Bermain-Main Bahasa dan Makna
Sastra | 2024-08-15 08:00:17Bermain-main Bahasa dan makna
Oleh; Virga Firdaus Sanjaya*
Sekilas kita memahami puisi ini di peruntukkan untuk negara yang sedang di jajah dan dalam posisi lemah. Namun, Puisi "Bangkit" karya Muhammad Diqy yang menggambarkan perjuangan dan keteguhan dalam menghadapi tantangan kehidupan, menjadi rancu atas bahasa yang terlalu berbelit-belit. Kenapa seperti itu? Memang dalam penulisan sastra tak diperlukan kaidah bahasa, tetapi untuk memahamkan bahasa, maka harus diperjelas dan nyambung, gak putus-putus. Coba kita bayangkan, bila ada puisi membahas cinta, sedangkan di bait kedua membahas dapur, kan gak nyambung malah bikin bingung. Berikut adalah beberapa apresiasi dan saran koreksi untuk puisi ini:
Apresiasi:
1. Imaji dan Perasaan: Puisi ini menggambarkan perasaan gelap dan perlawanan dengan menggunakan imaji yang kuat, seperti "gelap", "gemerlap", dan "kekerasan sekeras baja". Ini memberikan gambaran yang intens tentang perjuangan batin yang dialami.
2. Tema Perlawanan: Tema perlawanan dan keteguhan muncul dengan kuat, memberikan dorongan untuk tidak menyerah dalam menghadapi rintangan dan penindasan.
3. Kekuatan Bahasa: Pemilihan kata yang kuat seperti "menyayat jiwa", "dipukul rasa kejam yang membara", dan "gelisah nafasku" menambahkan dimensi emosional yang dalam pada puisi.
Saran Koreksi:
1. Kohesi dan Alur: Beberapa bagian mungkin dapat diperjelas untuk meningkatkan alur keseluruhan puisi. Misalnya, baris "Beragam suara terpeleset dilangit ku cinta" bisa dimaksudkan untuk menunjukkan apa yang dimaksudkan dengan "suara yang terpeleset". Apa kata juang seperti ‘Allahu Akbar’, kata erangan kesakitan, atau kata syukur karna syahid seperti ’Alhamdulillah’. Mohon penjelasannya?!
2. Konsistensi Tema: Pada beberapa titik, tema atau gambaran mungkin agak kabur. Misalnya, dari "pelita depan cintaku gemerlap" yang menunjukkan harapan atau seorang pejuang. Yang jelas bagaimana? Padahal di dua bait atasnya menunjukkan kesengsaraanya sebuah negara, tetapi negara itu tak mau menyerah, mengalah begitu saja. Namun, di bait ketiga ini apa maksudnya? ( pelita depan cintaku gemerlap: seseorang yang berjuang di garda terdepan telah tiada, apa gitu?. Atau lentera kesayangan yang kehabisan bahan bakar minyak? Ataukah sebuah makna simbolis yang menggambarkan harapan, kecerahan, atau cahaya yang memandu dalam situasi gelap atau sulit? Mohon kejelasannya) selepas itu ada juga bait (tambah terasing dari lubuk cinta rendah. Ini apa maksudnya? Apa seperti sesuatu yang bisa merujuk pada upaya untuk menjaga jarak dari pengalaman yang menyakitkan atau mengecewakan dalam percintaan atau seperti apa?). Serta ada pula bait (dalam kebisuan tak berharga. Apa maksud puisi ini, apakah si penulis ini mengangap bahwa mereka selama ini diam tak melawan atau perlawanan mereka tak di anggap). (Bersemayam ketakutan yang tiba, oalah, mungkin si penulis mengangap para pejuang ini penakut atau gimanaa!. Meronta ambisi tak kunjung memadamkan, apa yang dipadamkan?). mohon diperjelas dan pertegas.
3. Ritmik dan Ritme: Puisi memiliki ritme yang kuat secara keseluruhan, tetapi ada beberapa bagian yang mungkin dapat diperbaiki untuk mengoptimalkan aliran dan ritme kalimat, terutama di bagian-bagian yang lebih panjang.
Secara keseluruhan, "Bangkit" adalah puisi yang kuat secara emosional dengan tema yang menginspirasi. Namun, sebaik apapun makanan, semewah apapun makanan jika itu haram apakah layak untuk di konsumsi. Sama seperti puisi, tema yang bagus, bisa membuat penulis hangus untuk menggugus. Jadi, nikmati saja sebagai penyair, kalau mau jadi koki hebat maka bersiaplah makanannmu gosong atau tanganmu pernah teriris. Orang hebat lahir dari hal-hal yang kuat. Salam Sastra ????.
Berikut puisi karya Ananda Muhammad Diqy:
Bangkit
Oleh; Muhammad Diqy
Waktu terasa akan jadi gelap
Tetapi bukan masa tuk mengalah
Pelita depan cintaku gemerlap
Tambah terasing dari lubuk cinta rendah
Kita adalah orang yang berjuta tahun mengalah
Dalam kebisuan tak berharga
Berjalan terus menyayat jiwa tak salah
Dipukul rasa kejam yang membara
Kerinduan yang dalam menikam nurani
Cucuran darah kelak jadi saksi
Beragam suara terpeleset dilangit ku cinta
Bersemayam ketakutan yang tiba
Gelisah nafasku tak bisa diucapkan
Meronta ambisi tak kunjung memadamkan
Menyikapi perasaan selembut sutra
Meluap kekerasan sekeras baja
Untuk menolak penindasan harga diri
Untuk mempertahankan kemanusiaan ini
Apa yang bisa dikatakan
Selain melawan di barisan depan
*Virga Firdaus Sanjaya lahir di kota Jember. Aktif di pelbagai media, Redaksi Mading Tafaqquh, Sanggar Sandhar, KODRAJER ( Komplotan Drama Jember ) dan lainnya. Pernah menghadiri acara Literasi Bahasa di Kretek, Wonosobo 2021. Sumpah puisi pada hari pahlawan di Kaliwates, Jember 2022. Dan Hari Teater di Universitas Gadjah Madha, Sleman, Yogyakarta 2023. Tulisannya di muat di pelbagai media, Radar Bromo, Sidogiri Media, Majalah Nasyith, Radar Jember, Koran Punya Kita Dan lainnya.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.