Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Cecilia Monika

Ketika Kekuasaan Menentukan Nasib Masyarakat: Manusia dalam Dinamika Kekuasaan

Politik | 2024-10-17 23:06:49

Setiap harinya, kita selalu berinteraksi keluarga, teman, ataupun kolega. Namun, kita jarang memperhatikan pola sosial di sekeliling kita. Kita selalu berlomba-lomba untuk menjadi pemimpin. Manusia adalah makhluk dinamis. Manusia selalu berubah seiring berkembangnya zaman. Tanpa kita sadari sebenarnya kekuasaan turut hadir dalam dinamika ini serta mempengaruhi cara mengambil keputusan dan bertindak.

Kekuasaan sendiri adalah hal yang banyak didambakan oleh masyarakat, karena dengan kekuasaan, banyak hal yang dapat diraih. Tak mengherankan jika banyak orang yang memiliki ambisi untuk mencapai posisi kekuasaan tertinggi dengan keyakinan bahwa mereka bisa mengambil keputusan, bahkan menundukkan mereka. Salah satu lembaga tertentu yang memilki wewenang dalam membuat keputusan adalah pemerintah. Mereka ialah orang-orang yang bekerja untuk mendengarkan kritik dan saran kita. Bahan tersebut mereka diskusikan, kemudian diolah menjadi sebuah keputusan. Tetapi, belakangan ini sering terdengar masyarakat yang diadili dan dituntut sebagai kriminal, padahal korban tidak bersalah.

Satu dari sekian banyak kasus ketidakadilan yang pernah terjadi yakni Peristiwa Vina Cirebon. Kejadian yang sempat menjadi sorotan masyarakat dikarenakan tragisnya kematian Vina dan Eky yang diangkat menjadi Film. Akibatnya masyarakat berasumsi bahwa pelaku sebenarnya masih berkeliaran di luar jeruji besi. Kasus ini pun kembali diselidiki ulang, dilakukan pengecekan arsip-arsip dan fakta yang berkaitan. Akan tetapi, setelah menempuh banyaknya kecaman dari masyarakat, polisi yang bernaung di bawah pemerintah menyatakan bahwa insiden tersebut murni hanya kecelakaan semata saja.

Pernyataan ini tentu memicu amarah publik. Pelaku yang ditangkap ternyata tidak bersalah dan dipaksa untuk mengakui skenario. Jelas sekali, bahwa pernyataan yang dikeluarkan ambigu, lantas, apa peran dari HAM. Menurut UU No. 39 tahun 1999, mengenai Hak Asasi Manusia, di antaranya mengatur bahwa setiap orang berhak bebas dari penyiksaan, penghukuman, atau perlakuan yang kejam, tidak manusiawi, dan merendahkan martabat kemanusiaannya dan pemerintah wajib dan bertanggung jawab menghormati, melindungi, menegakkan, dan memajukan HAM. Faktanya, masih banyak rakyat yang tidak merasakan manfaat dari Undang - Undang ini sepenuhnya. Kebijakan-kebijakan yang disusun oleh Pemerintah bahkan tidak ditaati oleh instansi lainnya.

Lalu, bagaimana mereka benar-benar memahami aspirasi dari kita, sedangkan antara lembaga yang mempunyai wewenang saja tidak berjalan seiringan. Sekarang, peran kita adalah menjadi agen perubahan di tengah dinamika kekuasaan. Tentu saja, hal tersebut tidaklah mudah, dibutuhkan usaha dan pengorbanan untuk membangun kepekaan masyarakat. Masing-masing dari kita bisa menjadi agen perubahan tersebut agar mewujudkan demokrasi.

Walaupun begitu, agar demokrasi terwujud, partisipasi masyarakat ialah kunci dari keberhasilan perubahan ini. Negara kita, Indonesia yang berlandaskan dari Pancasila, yang menjunjung tinggi demokrasi. Sistem demokrasi negara kita memberikan kita ruang untuk menyampaikan gagasan kita sebebas-bebasnya, namun dengan tidak mengaitkan hal-hal berbau sensitif, seperti agama, etnis, dsb. Masyarakat dinilai mampu dan turut andil untuk memengaruhi kekuasaan tersebut dengan cara ikut terlibat dalam kegiatan partisipatif.

Kegiatan partisipatif tersebut melibatkan tiap individu berpartisipasi aktif di dalam suatu perencanaan dan pelaksanaannya untuk menghindari terjadinya pemusatan kekuasaan. Untuk menjaga keseimbangan kekuasaan, di sinilah kita berperan demi mencapai kesejahteraan bersama. Kesejahteraan tersebutlah yang menandakan bahwa di dalam masyarakat telah terjadi keseimbangan kekuasaan. Sehingga, meskipun hidup di dalam dinamika kekuasaan, kita tetap dapat selalu memperjuangkan hak-hak yang telah diatur sebagaimana dalam kebijakan-kebijakan yang ada. Pemonopolian posisi kekuasaan bukanlah hal yang tidak dapat kita atasi, hal tersebut hanyalah tantangan dalam hidup bernegara. Sudah sewajarnya kita sebagai masyarakat Indonesia mempunyai kendali penuh dalam menentukan nasib kita ke depannya, dengan tetap bergandengan tangan bersama.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image