Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Rio Nazar Rifaldo - Universitas Airlangga

Soto Ayam Khas Tulungagung: Kuah Kaya Rempah, Mampu Menggoyangkan Lidah!

Kuliner | 2024-11-08 14:10:55

Ketika mendengar kata "soto," pikiran kita mungkin langsung melayang ke Bandung, Jepara, Kudus, Semarang, Padang, Madura, atau Betawi. Namun, tidak dipungkiri di tengah seluk-beluk kota metropolitan (Surabaya) ini, tepatnya di Jalan Brata Jaya XIX No. 92, Gubeng, Surabaya, ternyata terselip sebuah keunikan kuliner yang jarang diketahui dan mungkin bahkan asing di telinga, yakni Soto Ayam Khas Tulungagung.

Sebagai seorang mahasiswa Universitas Airlangga, penemuan kuliner ini bukan sekadar soal kesederhanaan dan kenikmatan, tetapi juga tentang identitas dan kebanggaan regional akan makna makanan khas Nusantara tersebut. Soto Ayam, yang telah menjamur mulai dari Sabang hingga Merauke, kini telah hadir dengan label "Khas Tulungagung" di Kota Pahlawan ini. Pertanyaannya, apakah ini hanya sekadar kelezatan atau terdapat keistimewaan di dalamnya?

Warung Soto Ayam ini bukanlah tempat yang agung, glamor, dan sangat jauh dari kata megah. Bangunan warung ini berdiri kokoh dengan cat warna putih yang mendominasi sekaligus menjadi pembeda dengan warung makanan lainnya. Di sini merupakan tempat sandaran untuk memanjakan lidah; ia adalah tempat sandaran bagi anak kos maupun para pekerja yang mencari makanan dengan harga bersahabat. Dengan merogoh kocek 15 ribu rupiah saja, kita sudah bisa mendapatkan satu porsi nasi Soto Ayam lengkap dengan kentang goreng, oseng-oseng hati ampela, dan satu bungkus kerupuk udang yang mampu menggugah selera makan. Ini adalah sajian sekaligus tawaran yang enggan untuk ditolak, terutama jika dibandingkan dengan harga pasaran Soto Ayam di Kota Pahlawan yang berkisar 20 ribuan.

Namun, apa yang membuat Soto Ayam ini berbeda? Menurut beberapa sumber rujukan, Soto Ayam Khas Tulungagung memiliki cita rasa yang otentik, perpaduan bumbu dapat menyatu di lidah, dan kuahnya bersifat bening (tidak dicampur dengan santan). Kuahnya yang terbuat dari air putih yang didihkan lalu dicampur dengan bumbu-bumbu yang khas, memberikan cita rasa yang umami dan tentunya tak tertahankan untuk dinikmati. Kuah sotonya yang berwarna begitu kuning pekat, kaya akan rempah-rempah, dan terdapat kaldu ayam yang gurih di dalam kuah Soto Ayam ini menjadikan aroma khas tersendiri jika dibandingkan dengan Soto Ayam pada umumnya. Soto Ayam Khas Tulungagung tidak menggunakan sembarangan ayam, melainkan ayam kampunglah yang digunakan dalam hidangan Soto ini. Kegurihan dan bumbu-bumbu bersatu padu inilah yang membuat mulut enggan untuk berhenti menyantap, hal ini tidak heran jika banyak yang jatuh cinta.

Dalam seruputan kuah Soto Ayam Khas Tulungagung, terkandung lebih dari sekadar rempah dan bumbu yang mengajak lidah untuk terus bergoyang. Tidak hanya memikat dengan cita rasa umami yang khas, melainkan juga terdapat filosofi kesederhanaan dan kebersamaan, sekaligus kegembiraan yang terikat dalam tradisi pembuatannya.

