Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Muhammad Irfan

Mimpi di Balik Langit Senja

Sastra | 2024-11-29 08:12:51

Langit senja di Desa Suryaning tak pernah gagal memukau siapa pun yang melihatnya. Warna jingga yang bercampur merah darah melukis cakrawala, seolah-olah Tuhan sedang memainkan kuas-Nya di atas kanvas langit. Desa kecil itu terletak di lembah, dikelilingi bukit-bukit hijau dan sawah yang menghampar luas. Bagi Kirana, senja adalah waktu yang paling ia tunggu setiap hari.

Kirana duduk di ujung dermaga kecil yang membentang ke tengah danau. Di tangannya, ada sebuah buku sketsa yang sudah usang. Di halaman-halaman buku itu, tergores berbagai gambar dan tulisan tentang mimpi-mimpinya. Sebagai anak desa, Kirana tahu bahwa mimpi besar sering dianggap mustahil. Namun, ia tak peduli.

“Sudah selesai menggambar?” suara seorang pria membuat Kirana menoleh.

Ternyata itu Bayu, sahabatnya sejak kecil. Pemuda dengan rambut berantakan dan senyum cerah itu menghampiri sambil membawa dua buah kelapa muda.

“Kau selalu tahu cara membuatku tersenyum,” kata Kirana sambil menerima kelapa muda dari tangan Bayu.

“Aku tahu kau akan di sini,” Bayu duduk di sampingnya. “Lagi-lagi menggambar langit?”

Kirana mengangguk. “Langit selalu berubah, Bayu. Tapi di balik perubahan itu, ada ketenangan yang sama. Aku ingin sekali terbang ke atas sana, melihat dunia dari ketinggian.”

Bayu tertawa kecil. “Kau ingin jadi pelukis langit atau pilot?”

“Entahlah, mungkin keduanya.”

Bayu menggeleng pelan, tapi matanya menunjukkan rasa kagum. Kirana berbeda dari gadis-gadis lain di desa ini. Ia punya semangat yang tak pernah padam, meskipun hidup mereka tak mudah. Ayah Kirana hanyalah petani biasa, dan ibunya bekerja sebagai penjual kue di pasar.

“Kalau aku, aku ingin punya bengkel sendiri,” kata Bayu, memecah keheningan. “Bukan cuma untuk motor, tapi juga pesawat kecil. Siapa tahu, aku bisa membuatkan pesawat untukmu nanti.”

Kirana menatap Bayu dengan senyum lebar. “Itu janji, ya?”

Malam itu, mereka duduk di dermaga sampai bintang-bintang bermunculan.

---

Hari-hari berlalu, dan mimpi Kirana perlahan mulai terasa jauh. Ayahnya sakit keras, dan Kirana harus membantu ibunya mencari nafkah. Sketsa-sketsa di bukunya mulai terabaikan.

“Sudah lama kau tak menggambar, Kirana,” kata Bayu suatu sore.

Kirana menghela napas. “Aku tak punya waktu lagi, Bayu. Ayah semakin lemah, dan sawah butuh dirawat. Mungkin mimpiku terlalu tinggi.”

Bayu menggenggam tangan Kirana. “Jangan bicara begitu. Mimpi itu tidak pernah terlalu tinggi, Kirana. Hanya butuh lebih banyak usaha untuk mencapainya.”

Tapi Kirana hanya tersenyum kecil.

---

Waktu berlalu cepat. Kirana kini berusia 20 tahun, dan Ayahnya telah tiada. Kehidupan di desa makin sulit, dan Kirana mulai bekerja sebagai buruh di pabrik tenun di kota kecil dekat desa mereka. Setiap hari ia pulang larut malam, tubuhnya letih.

Di lain sisi, Bayu tetap setia mendukung Kirana. Ia mulai bekerja di bengkel kecil milik pamannya. Diam-diam, Bayu menabung untuk mewujudkan mimpinya membuka bengkel sendiri.

Pada suatu malam, Kirana mendapati Bayu duduk di depan rumahnya sambil membawa sebuah kotak kayu.

“Apa itu?” tanya Kirana.

“Hadiah untukmu,” kata Bayu, menyerahkan kotak itu.

Kirana membuka kotak tersebut, dan matanya membelalak. Di dalamnya, ada sebuah buku sketsa baru. Halaman-halamannya kosong, siap diisi dengan mimpi-mimpi baru.

“Aku tahu kau menyerah pada mimpi lamamu. Tapi aku percaya, mimpi itu masih ada di hatimu. Jadi, mulailah lagi dari awal,” kata Bayu.

Air mata Kirana mengalir. Untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun, ia merasa harapan itu masih ada.

---

Dengan buku sketsa barunya, Kirana mulai menggambar lagi. Ia mengisi halaman-halaman itu dengan desain-desain pesawat kecil dan pemandangan langit. Ia juga mulai menabung, meskipun jumlahnya kecil.

Suatu hari, sebuah kabar datang ke desa. Sebuah program pelatihan penerbangan gratis untuk anak-anak muda berbakat akan diadakan di kota besar. Hati Kirana berdebar. Ini adalah kesempatan yang ia tunggu-tunggu.

“Bayu, aku ingin ikut program itu,” katanya dengan penuh semangat.

Bayu tersenyum lebar. “Aku tahu kau akan bilang begitu. Aku akan mendukungmu.”

Namun, untuk pergi ke kota besar, Kirana butuh biaya transportasi yang tak sedikit. Tabungannya belum cukup. Tanpa sepengetahuan Kirana, Bayu menjual sepeda motornya untuk membantu Kirana.

Ketika Kirana mengetahui hal itu, ia menangis. “Bayu, kenapa kau melakukan ini?”

“Karena aku percaya padamu, Kirana. Aku ingin melihatmu terbang.”

---

Pelatihan itu berlangsung selama enam bulan. Kirana belajar keras, mengatasi rasa takut dan tantangan. Ia bertemu banyak orang dari berbagai latar belakang, dan setiap harinya, ia merasa semakin dekat dengan mimpinya.

Namun, di saat yang sama, ia mulai merasa rindu pada desa dan orang-orang terdekatnya, terutama Bayu.

Ketika pelatihan selesai, Kirana berhasil meraih peringkat terbaik. Sebagai hadiah, ia mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan di akademi penerbangan di ibu kota.

---

Beberapa tahun kemudian, Kirana kembali ke desa dengan seragam pilot dan senyuman bangga. Ia telah menjadi pilot pesawat komersial.

Bayu, yang kini memiliki bengkel sendiri, menyambutnya dengan senyum lebar. “Kau benar-benar melakukannya, Kirana. Aku bangga padamu.”

Kirana memeluk Bayu erat. “Dan aku tak akan berhasil tanpa dukunganmu.”

Di bawah langit senja yang indah, mereka berbicara tentang mimpi-mimpi baru. Kirana berjanji, suatu hari ia akan mengajak Bayu terbang, melihat dunia dari atas awan.

Langit senja di Desa Suryaning menjadi saksi bahwa mimpi, seberapa pun tingginya, akan tercapai jika kita percaya dan berusaha keras.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image