Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image HeryWibowo

Meraih Kesempatan Kedua

Gaya Hidup | 2024-09-24 19:41:21

Setiap manusia, sejatinya pasti pernah melakukan kesalahan, baik sengaja maupun tidak. Kesalahan yang mungkin saja menyakiti dan mengecewakan orang-orang terdekatnya. Kesalahan yang menimbulkan penyesalan luar biasa dan terpatri menahun. Kesalahan yang membuat dirinya merasa hina, bodoh dan memalukan. Namun demikian, hidup terus berjalan dan harus terus berjalan selama jatah kita masih ada. Nah, di sisa waktu inilah, pilihan pikiran, sikap dan tindakan kita sangat menentukan. Kita bisa memilih terus tenggelan dalam kesalahan tersebut, atau sebaliknya, mengaku salah, menyesalinya dan bertaubat.

Hati nurani yang bersih suci, akan merasa terusik, terganggu, tidak tenang dan bahkan galau disebabkan oleh dosanya. Prof. Dr. Ibrahim bin 'Amir Ar Ruhaily dalam kitabnya Pensucian Jiwa; Makna, Tingkatan dan Sebab-sebabnya menjelaskan bahwa sesungguhnya dosa-dosa itu memiliki pengaruh terhadap jiwa. artinya, ketidaktenangan kita hari ini, kegelisahan kita, kegalauan kita hari ini, berhubungan dengan dosa-dosa yang dilakukan di masa lalu.

Prof. Dr. Ibrahim bin 'Amr Ar Ruhaily lebih lanjut menjelaskan bahwa perumpamaan orang yang mengenali perihal dosa berserta sebab-sebab yang bisa menebus dan menghapuskannya adalah seperti dokter. Ketika ia ditimpa penyakit, maka ia segera mengambil obat (penawar)nya. Artinya, ini adalah keberuntungan bagi mereka yang berilmu, karena selalu bersemangat mengejar ilmu. Yaitu apa? Yaitu bahwa mereka akan memiliki jawaban atas permasalahan mereka, serta akan mengenali penawar dari sakitnya. Sebaliknya, bagi mereka yang tidak bersemangat mencari ilmu kehidupan, berpotensi akan tersesat dan salah langkah.

Maka, berusaha terus belajar untuk lebih mengenal diri sendiri, siapa, dari mana dan kemana nanti kita akan melangkah. Kesalahan dan dosa yang pernah kita lakukan, maka teruslah kenali dan sesali. Hal-hal buruk yang dahulu menemani kita, buang jauh-jauh dan tidak perlu dibanggakan. Banggalah terhadap upaya kita melupakannya dan menjauhinya. Tidak perlu mencari pujian orang lain terhadap kesalahan dan dosa yang pernah kita perbuat. Malulah dengan yang Maha Melihat.

Mereka yang berusaha meyakinkan dirinya bahwa dirinya bersih dari kesalahan dan dosa cenderung akan semakin bingung dan galau. Apalagi yang selalu ingin memberitahu kepada orang lain bahwa dirinya adalah individu yang alim dan sholeh. Yang haus akan pujian orang lain, namun lupa menakar ridho Ilahi.

Maka, koreksi diri selagi ada waktu. Teruslah belajar agama, untuk semakin banyak mengetahui mana yang baik dan buruk, serta mana yang seharusnya dikerjakan dan mana yang seharusnya ditinggalkan. Manfaatkan dua nikmat yang telah diberikan, yaitu nikmat sehat dan nikmat waktu luang, untuk senantiasa bercermin melihat kondisi diri sendiri. Jangan terpatok pada satu pintu yang tertutup, sehingga melupakan atau melalaikan pintu-pintu lain sudah siap dibukakan.

Luangkan waktu untuk merenung perjalanan diri, sudah ke arah Allah Subhanahu wa ta'ala ridhoi, atau justru menjauhinya. Jangan ikuti bisikan menyesatkan yang menghalangi kita berintrospeksi atas segala kesalahan yang pernah kita perbuat. Sehitam apapun masa lalu kita, jangan menyerah untuk bertobat. Sekelam apapun langkah yang pernah ditempuh, jangan berhenti berharap. Ingatlah firman Allah Subhanahu wa ta'ala dalam Al Qur'an, surat Az Zumar ayat 53:

Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image