Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Masruhin Bagus

Membangun Ekonomi Keluarga dalam Kacamata Islam

Bisnis | 2022-02-01 07:26:23
image source : pixabay

Membangun ekonomi keluarga berarti sebuah ikhtiar keluarga dalam memenuhi kebutuhan agar roda kehidupan tetap berputar menuju tingkatan kemakmuran. Kemakmuran dalam arti terpenuhinya kebutuhan primer, sekunder, maupun tertier. Terpenuhinya sandang, pangan, dan papan. Ikhtiar membangun ekonomi keluarga inilah yang penting diperjuangkan agar ekonomi keluarga menjadi kuat.

Mengawali tulisan ini, mari kita pahami apa yang dimaksud dengan ekonomi keluarga? Secara sederhana ekonomi keluarga adalah daya dan upaya manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup untuk mencapai suatu tingkatan kemakmuran tertentu dalam lingkup keluarga. Keluarga yang dimaksud adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan anggota keluarga. Didalamnya bisa terdapat ayah, ibu, suami, istri, dan anak, atau anggota keluarga lain yang sudah menjadi bagian dari keluarga.

Sebagai muslim kita dianjurkan untuk menjadi pribadi muslim yang kuat, baik kuat aqidah dan ibadah, kuat ilmu, kuat fisik, dan juga kuat keuangan atau ekonomi. Sebagaimana firman Allah SWT : Surat An-Nisa ayat 9, “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.”

Ayat di atas terkandung pesan bahwa kita harus berjuang untuk menjadi pribadi yang kuat secara ekonomi agar nantinya kita dapat mewariskan semangat dan teladan dalam membangun ekonomi yang kuat. Bukan sebaliknya meninggalkan anak-anak yang lemah secara ekonomi dan hidupnya menjadi beban orang lain.

Salah satu kunci utama membangun kekuatan ekonomi adalah dengan bertakwa. Takwa dalam arti yang luas. Karena dengan ketakwaan, seseorang akan mendapatkan kemudahan dalam urusan ekonomi. Sebagaimana jaminan Allah SWT dalam surat Al Baqarah ayat 189 : “Dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung (sukses dan bahagia)”.

Pada ayat yang lain, surat Ath Thalaq ayat 2-3: “Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.”

Lalu, apa yang harus dilakukan untuk menjadi muslim yang kuat?.

Disebutkan dalam QS. Al-Jum’ah, ayat 9-10, “Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jumat, maka bersegeralah kalian kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli, yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.”

Ayat di atas mengandung perintah bahwa setelah kita menunaikan kewajiban kita berupa shalat, kita diperintahkan untuk bertebaran di muka bumi untuk mendapatkan karunia Allah. Termasuk didalamnya melakukan berdagang atau jual beli. Diakhir ayat kita masih diingatkan agar selalu mengingat Allah, supaya kita beruntung (sukses dan bahagia).

Menyingkat tulisan ini, bahwa membangun ekonomi keluarga yang kuat merupakan perintah dan anjuran dari Allah SWT. Dengan cara bekerja yang mendatangkan keridhoan Allah. Apapun jenis dan profesi pekerjaannya yang terpenting adalah pekerjaan tersebut dilakukan atas dasar ketaqwaan, dibalut dengan ketaqwaan kepada Allah SWT. Sehingga kita akan mendapatkan keuntungan, baik keuntungan di dunia maupun di akhirat. Menjadi pribadi muslim yang kuat, sukses dan bahagia.

Dengan menjadi pribadi muslim yang kuat secara ekonomi tentunya akan banyak yang bisa dilakukan daripada muslim yang lemah. Misalnya, infaq dan sedekah akan lebih banyak, bisa membantu fakir miskin, yatim dan dhuafa, membangun masjid, membangun rumah sakit, membangun pesantren atau lembaga pendidikan, pendidikan anak lebih baik, dan lain sebagainya. Semoga kita dimampukan oleh Allah untuk menjadi pribadi yang kuat secara ekonomi. Wallahu a’lam.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image