Keajaiban Nabi Jirjis dan Pembangkangan Raja Dzadiyanah - Nabi Jirjis Part 4
Sejarah | 2024-10-12 16:30:24"Ketahuilah, tidak ada tuhan yang lebih kuat dari Avalon, tuhan kalian semua. Omong kosong tentang Jirjis dan Tuhannya, Dia tidak bisa berbuat apa-apa."
Namun, di akhir kalimatnya, Raja Dzadiyanah melihat sesuatu yang membuatnya terkejut. Di hadapannya, muncul sosok yang sangat mirip dengan Nabi Jirjis. Dengan wajah bingung, sang raja bertanya kepada salah seorang pengikutnya:
"Apakah mataku menipuku, atau orang itu benar-benar mirip dengan Jirjis?"
Pengikutnya, yang juga kebingungan, menjawab dengan penuh keheranan:
"Benar, paduka. Sungguh, betapa miripnya dia dengan Jirjis."
Nabi Jirjis yang saat itu berada dihadapan sang raja langsung membentak:
“Sungguh kalian adalah kaum yang paling buruk di muka bumi ini! Kalian membunuhku, memutilasi tubuhku dan membuang potongan tubuhku ke dalam sumur untuk dijadikan santapan binatang buas. Tapi, Tuhanku maha segalanya, Dia telah menghidupkanku kembali dan menyempurnakan tubuhku seperti sediakala.”
Mendengar pernyataan Nabi Jirjis, Raja Dzadiyanah dan para pengikutnya terbelalak, tak mampu mempercayai apa yang ada di depan mata mereka. Mereka merasa seolah-olah sedang terjebak dalam mimpi, menolak kenyataan bahwa Nabi Jirjis benar-benar hidup kembali. Bahkan, salah seorang pengikut raja berkata:
"Sungguh, dia adalah seorang penyihir! Dia telah menyihir kalian sehingga kalian merasa bahwa kalian telah menyiksanya dan membunuhnya, padahal kenyataannya kalian tak melakukan apa-apa padanya!"
Mendengar perkataan pengikutnya itu, Raja Dzadiyanah langsung mempercayainya dan memerintahkan prajuritnya:
"Cari penyihir terhebat di negeri ini!"
Para prajurit pun bergegas melaksanakan perintah raja dan setelah lama mencari, akhirnya mereka menemukan seorang penyihir yang dikenal sangat mahir. Tanpa membuang waktu, mereka membawanya ke hadapan raja.
Setibanya di istana, Raja Dzadiyanah berbicara kepada penyihir itu:
"Aku memanggilmu karena ada sebuah masalah yang sangat membingungkanku dan membuatku resah. Seorang penyihir bernama Jirjis telah memperdaya kami dengan sihirnya, dan kini aku membutuhkan bantuanmu. Gunakan sihir terbaikmu untuk mengalahkannya."
Sang penyihir lalu berkata:
"Bawakan kepadaku dua biji-bijian."
Sang raja langsung menyuruh prajuritnya untuk melaksanakan perintah sang peniyhir. Setelah dua biji itu diberikan kepadanya, penyihir itu menyuruh sang raja untuk berimajinasi bahwa biji-bijian itu telah berubah menjadi dua ekor kambing. Lalu, dia meminta raja membayangkan seolah-olah biji-bijian itu ditanam, tumbuh, dipanen, digiling, dan diolah menjadi roti. Sang raja mengikuti semua perintah itu dengan penuh keyakinan.
Selesai melaksanakan ritual imajiner itu, Raja Dzadiyanah berkata dengan penuh keyakinan:
"Sekarang kita pasti menang! Jirjis tidak akan mampu melawan sihirmu. Ubah dia menjadi seekor anjing sekarang juga!"
Penyihir itu menjawab:
"Bawakan segelas air kepadaku!"
Prajurit segera mengambil segelas air dan memberikannya kepada sang penyihir. Setelah meniupkan mantra ke dalam air itu, sang penyihir berkata:
"Berikan ini kepada Jirjis dan paksa dia untuk meminumnya!"
Namun, tanpa ada perintah dan paksaan, Nabi Jirjis langsung mengambil gelas itu dengan tenang dan meminumnya tanpa ragu. Setelah meneguk air tersebut, penyihir itu bertanya:
"Apa yang kau rasakan sekarang?"
