Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image DINA RENANTI SITOMPUL

Mental Mahasiswa Rantau di Pulau Jawa, apakah Dipaksa untuk Kuat??

Pendidikan dan Literasi | 2024-11-26 07:46:49

Dina Renanti Sitompul- 182241038- Universitas Airlangga

Sumber: https://sl.bing.net/k57QR0BxzQ4

Ternyata Tuhan sudah membawa saya sejauh ini....

Apakah diantara pembaca ada yang pernah berpikir demikian? Anak kecil ayah ibu ternyata sekarang sudah tumbuh dewasa dan harus pergi merantau meninggalkan rumah kecil itu. Awalnya saya pikir merantau adalah hal yang mudah tetapi nyatanya tidak semudah itu. Kenyataannya masih sering merasa sendirian kan? “Ya, itu pasti dan selalu saya rasakan. Namun tidak mengapa semua ini akan terbalaskan dengan hasil yang memuaskan untuk cita-cita yang luar biasa” ujar saya untuk memberi semangat pada diri ini.

“Merantau lah agar dirimu tahu apa itu arti perjuangan” ungkapan tersebut yang selalu menjadi penyemangat saya dalam menjalani hari-hari di tanah rantau. Secara umum dalam masyarakat Batak, merantau adalah salah satu bagian dari kebiasaan yang sering dilakukan oleh para anak muda dengan pergi meninggalkan kampung halaman untuk mencapai tujuan tertentu dalam hidupnya dan tidak dapat dipastikan kapan akan kembali ke tanah kelahiran. Banyak hal yang membuat seseorang pergi merantau diantaranya, ingin melanjutkan pendidikan tinggi untuk mengejar cita-cita, dan untuk mencari jati diri serta kehidupan yang lebih baik.

Salah satu pulau yang menjadi incaran untuk melanjutkan pendidikan sebagian besar masyarakat di Indonesia adalah Pulau Jawa dengan persentase 60 persen dan 40 persen lainnya tersebar diseluruh pulau di Indonesia. Bagi mahasiswa rantau apalagi yang berasal dari luar pulau, seperti saya yang merantau ke pulau Jawa dengan asal Pulau Sumatera bukanlah hal yang mudah, yaitu harus beradaptasi dengan banyak hal seperti dengan perbedaan iklim, perbedaan lingkungan, dan perbedaan budaya dan gaya bahasa masyarakat sekitar yang dimana kebanyakan masyarakat pulau Jawa menggunakan Bahasa Jawa dalam kehidupan sehari-hari. Disini mental anak rantau sedang diuji karena harus bisa menyesuaikan dan belajar untuk memahami perbedaan bahasa dan budaya yang digunakan, namun tidak melupakan identitas dan budaya asal sebagai anak sumatera karena adaptasi ini akan memberikan dampak positif dengan memperluas wawasan sebagai anak rantau dan dapat menempatkan diri bagaimana beradaptasi, berinteraksi dengan orang-orang dari latar belakang yang berbeda dan budaya yang berbeda. Mental seorang mahasiswa rantau apalagi yang berasal dari Sumatera yang merantau ke Jawa sudah tidak diragukan lagi, jiwa semangat untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, sikap mandiri yang membentuk mental dengan melakukan apapun sendirian, hingga tekanan emosional karena seringkali rindu akan kampung halaman.

Karena sudah menjadi mahasiswa rantau, sering kali membuat diri saya rindu dengan orang tua dan suasana rumah di kampung halaman. Yang awalnya selalu makan masakan ibu, namun sekarang tidak bisa dirasakan lagi ketika merantau dan setiap hari saat merantau selalu memikirkan akan makan apa setelah ini. Namun, saya tahu bahwa rasa rindu tersebut akan membuat saya ingat tujuan awal merantau dan semangat dalam menjalani hari-hari di perantauan agar pulang dengan berhasil nantinya.

Kekuatan mental anak rantau apalagi yang berasal dari Sumatera tidak perlu diragukan lagi, mereka memiliki mental yang kuat dan tidak hanya terletak pada kemampuan untuk bertahan dalam kondisi sulit, tetapi juga pada kemampuan untuk tidak mudah terpengaruh dan terbawa arus dengan situasi yang memungkinkan membawa dampak buruk dikemudian hari. Apabila sedih dan rindu rumah selalu menangis sendirian di pojok kamar kost dan mulai melihat-lihat isi album kenangan ketika masih di rumah, haha itu adalah hal yang sangat wajar.

Sebagai mahasiswa rantau apalagi ngekost sendirian dan tidak ada satupun saudara di tanah rantau terkadang membuat saya iri dengan teman-teman mahasiswa lain yang dekat dengan keluarga dan bisa selalu pulang ke rumah setelah kuliah, itu adalah salah satu hal yang patut disyukuri karena tidak semua orang mendapat kesempatan seperti itu. Terkadang raga dan pikiran ini tidak berada disatu tempat yang sama.

Raga di tanah rantau namun pikiran masih berada di kampung halaman. Tetapi hal itu tidak menjadi sebuah masalah besar karena ada hal yang harus selalu diingat ketika cape dan ingin menyerah didunia perkuliahan yaitu ada orang tua yang berusaha sekuat tenaga untuk mencukupi kebutuhanmu selama kuliah. Maka dari itu, harus selalu semangat mengejar impian dan cita-cita yang sudah diusahakan sejauh ini terutama untuk anak-anak rantau karena ada orang tua yang harus kita banggakan.

Beberapa hal yang dapat dipelajari sebagai mahasiswa rantau adalah bagaimana sikap kita untuk bisa keluar dari zona nyaman dan melihat berbagai kesempatan di luar sana, karena merantau ke pulau jawa adalah sebuah proses yang panjang. Disamping proses yang panjang tersebut, sebagai mahasiswa kita harus bisa survive dan berkembang dengan skill dan kemampuan yang semakin baik setiap harinya dengan belajar sungguh-sungguh dan aktif dalam kegiatan kampus yang pastinya akan memberikan dampak positif bagi kehidupan kita.

Nah, sebenarnya apakah mentalmu sekuat itu, apakah terkadang kamu merasa sendirian dan merasa cape sampai harus berusaha kuat sendirian dirantau orang? Ya seringkali pasti merasakan hal itu, namun kembali lagi ke penjelasan yang sudah disampaikan diawal bahwa semua itu adalah sebuah perjuangan untuk kehidupan dan masa depan yang lebih baik.

Semangat untuk anak-anak rantau. Jangan lupa jaga kesehatan, berikan yang terbaik untuk keluargamu di kampung halaman.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image