Soto Ayam bukan hanya makanan rakyat, tetapi juga simbol dari kesederhanaan hidup yang dapat menjadi rujukan di kala perut terasa lapar. Di Tulungagung, Soto Ayam bukan sebatas makanan yang dianggap remeh, melainkan sajian utama yang dihidangkan di acara-acara besar hajatan, pernikahan, maupun hari raya lebaran. Soto Ayam mencerminkan keselarasan, keharmonisan, dan kehangatan yang terjalin di masyarakat sekitar.

Soto Ayam Khas Tulungagung mungkin belum melanglang buana hingga ke mancanegara, namun ia merupakan makanan yang masuk ke dalam jajaran kuliner yang cita rasanya telah melekat di lidah masyarakat Nusantara. Berasal dari kabupaten yang terkenal dengan peternak ayam kampung, Soto ini mengambil keuntungan dari bahan lokal (ayam kampung) yang sehat, bergizi, dan aman untuk menciptakan Soto Ayam Khas Tulungagung yang tidak hanya sekadar memiliki ciri khas seperti dagingnya empuk, tapi juga bergizi. Resep ini telah diturunkan dan diwariskan secara turun-temurun, sehingga menjadi bagian dari warisan budaya Tulungagung.

Saat Soto Ayam Khas Tulungagung bertunas ke Surabaya, ia membawa cerita ambigu tentang identitas lokal dalam era globalisasi. Apakah kita sedang melihat kuliner yang bersifat homogen, atau justru bagian dari perjamuan keanekaragaman kuliner? Dalam seporsi piring Soto Ayam, terdapat perembukan antara tradisi dan modernitas, antara keorisinilan dan kebudayaan.

Fenomena Soto Ayam Khas Tulungagung di Surabaya juga melukiskan dinamika tradisi kuliner yang berubah. Dengan harga yang ramah di kantong para pelajar dan tentunya memiliki cita rasa yang gurih, Soto Ayam ini menjadi bukti bahwa selera dan identitas kebudayaan terus berjalan seiring dengan keberlanjutan budaya. Ini adalah contoh konkret dari bagaimana pasar lokal mampu berkembang dan bersaing dengan tren kuliner dari berbagai mancanegara.

Penyebaran Soto Ayam Khas Tulungagung ke Surabaya bukan hanya sekadar fenomena kuliner, tetapi juga cerminan dari status sosial dan identitas lokal yang tetap mengakar kuat hingga merambat di berbagai daerah atau wilayah. Ini menunjukkan bagaimana makanan dapat menjadi pemutus kesenjangan antara masyarakat yang memiliki status sosial tinggi maupun rendah di masyarakat. Membaurkan serta menyelipkan rasa kebersamaan ke dalam strata sosial masyarakat, sekaligus tidak ada jurang pemisah antara masyarakat kaya maupun miskin dalam menyantap dan menikmati kuliner yang menggoda ini. Soto Ayam Khas Tulungagung di Surabaya menjadi lambang dari cinta budaya dan inklusivitas, menawarkan rasa kebudayaan lokal bagi para perantau dan memberikan pengalaman baru bagi penduduk lokal.

Soto Ayam Khas Tulungagung di Surabaya menawarkan lebih dari sekadar kenikmatan yang mampu membangkitkan selera; ia memperkaya rohani, sebuah ajakan untuk menyelami dan memahami bahwa setiap porsi yang kita nikmati dapat membuka pola pikir terhadap dunia yang mengandung jutaan khasanah budaya kuliner.

Dalam setiap seruputan kuah yang dipadukan dengan seporsi nasi putih, kita dapat merasakan cerita historis, identitas keberagaman, kebudayaan lokal, dan kesederhanaan yang terkandung dalam seporsi piring Soto Ayam. Mari kita gunakan kesempatan ini dalam merayakan bagian dari sebuah perjalanan kuliner yang meninggalkan bekas kecintaan dalam jiwa dan raga kita. Bagi mereka yang belum sempat menikmati Soto Ayam Tulungagung dengan cita rasa yang umami, kini adalah kesempatan emas untuk menjelajah dan mendekatkan diri dengan cara berpetualang guna memberikan kesan; kesan tak terlupakan hingga sepanjang akhir hayat.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image