Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Muhamad Irfan Nurdiansyah

Workshop 'Memanfaatkan ChatGPT untuk Analisis Data'

Teknologi | 2024-09-25 12:45:50

Yogyakarta, 23 September 2024 - Universitas Gadjah Mada (UGM) menyelenggarakan workshop inovatif bertema “Memanfaatkan ChatGPT untuk Analisis Data.” Acara yang berlangsung di Auditorium Gedung Masri Singarimbun lantai 2 ini menghadirkan Dr. Hakimul Ikhwan, M.A., dosen Program Magister dan Doktoral Kepemimpinan dan Inovasi Kebijakan UGM, sebagai pemateri utama. Workshop ini bertujuan memberikan pemahaman kepada akademisi dan mahasiswa mengenai bagaimana ChatGPT, teknologi berbasis kecerdasan buatan, dapat dimanfaatkan untuk mempercepat proses analisis data.

Dr. Hakimul Ikhwan, M.A menyampaikan materi chatGPT untuk analisis data pemula

Dalam pembukaan workshop, Dr. Hakimul menyampaikan bahwa dunia saat ini mengalami perkembangan pesat dalam 20 tahun terakhir, seakan-akan segala sesuatu "dilipat" dan bergerak dengan kecepatan yang luar biasa. "Dalam dunia yang serba cepat ini, kita perlu mempercepat adaptasi dalam berbagai bidang, salah satunya adalah teknologi yang bisa mendukung proses akademik seperti ChatGPT," ujar Dr. Hakimul. Menurutnya, akademisi dan mahasiswa perlu memahami alat-alat baru yang bisa mendukung kinerja mereka, terutama dalam analisis data dan penulisan karya ilmiah.

ChatGPT untuk Pemula: Dasar Penggunaan dan Potensinya

Dr. Hakimul menjelaskan bahwa ChatGPT adalah model berbasis Natural Language Processing (NLP) yang mampu merespon perintah melalui antarmuka percakapan (chat). Model ini sangat berguna dalam analisis data, pembuatan artikel, atau bahkan dalam membantu menyusun makalah ilmiah. Dengan memanfaatkan teknologi seperti ChatGPT, akademisi dan mahasiswa dapat melakukan pekerjaan lebih cepat dan efisien.

Langkah pertama dalam memanfaatkan ChatGPT, menurut Dr. Hakimul, adalah dengan melakukan customization. "Kita harus mengenalkan siapa diri kita dan apa tujuan kita menggunakan ChatGPT," jelasnya. Setelah memperkenalkan profil dan kebutuhan, ChatGPT akan merespon dengan lebih akurat berdasarkan informasi yang kita berikan. "ChatGPT akan menyesuaikan jawaban yang diberikan dengan profil kita. Jadi, semakin detail kita memberikan perintah, semakin relevan juga hasil yang kita dapatkan," tambah Dr. Hakimul.

Sebagai contoh, ia menjelaskan bagaimana ChatGPT mampu memahami perintah yang disampaikan dalam berbagai bahasa, termasuk campuran Bahasa Indonesia dan Inggris. "Misalnya, kita bisa memberi perintah seperti, 'Expand tulisan paragraf di atas.' ChatGPT akan merespon meskipun perintahnya disampaikan dengan campuran bahasa. Seolah-olah kita sedang berbicara dengan 'orang Jaksel'," ucapnya dengan sedikit guyonan yang mengundang tawa peserta.

ChatGPT untuk Akademisi dan Mahasiswa

Menurut Dr. Hakimul, ChatGPT memiliki potensi besar dalam membantu akademisi dan mahasiswa, khususnya dalam proses penulisan karya ilmiah dan penelitian. Dengan teknologi ini, pengguna bisa memperoleh ringkasan informasi, analisis data, atau bahkan draf awal untuk artikel ilmiah. "Dengan adanya ChatGPT, kita bisa memanfaatkan waktu kita lebih efisien. Banyak mahasiswa yang mungkin merasa kesulitan di awal menulis artikel ilmiah bisa terbantu dengan teknologi ini," jelasnya.

Namun, Dr. Hakimul juga mengingatkan bahwa akademisi memiliki tanggung jawab moral dalam penggunaan teknologi ini. "Meskipun ChatGPT bisa memberikan draf atau analisis awal, kita tetap harus menyusun kembali hasil tersebut. Menuliskannya dalam format yang sesuai dengan standar akademik adalah tanggung jawab kita sebagai akademisi," tegasnya. Menurutnya, tugas utama pengguna ChatGPT adalah memastikan hasil dari model ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan bukan sekadar hasil copy-paste.

Mahasiswa S2 dan S3 praktek menggunakan Chat GPT

Batasan ChatGPT: Kendala dan Solusi

Dr. Hakimul juga membahas keterbatasan ChatGPT yang harus diperhatikan oleh pengguna, terutama dalam konteks akademik. Salah satu kendala utama adalah batasan jumlah kata yang bisa dihasilkan dalam satu sesi interaksi. Saat ini, ChatGPT masih terbatas dalam merespon hingga sekitar 2.000 kata. "Bagi akademisi yang ingin menulis makalah atau artikel ilmiah dengan panjang minimal 2.500 hingga 3.000 kata, tentunya harus menyusun ulang dan menambahkan data secara manual. Ini menjadi tantangan tersendiri," ungkapnya.

Dalam kondisi seperti ini, menurut Dr. Hakimul, penting untuk melihat ChatGPT sebagai alat bantu, bukan solusi akhir. "ChatGPT bisa membantu kita memulai, tapi kita harus membingkai data dan hasil yang diperoleh agar menjadi satu kesatuan yang utuh. Hasil dari ChatGPT adalah langkah awal yang perlu diperkaya dengan analisis mendalam dan penulisan akademik yang baik," tambahnya.

Masa Depan Penggunaan AI dalam Akademik

Workshop ini ditutup dengan diskusi interaktif yang melibatkan peserta dari berbagai program studi. Banyak peserta yang antusias bertanya mengenai bagaimana cara memaksimalkan penggunaan ChatGPT, terutama dalam penelitian yang membutuhkan analisis data yang kompleks. "Teknologi ini masih terus berkembang, dan kita sebagai akademisi harus bisa mengikuti perkembangan tersebut. Di masa depan, penggunaan AI dalam dunia akademik pasti akan semakin luas, dan kita perlu siap menghadapinya," ujar salah satu peserta.

Secara keseluruhan, workshop ini memberikan wawasan baru bagi para akademisi dan mahasiswa tentang bagaimana memanfaatkan kecerdasan buatan untuk mendukung proses penelitian dan penulisan. Meskipun ChatGPT masih memiliki batasan, potensi besar yang dimilikinya tidak bisa diabaikan. Dr. Hakimul menekankan pentingnya tetap berpegang pada etika akademik, meskipun menggunakan teknologi canggih seperti ChatGPT.

Flayer Workshop Memanfaatkan Chat GPT

"Dengan teknologi, kita bisa mempercepat banyak hal, termasuk dalam analisis data. Tapi kita tetap harus kritis dan bertanggung jawab terhadap apa yang kita hasilkan," tutup Dr. Hakimul. Workshop ini diharapkan bisa menjadi langkah awal bagi akademisi UGM dalam mengintegrasikan teknologi kecerdasan buatan ke dalam proses akademik mereka, terutama dalam hal analisis data dan penulisan ilmiah.

Penulis : Muhamad Irfan Nurdiansyah

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image