Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Hamidah Esti

Dari Jalanan ke Kesehatan: Penumpukan Sampah Sebagai Sumber Stres Lingkungan

Lainnnya | 2024-10-24 00:53:20

Penumpukan sampah di kota-kota besar telah menjadi masalah yang semakin mendesak, terutama seiring dengan pertumbuhan populasi dan urbanisasi yang cepat. Ketika jumlah penduduk meningkat, produksi sampah juga mengalami lonjakan yang signifikan. Masalah ini kian rumit ketika sistem pengelolaan sampah tidak berjalan dengan baik. Mengatasi masalah sampah di kota-kota besar sering kali sulit, karena berbagai tantangan, seperti infrastruktur yang kurang memadai, kebijakan yang tidak efektif, dan perubahan gaya hidup masyarakat. Dalam beberapa bulan terakhir, situasi di lingkungan saya semakin memburuk akibat penutupan tempat pembuangan sementara (TPS) yang disebabkan oleh sengketa tanah.

Akibatnya, petugas pengelola sampah yang biasanya mengangkut sampah setiap hari kini terpaksa menumpuk sampah di pinggir jalan, tepat di depan rumahnya. Hal ini menambah masalah, karena sampah tersebut berada dekat dengan kandang ayam, ini menciptakan kondisi yang tidak sehat. Setelah menanyakan kepada petugas, saya mengetahui bahwa sampah tersebut hanya akan diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) setiap dua hari sekali. Meskipun demikian, penumpukan sampah di pinggir jalan tetap membawa dampak negatif bagi kesehatan masyarakat di sekitarnya. Masalah penumpukan sampah di jalanan mungkin tidak hanya terjadi di lingkungan saya, tetapi juga dialami oleh banyak komunitas lainnya. Fenomena ini menunjukkan bahwa tantangan pengelolaan sampah adalah isu yang luas dan memerlukan perhatian serta solusi dari berbagai pihak.

Menurut penelitian dalam Handbook of Environmental Psychology, keberadaan sampah di area pemukiman dapat meningkatkan penyebaran penyakit, terutama yang disebabkan oleh patogen yang terdapat dalam makanan dan air. Sampah yang tidak dikelola dengan baik dapat memicu berbagai masalah Kesehatan (Bechtel & Wiley, 2002). Studi terbaru menunjukkan bahwa akumulasi sampah dapat meningkatkan risiko penyakit pernapasan, infeksi bakteri, dan masalah kesehatan lainnya, seperti sakit kepala dan iritasi kulit (Abubakar et al., 2022; Vinti et al., 2021). Menurut (Kodi, 2021), pengelolaan sampah yang buruk juga berdampak langsung pada penurunan kualitas hidup masyarakat, terutama di daerah perkotaan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperingatkan juga tentang bahaya yang ditimbulkan oleh pembuangan limbah padat yang tidak tepat. Limbah yang tidak dikelola dapat mencemari tanah dan air, serta menyebabkan polusi udara, yang berdampak buruk pada kesehatan masyarakat.

Dalam konteks ini, lingkungan yang tidak mendukung dapat menciptakan tekanan yang melebihi kemampuan individu untuk menghadapinya. Ketidakseimbangan antara tuntutan dan kemampuan untuk mengatasi masalah ini dikenal sebagai stress. Stres berhubungan erat dengan berbagai masalah kesehatan, yang dapat memengaruhi sistem kekebalan tubuh, meningkatkan respons jantung dan pembuluh darah, serta memicu perubahan peradangan (McGrath, 1970; Evans & Cohen, 2004), sebagaimana dikutip dari (Steg & Groot, 2019). Penumpukan sampah merupakan salah satu bentuk stresor lingkungan yang bersifat kronis, di mana individu sering kali tidak memiliki pilihan untuk menghindarinya atau mengurangi dampaknya (Steg & Groot, 2019). Di lingkungan saya, baik warga maupun petugas pengelola sampah tidak memiliki alternatif untuk menempatkan sampah sementara. Akibatnya, sampah sementara diletakkan di depan rumah petugas itu sendiri. Dalam situasi ini, petugas pengelola sampah mungkin merasa terpaksa untuk menumpuk sampah di depan rumahnya, sementara warga bingung harus berbuat apa.

