Jika Semua Bisa Menjadi Ahli K3, Mengapa Jurusan K3 Tetap Diperlukan?
Lainnnya | 2025-12-18 19:33:50
Gambar safety first (Sumber: Pinterest)" />
Belakangan ini, bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) semakin sering dilirik oleh berbagai latar belakang pendidikan. Tidak sedikit orang yang awalnya menempuh pendidikan di jurusan lain, lalu mengambil peminatan atau sertifikasi K3, dan akhirnya bekerja di bidang tersebut. Kondisi ini menimbulkan pertanyaan yang jarang dibahas secara terbuka, yaitu, “Jika semua jurusan dapat masuk ke dunia K3, apa sebenarnya makna keberadaan jurusan K3 itu sendiri?”
K3 bukan sekadar kumpulan aturan atau kewajiban administratif yang dapat dipelajari secara singkat. Di baliknya terdapat proses panjang pembentukan pola pikir keselamatan, kemampuan membaca risiko, serta pemahaman mendalam terhadap regulasi dan etika profesi. Mahasiswa K3 tidak hanya belajar “apa yang harus dilakukan”, tetapi juga “mengapa hal itu harus dilakukan” dan “apa konsekuensinya jika diabaikan”. Ketika proses ini disamakan dengan pelatihan singkat, nilai pendidikan formal K3 menjadi tereduksi.
Memang benar bahwa K3 bersifat multidisipliner dan membutuhkan kolaborasi dari berbagai bidang. Namun, kolaborasi seharusnya tidak menghapus batas kompetensi utama. Sertifikasi dan peminatan idealnya berfungsi sebagai penguat keahlian, bukan sebagai jalan pintas untuk mengambil peran inti K3. Jika semua latar belakang dianggap setara tanpa pembedaan yang jelas, maka profesi K3 berisiko kehilangan identitas dan standar profesionalnya.
Lebih dari sekadar persoalan peluang kerja, kondisi ini menyentuh aspek keadilan dan kualitas keselamatan itu sendiri. K3 yang dijalankan tanpa fondasi keilmuan yang kuat berpotensi menjadi formalitas, bukan sistem perlindungan yang efektif. Padahal, setiap keputusan dalam K3 menyangkut keselamatan banyak orang, bukan hanya kepentingan individu atau institusi.
Keberadaan jurusan K3 seharusnya menjadi pengingat bahwa keselamatan adalah kompetensi khusus yang perlu dipelajari secara serius dan berkelanjutan. Jika keselamatan benar-benar dianggap penting, maka mereka yang dipersiapkan secara akademik di bidang K3 layak mendapatkan pengakuan yang setara. Tanpa kejelasan ini, pertanyaan tentang relevansi jurusan K3 akan terus muncul, bukan karena K3 tidak penting, melainkan karena perannya belum sepenuhnya dihargai.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
