Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Damay Ar-Rahman

Si Gadis Merah

Sastra | 2024-12-19 22:00:35
Ilustrasi. https://indofakta.com/html/news_29376.html

Malam semakin dingin. Angin Utara membawa debu-debu yang perlahan-lahan semakin tebal sehingga membuat awan terlihat lebih berkabut. Belum lagi udara luar yang sangat berembun, sehingga menutup pemandangan di pegunungan Semenanjung. Tidak biasa suasana separah ini. Apakah mungkin karena sedang musim hujan atau angin kencang? Empat anak muda di dalam mobil terlihat sedikit ketakutan karena mereka telah delapan jam berputara-putar di wilayah tersebut tanpa jalan keluar. Andi, Rusdi, Mala, dan Sayuti. Mereka adalah mahasiswa semester delapan di bidang Ekonomi. Kedatangan mereka ke desa Semenanjung tidak lain adalah tugas dari dosen mereka. Meneliti tanaman-tanaman di wilayah dataran tinggi. Hanya saja, kesalahan yang mereka lakukan adalah salah memilih lokasi tanpa bertanya pada teman yang lain.

Seharusnya, mereka lima jam yang lalu sampai di rumah masing-masing. Tapi, sekarang mereka entah bagaimana nasibnya. Konon, di desa itu akan didatangi perempuan berdada lebar dengan wajah rata. Berbaju merah darah dan berambut panjang. Wanita itu adalah gadis desa yang meninggal akibat ditabrak oleh mahasiswa yang tidak bertanggung jawab. Gadis itu ditemukan tewas di balik ilalang tengah jalan. Karena tidak terima anaknya meninggal tanpa yang menolong, sebab para warga takut melihat wajah gadis itu yang rusak, maka tidak ada satupun yang membawanya untuk dikebumikan. Hal itulah yang membawa orang tua si gadis bersekutu dengan iblis untuk membalaskan dendamnya di kampung tersebut. Maka, barangsiapa yang keluar di tengah malang terutama lewat sepuluh malam, akan dimangsa oleh arwah si gadis. Orang-orang menyebutnya hantu Gadis Merah.

Kembali pada empat mahasiswa tadi. Mereka masih juga belum menemukan jalan. Di hadapan mereka, sedikit berjarak jauh, terlihat sosok aneh berdiri di tengah jalan. Merekapun melambatkan mobil, lalu mengklakson agar sosok itu menghindar. Tetapi, sosok itu tetap tidak menggubris. Mala ingat dengan cerita kepala desa, cukup diam di dalam mobil, dan jangan menatap ke wajahnya maka tidak akan terjadi apa-apa. Keempat mahasiswa itupun menuruti perkataan kepala desa. Akhirnya, karena mereka terlalu lama menunggu sosok itu hilang dan juga karena kelelahan, merekapun tertidur dan pagi telah menjelang. Kabut-kabut tadi malam yang menyelimuti jalan telah hilang. Mala bernafas lega dan lainnya mengucap syukur.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image