Nabi Jirjis dengan tenang menjawab:
"Aku merasa baik-baik saja, tidak ada yang berubah. Aku hanya merasa segar karena aku memang sedang kehausan."
Kebingungan melanda seisi istana, termasuk penyihir itu. Dengan wajah heran, ia berkata:
"Bagaimana mungkin? Sihirku tidak pernah gagal sebelumnya."
Nabi Jirjis tersenyum dan menjawab:
"Allah melindungiku dari segala gangguan yang kalian coba timpakan kepadaku."
Mendengar nama Allah disebutkan, penyihir itu tampak terkejut. ia berkata:
"Sungguh, jika engkau memintaku untuk mengalahkan semua raja di muka bumi, aku akan melakukannya dan sihirku akan berhasil. Tetapi di hadapan Tuhan yang Mahakuasa dan tidak terkalahkan, aku tak bisa berbuat apa-apa. Kalian telah bersikap sombong dan menolak kebenaran. Mulai saat ini, aku beriman kepada Nabi Jirjis."
Salah satu pengikut Nabi Jirjis yang kebetulan hadir di istana segera angkat bicara:
"Sungguh, kalian telah salah mengira Nabi Jirjis sebagai seorang penyihir. Seorang penyihir tidak bisa menghindari kematian dirinya sendiri. Bukankah kemarin kalian telah membunuh Nabi Jirjis?"
Penyihir itu mengangguk setuju:
"Benar apa yang dikatakannya. Nabi Jirjis bukanlah seorang penyihir."
Lalu, dengan suara rendah, Sang penyihir berkata kepada Nabi Jirjis:
"Tuan, aku memohon pertolonganmu. Ada seorang perempuan tua dari Syam yang datang kepadaku meminta bantuanku untuk menghidupkan kembali sapi mudanya yang telah mati. Namun, aku tidak bisa melakukannya. Mungkin engkau dapat membantunya."
Setelah medengar permohonan itu, Nabi Jirjis menyuruh sang penyihir untuk memanggil Perempuan tua tersebut agar datang sendiri kepada Nabi Jirjis. setelah sang penyihir membawa Perempuan tua tersebut kehadapan Nabi Jirjis, Nabi Jirjis memberikan tongkatnya dan berkata:
“Bawalah tongkat ini dan pukulkan tongkat ini kepada sapimu. Niscaya sapimu akan hidup Kembali.”
Perempuan tua itu berkata:
“Jarak dari sini ke syam sangatlah jauh. Kurasa sebelum aku sampai kesana persendian sapiku telah hancur.”
Nabi Jirjis berkata:
“Jika engkau mendapati persendian sapimu telah hancur, itu bukanlah sebuah masalah. Bawa tongkat itu dan pukulkan ke sapimu niscaya Allah akan menghidupkan sapimu Kembali.”
Tanpa ragu, sang Perempuan tua pulang ke Syam sambil membawa tongkat yang diberikan Nabi Jirjis. Setelah sampai kerumahnya, dia langsung memukulkan tongkat tersebut dan mendapati sapinya hidup kembali dengan izin Allah.
Nabi Jirjis yang saat itu berada di istana raja Dzadiyanah berkata:
“Apakah penyihirmu mampu melakukan itu?”
Mendengar pertanyaan Nabi Jirjis, sang penyihir langsung menanggapinya sendiri:
“Sungguh tidak akan bisa dan hal itu merupakan suatu yang mustahil bagi para penyihir. Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah yang bisa menghidupkan sesuatu yang sudah mati dan Maha segalanya.”
Sang raja yang masih duduk di singgasananya sangat geram dan marah menyaksikan sendiri sang penyihir yang mulai menunjukkan bahwa dia berpihak pada Nabi Jirjis. Sang raja berkata:
“Betapa cepat Jirjis menyesatkanmu. Berani-beraninya engkau percaya kepada Jirjis!”
Sang penyihir membantah raja Dzadiyanah:
“Nabi Jirjis tidak menyesatkanku. Karena sejatinya, tiada Tuhan selain Allah. Orang-orang yang mengikuti beliau adalah orang-orang yang berada dalam kebenaran.”
Kisah-kisah menakjubkan Nabi Jirjis berikutnya akan diceritakan di part 5.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.