Taubat yang Mengangkat Derajat
Kisah | 2025-12-01 08:01:32Nabi ﷺ bersabda: “Ada tujuh golongan yang akan Allah naungi pada hari ketika tidak ada naungan selain naungan-Nya (diantaranya) : Lelaki yang diajak berzina oleh wanita bangsawan nan cantik lalu berkata: ‘Aku takut kepada Allah’ (Muttafaq ‘Alaih: HR. Bukhari & Muslim)
Di sebuah negeri yang sibuk mengejar gemerlap, hiduplah seorang perempuan yang kecantikannya memukau banyak mata. Wajahnya seperti rembulan yang jatuh ke bumi, tetapi cahaya yang ia bawa lebih banyak menerangi sekitar daripada dirinya sendiri. Hatinya senyap, kosong, dan mencari sesuatu yang tidak pernah ia temukan dalam harga seratus dinar yang dibayar orang demi satu malam bersamanya. Ia berjalan dalam dunia yang terang benderang, namun jiwanya tenggelam dalam gelap yang lembut, gelap yang tidak pernah ia sebut, bahkan kepada dirinya sendiri.
Tidak jauh darinya hiduplah seorang abid (sebutan untuk seorang ahli ibadah). Ia sederhana, tetapi hatinya luas. Ia tidak memiliki banyak hal, kecuali rasa takut kepada Allah yang tinggal dalam dirinya seperti pelita kecil yang tidak pernah padam. Hingga suatu waktu, ia melihat perempuan itu, sekilas pandang kepadanya membuat dunia dalam dadanya terguncang. Ia merasakan tarikan yang dalam, tarikan yang hanya dikenal oleh mereka yang sedang diuji. Ia pun bekerja keras bertahun-tahun, menahan diri dari segala hal yang membuat hati lemah, sambil mengumpulkan dinar satu per satu. Setiap dinar yang ia simpan seperti menahan nafas panjang yang membuat dadanya terasa penuh.
Ketika akhirnya ia memasuki kamar perempuan itu, semesta seperti menahan waktu. Ranjang yang berkilauan tampak memanggil, lembut namun mematikan. Ia hampir terseret oleh godaan yang selama ini ia pikir mampu ia kuasai. Namun dari ruang paling sunyi dalam hatinya, muncul bisikan yang hanya terdengar oleh mereka yang masih dijaga Allah. Ia mengingat hari ketika seluruh manusia akan berdiri di hadapan Tuhan mereka. Ia mengingat betapa kecil dirinya. Dan pada saat itu, segala hasrat yang bertahun-tahun ia pelihara runtuh seperti pasir yang tersapu angin.
Ia gemetar. Suaranya pecah. Ia memohon pergi. Dinar yang ia kumpulkan bertahun-tahun ia tinggalkan seperti beban yang ingin ia letakkan selamanya. Perempuan itu terdiam. Ia tidak pernah melihat laki-laki menangis di hadapannya, apalagi karena takut kepada Tuhan. Kata-kata itu menembus hatinya, membuka celah yang selama ini ia tutupi dengan kemewahan.
Malam demi malam setelah itu, perempuan itu menangisi hidupnya. Tangisnya tidak lagi pahit. Tangis itu seperti air hujan yang membersihkan jalan-jalan kota setelah lama berdebu. Ia merasa jiwanya kembali hidup. Ia merasakan getaran halus yang lama menghilang; getaran yang muncul ketika seorang hamba kembali kepada Rabb-nya dengan malu dan harap.
Ketika ia akhirnya mencari sang abid, langkahnya ringan namun hatinya penuh doa. Ia datang dengan wajah yang dibersihkan taubat. Namun ketika abid itu melihatnya, seluruh ingatan yang pernah ia kubur kembali menerjang. Ia jatuh tak sadarkan diri dan kembali kepada Allah dalam keadaan hatinya telah dijaga dari dosa yang nyaris menelannya.
Perempuan itu menangis di sisi jenazahnya. Tangisnya kini adalah tangis seseorang yang mengerti bahwa semua yang terjadi adalah bagian dari kasih Tuhan, bukan hukuman. Ia kemudian menikahi saudara sang abid sebagai bentuk penghormatan. Dan dari rahim yang pernah dipenuhi gelap, Allah keluarkan keturunan yang penuh cahaya hingga tujuh Nabi terlahir dari garis mereka.
Begitulah Tuhan bekerja dalam rahasia-Nya. Di balik godaan ada hidayah. Di balik dosa ada jalan pulang. Di balik air mata ada pintu yang terbuka. Dan di balik setiap hati yang remuk, ada kemungkinan untuk bangkit lebih tinggi daripada sebelumnya.
Karena Allah tidak menunggu kita sempurna. Ia hanya menunggu kita kembali.
Kitab Rujukan: Abū Muḥammad Muwaffaq al-Dīn ʿAbd Allāh ibn Aḥmad ibn Muḥammad ibn Qudāmah al-Maqdisī Kitāb al-Tawwābīn, Beirut, Dār Ibn Ḥazm, 2003.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
