Kehidupan di Bawah Bayang-Bayang FoMO: Dampak Konsumerisme pada Generasi Z
Gaya Hidup | 2024-11-28 07:03:16
Di era modern, situs media sosial telah menjadi faktor yang berkontribusi besar terhadap sensasi FoMo (Fear of Missing Out) di kalanagn Generasi Z, FoMO menjadi salah satu pendorong utama perilaku konsumsi karena keinginan selalu terlibat dalam tren dan pengalaman terbaru. Hal ini tidak hanya memengaruhi keputusan belanja mereka, tetapi juga menciptakan perilaku belanja impulsif dan gaya hidup konsumtif.
Apa itu FoMO?
FoMO merupakan sindrom kecemasan sosial yang ditandai dengan keinginan untuk terus terhubung dengan apa yang dilakukan oleh orang lain (Przybylski, 2013). FoMO merujuk pada perasaan cemas atau tidak nyaman yang muncul ketika seseorang merasa bahwa mereka melewatkan pengalaman atau informasi penting, terutama yang terlihat di media sosial. Perasaan itu sangat rentan dialami oleh Generasi Z yang tumbuh dan terbiasa dalam lingkungan digital. Mereka yang sering melihat influencer menikmati berbagai pengalaman, mulai dari makanan, fashion, tempat rekreasi, hingga mainan atau barang unik terbaru, dapat memicu keinginan untuk ikut serta. Hal ini menciptakan siklus di mana mereka merasa perlu untuk membeli barang atau mencoba pengalaman baru agar tidak ketinggalan tren.
Media Sosial sebagai Katalisator Sikap FoMO
Platform di media sosial yang berperan besar dalam memperkuat FoMO adalah Instagram dan TikTok, di sana tidak hanya menyajikan konten visual yang menarik tetapi juga menciptakan standar sosial yang berorientasi pada kemewahan dan status. Ketika orang lain memposting barang-barang baru atau pengalaman menarik, generasi Z yang melihat akan merasakan dorongan untuk mengikuti tren tersebut, yang berunjung pada pembelian impulsif, di mana keputusan belanja dilakukan tanpa perencanaan matang yang sesuai dengan kebutuhan sebenarnya.
Konsumerisme : Dampak dari FoMO
Menurut penelitian oleh McKinsey & Company, sekitar 24% konsumen Generasi Z di Indonesia mengidentifikasi diri mereka sebagai "premium shopaholics," yang menunjukkan kecenderungan untuk membandingkan produk dan melakukan pembelian impulsif. Ketika penawaran menarik dari e-commerce, seperti diskon atau promo gratis ongkir berkolaborasi dengan sikap FoMO seseorang akan semakin memperburuk situasi. Yang mana Generasi Z sering kali terjebak dalam lingkaran belanja impulsif sehingga tidak bisa mengontrol diri dalam menggunakan uang mereka, dampaknya tidak hanya merugikan keuangan pribadi, namun juga mengganggu kesejahteraan mental.
Konsumerisme di kalangan Generasi Z tidak hanya sekadar tentang membeli barang; namun juga merupakan cara untuk membangun identitas sosial. Banyak dari mereka percaya bahwa kepemilikan barang-barang tertentu dapat meningkatkan status mereka di mata orang lain. Meskipun masih banyak orang yang beranggapan perilaku FoMO tidak berdampak pada kondisi ekonomi, namun nyatanya banyak Generasi Z merasa tertekan untuk terus berbelanja demi mempertahankan gaya hidup yang dianggap "normal" oleh media sosial. Hal ini menciptakan tantangan dalam mengelola keuangan pribadi. Mereka sering kali menghabiskan lebih dari penghasilan mereka hanya untuk membeli barang yang sedang tren, meskipun harganya mungkin tidak sebanding dengan nilai sebenarnya dan tanpa mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang dari kebiasaan konsumtif tersebut.
Solusi mengatasi perilaku FoMO
Mengatasi dampak negatif FOMO pada Generasi Z memerlukan pendekatan yang holistik:
1. Membatasi diri terhadap paparan konten yang memicu perasaan ketinggalan, seseorang dapat lebih fokus pada pengalaman nyata daripada virtual dan mengurangi waktu penggunaan media sosial.
2. Membuat daftar prioritas finansial dan personal dapat membantu Generasi Z memfokuskan perhatian mereka pada tujuan yang lebih penting daripada membandingkan diri dengan orang lain.
3. Membangun kesadaran diri pentingnya menghargai apa yang dimiliki dan fokus pada pencapaian pribadi, sehingga dapat membantu mengalihkan perhatian dari tekanan sosial.
FoMO yang marak terjadi saat ini, telah menciptakan pola konsumsi yang tinggi di kalangan Generasi Z, mendorong perilaku belanja impulsif dan gaya hidup konsumtif. Dengan memahami dampak dari fenomena ini dan menerapkan strategi pengelolaan keuangan serta membangun kesadaran diri dalam membatasi penggunaan media sosial, Generasi Z dapat mengatasi tantangan ini. Penting bagi Generasi Z untuk menemukan keseimbangan antara menikmati kehidupan dan menjaga kesehatan finansial serta mental agar tidak terjebak dalam siklus konsumsi yang merugikan diri sendiri.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.