Keteladanan Ekonomi, Kemiskinan, Jet Pribadi, dan Gadis Penjual Gorengan
Ekonomi Syariah | 2024-09-30 10:14:10Menjelang pertukaran estafet kepemimpinan negara, masyarakat kembali disibukkan dengan banyak kegaduhan mulai dari pelemahan daya beli, menyusutnya kelas menengah hingga gaya hidup keluarga pemimpin negara.
Melihat hal ini kami ingin kembali hanyut dalam kisah-kisah indah yang pernah terjadi di bumi ini. Walau tidak mengalami secara langsung, tulisan-tulisan yang ada sudah lebih dari cukup untuk menggambarkan keindahan di masa itu.
'Dongeng nyata' itu terjadi di masa kekuasaan Dinasti Umayyah saat dipimpin oleh Umar bin Abdul Aziz. Masa kepemimpinannya sangat singkat untuk ukuran kepemimpinan sebuah negara yaitu kurang dari tiga tahun saja. Dan ajaibnya masa yang singkat ini disebut sebagai masa emas karena di kurun waktu tersebut kemiskinan 'hilang' dan tidak ada lagi ditemukan penerima zakat (salah satu instrumen sosial dalam islam). Sesuatu yang sangat bertolak belakang dengan keadaan kini yang pegawai pemerintahannya pun mayoritas mustahiq (orang yang menerima zakat).
Hal mengagumkan lain yang terjadi di masa ini ialah adanya keamanan yang dirasakan oleh masyarakat. Dimana diceritakan bahwa seorang perempuan dapat berjalan dari selatan hingga utara jazirah Arab tanpa ada yang berani mengganggunya. Ini menjadi simbol dari terjaganya kehormatan di masa itu, siapa pun, baik negara, agama, hingga individu menjadi entitas yang dijaga kehormatannya.
Membaca fakta ini sangat mengharukan terutama setelah adanya kegaduhan yang terjadi akhir-akhir ini. Nia, menjadi nama yang diulang-ulang terutama di jagat media sosial. Perjuangannya memenuhi kebutuhan keluarga dan harapannya ingin melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi seperti dibayar secara tidak adil oleh keadaan. Negara yang mestinya hadir dalam menjamin keamanan dan masa depannya seakan terlambat datang. Beasiswa dan keamanan itu tidak lagi untuk Nia dan yang pasti tidak pernah sebanding dengan nyawanya.
Kembali ke kisah Umar bin Abdul Aziz. Dari keamanan hingga kesejahteraan. Apa yang sebenarnya dikerjakan oleh Umar bin Abdul Aziz, bagaimana dalam dua tahun semua ini dapat tercapai serta Apakah ini dapat kita lakukan di zaman modern seperti sekarang ini. Itulah beberapa pertanyaan yang mungkin muncul. Maka izinkan kami untuk fokus ke salah satu hikmah besar dari kisah beliau ini, yaitu keteladanan.
Di awal masa kepemimpinannya Umar melakukan hal yang tidak biasa. Ia yang merupakan seorang mantan gubernur, anak seorang gubernur dan seorang keponakan serta menantu dari seorang khalifah (sebutan bagi pemimpin islam) sebelumnya menyerahkan hartanya untuk digunakan untuk kepentingan umat. Tapi bahasan utama kita bukan hanya itu, tetapi langkah Umar selanjutnya yang ingin kita renungi. Dimana Umar mengambil harta dan perhiasan istrinya untuk juga diserahkan kepada perbendaharaan negara untuk sepenuhnya digunakan untuk kepentingan umat.
Bahkan diceritakan perkataan Umar kepada istrinya, Fatimah, yang merupakan seorang anak pemimpin tertinggi pada masanya, yang kira-kira ia berkata "Kau pilih menyerahkan harta dan perhiasanmu ke perbendaharaan dan tetap bersamaku atau aku ceraikan kamu." Tidak hanya sampai disana, hal yang tidak biasa ini terus berlanjut dengan pilihan istrinya yang ingin tetap bersama Umar meskipun harus menyerahkan seluruh harta dan perhiasannya ke perbendahaaan negara.
Mungkin kesederhanaan sudah banyak terhampar di depan mata kita. Tapi kali ini kita mendapatkan contoh kesederhanaan yang nantinya akan 'mengobati' kemiskinan pada masyarakatnya. Kesederhanaan yang bukan hanya berupa sekedar tampilan luar tapi merupakan pancaran dari jiwa yang sangat bercahaya, sehingga cahanya sendiri memancar seterang-terangnya dan menghapuskan kegelapan kemiskinan itu sendiri. Karena kesederhanaan bukan hanya diterapkan Umar dan istrinya saja, tapi seluruh keluarga besarnya. Kesederhanaan yang mengagungkan jiwa-jiwa yang bersih dan menggoncangkan jiwa-jiwa yang kotor.
Tentu tidak semua pihak merespon baik akan hal ini. Bahkan dikisahkan juga bahwa pihak yang merasa paling dirugikan dari hal ini adalah keluarganya sendiri. Hal ini karena Umar mengambil (atau yang lebih tepat menyita) kekayaan mereka yang didapat dengan cara yang tidak jelas caranya.
Mungkin inilah obat yang mesti kita coba untuk 'mengobati' kemiskinan kita saat ini. Mungkin dengan ini pula nantinya para anak gadis dan para ibu dapat berjalan dengan aman dan nyaman tanpa ada gangguan. Karena serigala dan domba pun dapat makan serta minum bersama pada masa emas itu karena keadilan ditegakkan di bumi. Bahkan Kaisar Romawi pun masih akan melaksanakan perintah Umar bahkan ketika ia tau bahwa Umar telah berpulang ke pelukan Yang Maha Kuasa.
Tapi ketika kebijakan yang dibuat terus meminta pihak berekonomi lemah untuk terus melakukan penghematan dengan ketat, tapi di sisi lain para pembesar dam keluarga besarnya terus mengumbar kemewahan fasilitas yang dimilikinya, rasa-rasanya kemiskinan akan terus menjadi penyakit yang akan kita derita karena terus diberi virusnya. Bahkan Buya Hamka mengatakan di salah satu bukunya bahwa seorang pemimpin itu dilarang menggunakan fasilitas mewah di depan masyarakatnya walaupun fasilitas tersebut adalah miliknya. Semoga kita segera mendapatkan teladan yang baik dan dapat pula menjadi teladan bagi lingkungan sekitar kita.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.