Ajarakan Anak Ini Agar Terhidar Dari Predator Seksual
Parenting | 2024-08-10 06:06:03Masih jelas ingatan kita bahwa beberapa waktu yang lalu ada kasus seorang anak yang di lecehkan ayahnya sendiri. Publik dibuat geram dengan tidakan yang sangat tidak bermoral tersebut. Apalagi ini dilakukan orang terdekat yang seharusnya melindungi sang anak. Banyak orang yang tidak habis pikir mengapa ayahnya bisa melakukan hal tersebut meskipun sudah bercerai. Dari sekian banyak orang, kenapa memeilih anaknya sendiri untuk dirusak masa depannya?
Sebenarnya banyak dari anak-anak yang mengalami pelecehan seksual, baik oleh orang lain atau keluarga. Biasanya mereka malu untuk menyampaikan kejadian yang menimpa dirinya. Parahnya pada beberapa anak merasa tidak paham bahwa dirinya sedang dilecehkan. Anak menganggap hal itu adalah hal wajar . korban pelecehan memiliki potensi besar untuk menjadi pelaku di masa akan datang.
Kita saat ini memang hidup di dunia yang begitu, dimana tindakan tidak bermoral bisa dilakukan oleh siapa saja dan kapan saja. Bahkan ada ungkapan orang terdekatmu adalah musuh yang paling nyata. Begitu carut marutnya kondisi sosial saat ini menjadikan orang tua merasa sangat khawatir. Terlebih mereka yang memiliki anak usia balita, dimana mereka masih lemah. Anak-anak terbukti menjadi sasaran paling mudah bagi pelaku kejahatan, karena mereka masih belum mampu membela diri.
Pelecehan ini begitu masif terjadi di berbagai daerah. Biasanya pelaku pelecehan seksual adalah mantan korban yang berubah menjadi pelaku. Ini bagaikan jaringan yang tak henti dan bisa mengenai generasi selanjutnya. Belum lagi saat ini teknologi memberikan kemudahan bagi siapa saja untuk bisa mengakkses konten vulgar. Mereka yang sudah kecanduan dan sudah rusak kemampuan nalarnya akan menghalalkan segala cara untuk memenuhi keinginananya.
Belum lagi hukum yang dianggap tidak banyak berpihak pada korban pelecehan, yang menambah jumlah pelaku. Masih ingat sekali beberapa waktu ada kasus pelecehan yang meminta korbanya dinikahkan dengan pelaku. Sehingga masyarakat menganggap bahwa tindakan tidak bermoral ini boleh dilakukan dan bisa dilanggar. Kondisi ini juga diperparah dengan kurangnya pemahamn para orang tua untuk membekali anak beberapa keterampilan. Sehingga mereka menjadi sasasran empuk bagi para pelaku untuk melancarkan aksinya.
Kerampilan Yang Perlu Diajarkan
Berbicara mengenai aksi kejahatan maka kita tidak akan jauh dari kata peluang. Pelaku pelecehan seksual menyasar anak kecil karena dianggap sebagai objek yang paling aman.. Maka akan menajdi penting melatih anak beberapa keterampilan untuk memperkecil peluang terjadinya kejahatan. Orang tua juga perlu mengajarkan kepada anak agar mampu menilai kondisi berbahaya dan tanggap mengembil keputusan. Meskipun hal ini sangat mustahil diajarkan pada anak usia balita.
Berikut ini adalah keterampilan yang perlu diajarkan pada anak untuk mencegah mereka menjadi korban pelecehan.
1. Ajarkan anak menolak disentuh di area ini( dada, pantat dan alat kelamin).
Tegasakan pondasi ini kepada anak anda, bahwa 3 arena tersebut haram hukumnya untuk dilihat, disentuh atau diraba oleh siapapun. Jelasakan kondisi-kondisi pengecualian yang memperbolehkan arena tersebut diperiksa, seperti pergi kedokter di temani mama. Tekankan selain kondisi tadi siapun tidak boleh melihat, menyentuh dan meraba apalagi mencium.
2. Ajarkan anak untuk menilai situasi yang memebahayakan dirinya.
Langkah selanjutnya yang perlu dilakukan adalah mengajarkan anak untuk menilai kondisi yang membahayakan. Bunda boleh mengenalkan kondisi-kondisi ini secara langsung atau melalui cerita. Tekankan bahwa area sepi, area tertutup, area gelap tidak boleh di kunjungi. Siapun orang yang mengajak wajib di tolak meskipun itu keluarga sendiri.
3. Ajarkan anak untuk membela diri
Membela diri merupakan bagian penting dari keterampilan yang harus diajarkan. Parents memang tidak perlu sampai mengikutkan seni bela diri setidaknya anak bisa membela dirinya saat kondisi bahaya. Anak perlu tau cara menendang, mengigit bahkan memukul di situasi berbahaya.
4. Ajarkan anak untuk berteriak
Berteriak dan menolak merupakan paket yang perlu ada pada diri anak, ajarkan anak mengatakan tidak pada ajakan yang tidak jelas. Ajarkan pada anak untuk tidak mudah mempercayai orang yang mengaku teman orangtuanya, dan mengajak pergi. Ajarkan anak untuk menolak jika ada orang asing menawarkan hadiah agar mau diajak. Bila perlu kenalkan wajah-wajah anggota keluarga yang dipercaya selain itu jangan mau di ajak.
5. Ajarkan anak trik kabur
Sekarang banyak tutorial yang tersedia untuk melepaskan diri saat di pegang atau di rangkul. Parentes bisa melatihkan ini pada anak sebagai penjagaan tambahan.
6. Berikan anak nomer darurat untuk di hubungi.
Hal ini bisa dilakukan pada orang tua yang sibuk bekerja, kenalkan pada figure otoritas yang memungkinakan bisa membantu dia.
7. Jangan pernah mencium bibir anak kita.
Langkap pencegahan lainnya adalah jangan pernah mencium bibir anak, sehingga anak bisa membedakan mana ciuman kasih sayang, mana yang nafsu.
8. Jangan pernah membiarkan anak kita berkeliaran dengan pakain yang minim
Biasanya orang tua akan merasa lucu bila naknya hanya pakai baju dalaman, sebaikanya sejak usia 3 tahun ajarkan anak untuk selalu mengunakan pakain lengkap bahkan saat tidur.
9. Role play
Latihkan ketermapilan dia atas secara berulang, pastikan anak menangkap penjelasan anda dan anak mengingatnya. Tanamkan rasa berani dan percaya diri, karena pelaku kejahatan biasanya memiliki kekuatan untuk menekan.
Tulisan ini saya tutup dengan kata “ doakan keselamatn anak kita”. Tidak ada penjagaan terbaik selain penjagaan dari yang Maha Kuasa. Dengan ikhtiar maksimal dan doa maka harapanya kita bisa menjauhkan anak dari kejahatan.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.