Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Safira Putri Nurhaliza

Perempuan dan Anak dalam Jaringan Narkoba: Kisah Kelam yang Jarang Tersorot

Eduaksi | 2024-11-12 18:51:30

Ketika berbicara soal penyalahgunaan narkoba, bayangan kita mungkin langsung tertuju pada sisi gelap kehidupan: jaringan gelap, kriminalitas, dan kehancuran hidup penggunanya. Dalam hal ini, perempuan dan anak menjadi kelompok paling rentan yang jarang menjadi sorotan tapi memiliki dampak yang sangat nyata.

Sumber: Canva

Menurut hasil pencarian Google pada 9 November 2024, kata kunci anak dan narkoba menunjukkan angka pencarian tertinggi yakni 25.200.000 dalam waktu 0,43 detik, diikuti oleh hasil pencarian kata kunci perempuan dan narkoba sebanyak 13.100.000 dalam waktu 0.42 detik. Ini menunjukkan bahwa realitas yang terjadi di publik adalah dampak narkoba pada dua kelompok ini semakin meningkat. Kenapa? Karena perempuan dan anak memang sering kali menjadi korban paling rentan, terperangkap dalam situasi yang kompleks dan sulit keluar.

Kenapa Perempuan Lebih Rentan?

Perempuan yang terjerat narkoba bukan hanya sekadar “pengguna.” Mereka adalah individu yang sering kali terjebak dalam tekanan sosial, ekonomi, hingga kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

Begitu mereka terjerumus, stigma langsung menghantam. Perempuan pengguna narkoba dianggap melanggar norma sosial dan moral. Mereka tidak hanya dihakimi masyarakat, tetapi sering kali juga dikucilkan oleh keluarga sendiri. Ini menjadi penghalang besar bagi mereka untuk mencari bantuan atau mengikuti program rehabilitasi.

Padahal, dampaknya begitu nyata. Secara fisik, narkoba merusak tubuh mereka. Risiko komplikasi kehamilan melonjak tinggi, belum lagi ancaman kerusakan organ tubuh. Di sisi mental, perempuan pengguna narkoba lebih rentan terhadap depresi dan kecemasan, yang akhirnya memperburuk kondisi mereka.

Anak-anak: Korban yang Tak Berdaya

Sementara itu, anak-anak juga tak luput dari dampak buruk narkoba. Mereka yang lahir dari ibu pengguna narkoba sering kali harus menanggung akibatnya sejak dini. Gangguan tumbuh kembang menjadi hal yang biasa terjadi. Lebih buruk lagi, banyak dari mereka yang terpaksa terlibat langsung dalam jaringan narkoba.

Bayangkan anak-anak kecil dijadikan kurir narkoba. Mereka dieksploitasi oleh orang dewasa dalam sistem yang tak mengenal belas kasihan. Tekanan ini tidak hanya membahayakan fisik mereka, tetapi juga mental. Trauma yang mereka alami sering kali sulit dipulihkan, meninggalkan bekas luka yang mendalam di masa depan mereka.

Apa yang Harus Dilakukan?

Masalah ini tidak bisa dibiarkan begitu saja. Peran keluarga sangat penting sebagai benteng pertama. Edukasi soal bahaya narkoba harus dimulai dari rumah. Sosialisasi tentang bahaya narkoba harus digencarkan, khususnya lewat platform yang relevan bagi generasi muda, seperti media sosial.

Perempuan dan anak-anak bukan sekadar angka dalam statistik narkoba. Mereka adalah individu dengan cerita, perjuangan, dan masa depan yang masih bisa diselamatkan. Perlu adanya sinergi antara keluarga, pemerintah, dan masyarakat luas untuk mencegah dan mengatasi masalah ini. Karena dengan pendekatan yang tepat dapat memberikan harapan baru bagi kelompok rentan ini.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image