasi yang telah mereka capai. Oleh karena itu, sering kali seseorang membandingkan dirinya dengan orang lain, di mana hal tersebut dapat membuat seseorang merendahkan dirinya sendiri sehingga timbul rasa pesimis, stress, atau bahkan depresi.
2. Penurunan fungsi kognitif
Seseorang yang selalu terpapar oleh konten berkualitas rendah di media sosial akan mengalami penurunan fungsi kognitif. Misalnya, sulit mengingat informasi baru atau informasi yang telah didapat, sulit fokus dan mudah terdistraksi, kesulitan dalam berpikir kritis, lambat dalam mempelajari hal baru, dan terganggunya problem solving.
3. Menurunnya produktivitas
Penggunaan media sosial yang intens dapat menurunkan produktivitas. Seseorang akan mudah terdistraksi ketika hendak mengerjakan suatu tugas, karena rasa ingin bermain media sosial yang cukup tinggi.
4. Menurunnya hubungan sosial
Seseorang akan mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain, sulit untuk memahami orang lain, dan kesulitan untuk mengambil keputusan dalam hubungan.
Media sosial bukanlah ancaman bagi kita, tetapi cara kitalah yang salah dalam menggunakannya. “Brain rot” merupakan alarm peringatan bagi kita semua untuk menyadarkan kita betapa bahayanya teknologi dalam memengaruhi otak dan kesehatan mental. Dengan penggunaan yang bijak, kita dapat merasakan manfaatnya tanpa harus mengorbankan kemampuan kognitif dan kesehatan mental.
Semua tergantung kita: apakah kita akan membuat otak kita perlahan membusuk atau memegang kendali untuk menjaganya agar tetap sehat?
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.