Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Rut Sri Wahyuningsih

Kaum Intelektual Sakit Mental, Ada Apa?

Gaya Hidup | 2024-08-25 22:01:02

Sekretaris UGM Andi Sandi membenarkan adanya peristiwa bunuh diri seorang mahasiswa UGM di kamar kos. Mahasiswa angkatan 2021 jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Ilmu Komputer. Upaya pencegahan sudah dilakukan kampus, diantaranya melakukan screening kesehatan mental bagi seluruh mahasiswa ketika mereka mengisi KRS tambah Andi (kumparan.com, 13-8/2024).

Selain Mahasiswi PPDS Anestesi Undip, ternyata cukup panjang daftar mahasiswa bunuh diri di lingkungan kampus Semarang, seperti mahasiswa Universitas Negeri Semarang (UNNES), mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro (Udinus), mahasiswa Fakultas Hukum Undip Semarang, mahasiswi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Semarang (USM) dan lainnya. Ada apa? Mengapa mereka yang disebut kalangan intelektual justru menjadi pesakitan mental?

Potret Kelam Sistem Pendidikan Sekuler

Salah satu kasus yang kemudian viral adalah kasus bunuh diri eorang dokter muda RSUD Kardinah Tegal yang juga mahasiswi Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Anestesi Universitas Diponegoro (Undip) bernama ARL dengan dengan cara menyuntikkan obat ke dalam tubuhnya sendiri, pelaku diduga tak kuat menahan bullying selama PPDS Anestesi Undip.

Sebagai lanjutannya, Kemenkes mengintruksikan penghentian program studi anestesi FK Undip di RSUP Dr. Kariadi, Semarang. Hal itu tertuang dalam surat resmi yang beredar di media sosial tertanggal 14 Agustus 2024, Perintah pemberhentian program studi anestesi FK Undip dikeluarkan oleh Direktur Jendral Pelayanan Kesehatan dr Azhar Jaya, melalui surat kepada Direktur Utama RSUP Dr Kariadi (Jawa pos.com, 15-8-2024).

Soal bullying di kalangan mahasiswa kedokteran, di rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya sudah bukan rahasia baru, semua alumni pendidikan kedokteran akan mengatakan hal yang sama, seolah sudah menjadi tradisi, bagi yang lemah,seperti misalnya bukan keturunan keluarga dokter, senior-junior, daerah-pusat dan lain sebagainya.

Banyaknya kasus bunuh diri pada mahasiswa, dipicu dari berbagai persoalan yang menimpa mahasiswa menggambarkan kompleksnya persoalan yang dihadapi para intelektual itu. Mereka yang memiliki ilmu dan kelak yang memberikan manfaat dan maslahat bagi umat, namun justru tenggelam dan arus bullying dan tidak sehatnya sistem sosial di negeri ini. .

Tentu semua ini tak terjadi dalam tempo sehari atau dua, namun merupakan akumulasi tahun demi tahun, yang terbukti erat kaitannya dengan sistem hidup yang dijalankan hari ini termasuk sistem Pendidikan, yaitu berbasis sekuler. Sistem ini gagal melahirkan generasi yang berkepribadian Islam.

Kepribadian yang pola sikap dan pola pikirnya selaras dengan Islam. Mereka mengetahui hukum Islam sekaligus secara sadar nafsunya mengikuti sebab sadar sepenuhnya jawaban atas tiga pertanyaan besar dalam hidup ini, yaitu darimana kita berasal, untuk apa diciptakan di dunia dan kemana sesudah manusia mati.

Banyak kata-kata bijak yang mengatakan, bukan kita pemilik peradaban, namun generasi yang akan menjadi penerus kita dan pembangun peradaban. Akankah kita rela peradaban yang hendak kita wariskan dipegang oleh generasi lemah mental bahkan terkatagori sakit?

Islam Solusi Paripurna

Allah SWT. berfirman yang artinya, “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (TQS An-Nisa: 9).

Makna dari ayat ini memang seruan untuk para ayah atau suami. Namun jelas korelasinya antara ayah yang mudah dalam menafkahi keluarganya, sehingga keluarganya sehat jasmani dan rohani, terciptalah kondisi yang kondusif.

Islam memiliki sistem pendidikan yang kuat, karena berbasis akidah Islam, dan dengan dukungan sistem lain sesuai dengan Islam, seperti sosial, ekonomi, hukum dan sanksi akan tercipta lingkungan hidup yang mendukung yang menguatkan terwujudnya kepribadian Islam.

Pribadi ini tak mungkin lahir dari penerapan sistem politik demokrasi dan sistem perekonomian hari ini, sebab, kerusakannya sudah terjadi sejak asal, yaitu akidah sekuler, yang membuang aturan agama sebaliknya membolehkan akal manusia memberikan keputusan atau aturan baru, sekiranya hukum Allah mudah dilaksanakan akan dipilih, sementara yang sulit ditinggalkan termasuk wajibnya menerapkan aturan Allah secara kâfah, menyeluruh.

Penghargaan Islam terhadap kaum intelektual sangatlah menonjol, maka negara yang kemudian diberi amanah untuk menyelenggarakan pendidikan terbaik, secara sarana dan prasarana. Misal kebutuhan guru, gaji guru, gedung sekolah dan lain sebagainya. Semua akan dibayar dari kas negara, APBN. Tak ada tawaran pinjol, sebab itu haram hukumnya. Wallahualam bissawab.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image