Kebangkitan Nabi Jirjis: Tantangan di Istana dan Iman yang Tak Tergoyahkan - Nabi Jirjis Part 5
Sejarah | 2024-10-14 10:51:05“Nabi Jirjis tidak menyesatkanku. Karena sejatinya, tiada Tuhan selain Allah. Orang-orang yang mengikuti beliau adalah orang-orang yang berada dalam kebenaran.”
Sang raja tak lagi mampu menahan gejolak amarahnya. Dengan wajah penuh kebencian, dia memerintahkan prajuritnya:
"Potong lidah penyihir itu! Bunuh dia agar orang-orang tidak terpengaruh olehnya, karena pengaruhnya begitu besar dan banyak yang mempercayainya."
Tanpa menunda, prajurit-prajurit kerajaan segera melaksanakan perintah kejam itu. Sang penyihir, yang telah menyatakan keimanannya kepada Allah dan membenarkan Nabi Jirjis, dibungkam dan dibunuh secara brutal.
Namun, meski tubuhnya tak lagi bernyawa, berita tentang keimanannya segera menyebar ke seluruh pelosok negeri. Orang-orang mendengar kisah luar biasa tentang bagaimana penyihir terkenal itu menerima kebenaran. Hal tersebut menginspirasi banyak dari mereka untuk mengikuti jalan yang sama. Sebanyak 4000 orang mulai beriman kepada Nabi Jirjis dan mempercayai ajarannya.
Raja Dzadiyanah, yang mendengar bahwa rakyatnya mulai berbondong-bondong memeluk ajaran Nabi Jirjis, menjadi semakin murka. Dengan suara penuh amarah, ia kembali memerintahkan prajuritnya:
"Tangkap semua orang yang beriman kepada Jirjis! Bunuh mereka semua, tanpa terkecuali!"
Tanpa menunggu lama, prajurit-prajurit itu segera melaksanakan perintah kejam sang raja. Mereka menangkap setiap orang yang diketahui telah beriman kepada Nabi Jirjis dan membawa mereka ke istana. Di sana, tanpa belas kasihan, para pengikut Nabi Jirjis dibunuh satu per satu dengan cara yang keji dalam upaya untuk memadamkan agama Allah yang semakin bersinar di tengah-tengah wilayah kekuasaan sang raja.
Salah satu pengikut Nabi Jirjis, yang menyaksikan kekejaman luar biasa yang menimpa 4.000 orang beriman, mendekati Nabi Jirjis dengan hati penuh keheranan. Dengan suara lembut, ia bertanya:
"Wahai Nabi Jirjis, mengapa engkau tidak memohon kepada Tuhanmu agar Dia menyelamatkan mereka? Dengan hidup mereka, engkau akan semakin kuat dalam menyebarkan kebenaran."
Nabi Jirjis menatapnya dengan tenang, lalu menjawab:
"Allah berkehendak untuk memasukkan mereka ke dalam surga dan mengistirahatkan mereka dari dunia yang penuh duka dan luka. Kehidupan akhirat yang penuh kedamaian itu lebih membahagiakan mereka daripada hidup di dunia yang fana ini. Aku tak bisa ikut campur dalam urusan Tuhanku, karena Dia mengetahui apa yang terbaik bagi hamba-hamba-Nya."
Orang-orang yang berpihak kepada raja Dzadiyanah semakin geram terhadap Nabi Jirjis. Salah satu dari mereka, seorang menteri bernama Majlantis, yang selalu berdiri di samping kiri sang raja, angkat bicara dengan sinis:
"Jirjis, engkau mengatakan bahwa Tuhanmu bisa melakukan dan menciptakan apa pun yang Dia kehendaki. Sekarang, aku akan menguji kebenaran perkataanmu itu, apakah benar atau tidak."
Majlantis menunjuk ke salah satu sudut ruangan istana:
"Lihatlah 14 kursi di sana."
Nabi Jirjis dengan tenang menjawab:
"Ya, aku melihatnya."
Majlantis melanjutkan:
"Di depan 14 kursi itu, terdapat papan dan talam. Mohonlah kepada Tuhanmu agar Dia mengembalikan semua yang ada di sana menjadi pohon yang berdaun dan berbuah. Jika Tuhanmu mampu melakukan itu, maka aku akan beriman kepada-Nya."