Hal ini menunjukkan bahwa perilaku warga dan pengelola sampah sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sekitar mereka. Menurut teori Planned Behaviour yang dikemukakan oleh Ajzen (1991), tindakan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk niat, sikap, norma, dan rasa kontrol. Dengan kata lain, bagaimana seseorang berperilaku dalam menghadapi masalah seperti penumpukan sampah sangat tergantung pada persepsi mereka terhadap situasi dan pilihan yang tersedia. Selain itu, lingkungan atau tempat tinggal yang kotor dapat menimbulkan ketidaknyamanan, baik secara visual maupun fisik, yang dapat mempengaruhi hubungan emosional seseorang dengan tempat tinggalnya (place attachment). Ini sejalan dengan teori Place Attachment, individu memiliki ikatan emosional dengan rumah mereka, dan kondisi lingkungan yang buruk dapat merusak ikatan ini (Steg & Groot, 2019). Maka dari itu, ini dapat berdampak negatif pada kesejahteraan sosial dan mental warga.

Lalu bagaimana caranya dalam mengatasi hal ini ?

Dalam mengatasi masalah penumpukan sampah, perlu adanya solusi dari semua pihak, termasuk pemerintah dan masyarakat. Salah satu pendekatan yang disarankan dalam buku Pengelolaan Sampah Perkotaan yang ditulis oleh (Kodi, 2021) adalah dengan penerapan sistem yang lebih terintegrasi. Ini mencakup penggunaan teknologi dan kebijakan yang mendukung pengurangan limbah dari tahap produksi hingga pembuangan akhir. Seperti, meningkatkan infrastruktur pengelolaan sampah dengan menyediakan lebih banyak fasilitas pembuangan dan memperbaiki sistem transportasi sampah dapat membantu mengatasi masalah ini. Selain itu, menurut teori perilaku Pro-lingkungan yang dibahas dalam buku Environmental Psychology, menunjukkan bahwa edukasi masyarakat tentang dampak sampah sangat penting. Mengubah perilaku melalui pendekatan sosial dan edukatif dapat membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kebersihan. Penyuluhan yang menjelaskan bahaya sampah bagi kesehatan dan lingkungan dalam jangka panjang bisa membantu masyarakat lebih sadar dan mendorong mereka untuk lebih peduli dan bertindak ramah terhadap lingkungan. Dengan cara ini, kita dapat membentuk norma sosial baru yang lebih peduli terhadap lingkungan, sehingga mendorong masyarakat untuk mengambil tindakan aktif dalam merawat lingkungan mereka.

Daftar Pustaka

Abubakar, I. R., Maniruzzaman, K. M., Dano, U. L., AlShihri, F. S., AlShammari, M. S., Ahmed, S. M. S., Al-Gehlani, W. A. G., & Alrawaf, T. I. (2022). Environmental Sustainability Impacts of Solid Waste Management Practices in the Global South. In International Journal of Environmental Research and Public Health (Vol. 19, Issue 19). MDPI. https://doi.org/10.3390/ijerph191912717

Bechtel, R. B., & Wiley, J. (2002). HANDBOOK OF ENVIRONMENTAL PSYCHOLOGY.

Kodi, R. M. G. B. S. (2021). PENGELOLAAN SAMPAH PERKOTAAN.

Steg & Groot. (2019). Environmental Psychology. http://psychsource.bps.org.uk

Vinti, G., Bauza, V., Clasen, T., Medlicott, K., Tudor, T., Zurbrügg, C., & Vaccari, M. (2021). Municipal solid waste management and adverse health outcomes: A systematic review. In International Journal of Environmental Research and Public Health (Vol. 18, Issue 8). MDPI. https://doi.org/10.3390/ijerph18084331

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image