Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Deffy Ruspiyandy

Kalau Mau Daring Lagi? Siapa Takut!

Lomba | Sunday, 13 Feb 2022, 22:00 WIB

Kekhawatiran kita terhadap anak-anak yang bersekelolah adalah kembali mengganasnya virus COVID 19 varian omicron. Walau memang diakui tidak seganas varian delta tetapi harus diakui tetap sebuah ancaman ketika pembelajaran tatap muka dilaksanakan. Tentu ini harus menjadi pertimbangan para pendidik, pengelola sekolah atau para orangtua untuk mengizinkan anaknya sekolah dalam kondisi seperti ini.

Memang sebagian para orangtua merasa yakin dengan anak-anaknya dan para pendidik sudah divaksinasi relatif tidak terlalu mengkhawatirkan karena bisa mengurangi resiko penyakit yang diderita. Tetapi ketika terpapar dengan gejala ringan sekalipun tetaplah harus isolasi mandiri. Jadi bukan menakut-nakuti tetapi jika demikian adanya maka peluang terpaparnya anak-anaknya ketika belajar atau pulang pergi menuju sekolah sangat memungkinklan terjadi.

Benar, pembelajaran daring itu diakui atau tidak memang sudah membuat para pelajar jenuh karena kegiatan pembelajaran yang dilakukan begitu membosankan. Tetapi hal ini alternatif satu-satunya yang bisa menjadi pilihan logis ketika anak dituntut belajar namun dari segi keamanan terjamin karena pembelajaran dilakukan di rumah. Kembali sesungguhnya tinggal kebijakan Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset Teknologi untuk melaksanakan pembelajaran daring yang sifatnya sementara sampai kembali memungkinkan dilaksanakannya PTM. Jadi kalaupun dilaksanakan kembali toh anak-anak pun sudah terbiasa melakukan hal itu. Jadi sesungguhnya tak ada masalah berat yang harus dihadapi para pelajar.

Pelajar SD yang sedang belajar daring dengan gadgetnya (Foto : Deffy Ruspiyandy)

Kalaupun dilaksankan kembali pembelajaran daring tentu banyak pula orangtua yang mungkin tidak setuju. Tetapi kalau mau berbicara tentang keamanan dan keselamatan anak dari terpaparnya virus yang satu ini maka tentu pembelajaran daring menjadi yang harus diprioritaskan. Sementara prembelajaran daring sendiri menurut penemunya Salman Khan pada tahun 2009 ternyata telah mampu menciptakan 1630 tutorial dan telah ditonton 70.000 orang/hari. Bahkan dalam bukunya "The One World Schoolhouse, Salman mengatakan ,"Pendidikan tidak terjadi di dalam ruang antara mulut guru dan telinga murid .Pendidikan terjadi dalam otak masing-masing".

Bahkan kita pun sekitar tahun itu pun mengenal pula apa yang dinamakan homeschooling dan ini telah menjadi pilihan sebagian orang-orang termasuk selebritis yang memilih sistem pembelajaran ini dengan menghadirkan guru ke rumah mereka sehingga anak bisa bebas belajar dan terjaga keberadaannya karena berada di lingkungan rumah. Walaupun sistem pembelajaran ini membuat anak tersebut bersosialisasi secara terbatas karena sedikit jumlahnya namun secara prestasi mereka terbilang baik dan dapat dibuktikan oleh anak-anak dari Kak Seto . Bahkan kak Seto pun mendirikan Homeschooling Kak Seto. Memilih sistem homeschoolling tetapi mereka bisa sampai menjadi sarjana.

Memang home schooling dan pembelajaran daring daring adalah dua hal berbeda namun keduanya sangat memungkinkan untuk dilakukan di rumah. Yang satu gurunya datang tetapi yang satunya lagi mendapat arahan dari guru dalam jarak jauh dari sekolah. Sehingga pembelajaran daring yang dilakukan selain aman juga sesungguhnya bagi para pelajar menuntut kreativitas yang tinggi dan semangat belajar yang baik. Kemandirian belajar sesungguhnya akan tercipta karena ada kesempatan untuk menggali ilmu tersebut yang dilakukan sendiri sehingga akan memahami materi ajar jika anak tersebut melaksanakan pembelajaran secara baik dan konsentrasi. Namun sebaliknya jika tak terterpenuhi kedua hal tersebut maka menimbulkan hambatan kepada siswa yang melakukan pembelajaran daring ini.

Pelajar SMP sedang melaksanakan pembelajaran daring secara serius. (Foto Deffy Ruspiyandy)

Ini semua memang menjadi perenungan bagi para orangtua. para orangtua sendiri jangan sampai memiliki alasan kuat untuk menolak daring jika memang kondisi PTM rentan membuat anak-anak kita terpapar virus COVID 19 varian omicron ini. Kita pun semua sepakat dan sudah menjadi keinginan bersama karena bagaimanapun PTM adalah sistem pembelajaran yang ideal yang sudah terasa selama ini. Namun yang menjadi catatan adalah haruskah anak-anak kita melaksanakan PTM namun mesti terpapar virus tersebut dan bisa mungkin menimbulkan klaster sekolah. Bukankah jika banyak pelajar yang terpapar berarti masalah juga bagi kita ? Tetapi kita berharap semua ini tak terjadi. Hanya saja kekhawatiran itu perlu dikedepankan agar kita bisa mengingatkan anak-anak untuk berhati-hati terhadap virus ini ketika dilaksanakan PTM. Namun yang sangat memungkinkan aman adalah apa yang dinamakan sistem pembelajaran daring itu sendiri.

Sistem pembelajaran daring ini sendiri sudah menjadi hal yang sedikit menyulitkan bagi para pelajar dan juga para orangtua sehingga membuat keadaan di rumah tidak nyaman dengan segala problematika yang menyertainya. Namun tak ada salahnya kita pun untuk selalu berpikir jernih dan menyadari lebih baik mencegah daripada harus mengobati. Jadi jika semua mampu menyikapinya bijaksana, sekali lagi ini sifatnya sementara bahwa sistem pembelajaran dari adalah seuatu yang nyata dan tak perlu lagi menolaknya secara ekstrem karena semua itu dilakukan demi anak-anak kita sendiri.***

#lomba nulis #nasibptm #ptm

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image