Nabi Jirjis menatap Majlantis dengan tatapan teduh, lalu berkata:
"Sesungguhnya, Tuhanku bisa melakukan apapun yang Dia kehendaki. Namun, aku tidak tahu apakah Dia akan berkehendak menumbuhkan pohon-pohon itu sesuai permintaanmu. Jika Dia tidak menghendaki, keputusan tetap berada pada-Nya."
Begitu Nabi Jirjis selesai berbicara, tiba-tiba malaikat Allah turun dan menyampaikan wahyu kepadanya. Malaikat itu berkata:
"Wahai Jirjis, apa pun yang engkau mohonkan kepada Tuhanmu, Dia pasti akan mengabulkannya."
Nabi Jirjis pun segera berdiri, menunaikan shalat dua rakaat, lalu berdoa dengan penuh kekhusyukan. Tak lama setelah itu, keajaiban terjadi. Kursi, papan, dan talam yang ada di hadapan 14 kursi mulai bergerak. Di hadapan mata semua yang hadir, benda-benda itu berubah menjadi pohon-pohon yang rimbun, berdaun lebat, dan dipenuhi buah-buahan segar.
Orang-orang yang berada di istana terdiam, terperangah melihat keajaiban yang tak terbantahkan itu. Namun, Majlantis, dengan hati yang semakin keras, tetap menolak untuk beriman. Dengan nada sinis, ia berkata:
"Sungguh, dia hanyalah seorang penyihir. Aku belum pernah melihat penyihir sehebat dia. Namun sekarang, akulah yang akan menyiksanya dengan tanganku sendiri!"
Majlantis, dipenuhi oleh amarah dan kesombongan, melangkah maju dengan niat jahat. Ia mengambil sebuah patung kambing raksasa yang terbuat dari tembaga, lalu mengisi perut patung itu dengan minyak dan belerang.
Setelah itu Majlantis menyalakan api di dalam perut patung tersebut. Api tersebut berkobar dengan sangat besar, memancarkan panas yang membakar. Tanpa ragu, dia melempar Nabi Jirjis ke dalam perut patung itu. Api menyala-nyala, hingga seluruh tubuh patung tembaga itu mulai meleleh akibat panas yang luar biasa.
Dalam siksaan mengerikan itu, Nabi Jirjis wafat untuk kedua kalinya. Namun, kematian Nabi Jirjis tidak menghentikan kehendak Allah. Seketika, Allah mengirimkan angin kencang, awan gelap, hujan salju yang lebat, kilat, halilintar, dan kegelapan yang menyelimuti seluruh wilayah kerajaan. Siang dan malam menjadi tidak bisa dibedakan selama berhari-hari. Orang-orang yang melihat peristiwa itu ketakutan dan bingung oleh kehancuran yang tiba-tiba melanda mereka.
Dalam kekacauan itu, Allah mengutus malaikat-Nya untuk mendatangi patung kambing yang meleleh tersebut. Sang malaikat mengeluarkan Nabi Jirjis dari perut patung yang telah mencair. Lalu, dengan kekuasaan-Nya, Allah menghidupkan kembali Nabi Jirjis dan seketika menghilangkan kegelapan yang menimpa negeri itu.
Nabi Jirjis berdiri tegak, dengan tubuh yang telah dipulihkan sepenuhnya, dan tanpa gentar ia kembali menyeru kepada kebenaran. Sang raja dan para pengikutnya setelah tahu Nabi Jirjis hidup kembali, mereka terkejut dan geram karena beliau mulai menyebarkan ajarannya kembali.
Atas perintah sang raja, para prajurit segera dikerahkan untuk menangkap Nabi Jirjis dan membawanya ke istana. Mereka bergerak cepat menuju tempat di mana Nabi Jirjis tengah menyebarkan ajarannya. Dengan kasar, mereka menangkap beliau dan menyeretnya ke hadapan raja.
Sesampainya di istana, sang raja beserta seluruh hadirin tercengang. Mereka menyaksikan pemandangan luar biasa—Nabi Jirjis yang sebelumnya telah wafat kini berdiri hidup kembali, dengan tubuh yang sepenuhnya pulih tanpa ada sedikit pun cacat. Keajaiban itu membuat semua yang melihatnya terdiam dalam keheranan.
Lanjut ke part 6
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.