Menghindari Karakter Yuyu Agar Dapat Meraih Kesehatan dan Kesuksesan,
Agama | 2022-01-21 20:29:31TENTU saja pada umumnya yuyu atau kepiting sawah hidup di pesawahan. Secara zoology terdapat dua jenis yuyu yakni yuyu bogor (Parathelphusa Bogoriensis) dan yuyu jawa (Malayopotamon Javanense).
Jika dikonsumsi secara proporsional, binatang yang tubuhnya mirip kepiting laut ini bergizi tinggi dan bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Diantara manfaatnya adalah membantu memelihara kesehatan jantung; baik untuk kesehatan otak; mendorong kinerja sistem kekebalan tubuh; sebagai antioksidan; membantu menurunkan berat badan; membantu menjaga kesehatan tulang; dan membantu memperbaiki jaringan tubuh yang rusak (www. hellosehat.com).
Namun demikian, dibalik manfaatnya tersebut, selain yuyu menjadi hama bagi tanaman padi, yuyu memiliki karakter yang jelek. Jika yuyu tertangkap dan dikumpulkan dalam suatu wadah, ember misalnya, yuyu tersebut tak akan bisa kabur, keluar dari ember penampungan. Penyebabnya, yuyu memiliki karakter saling menjatuhkan.
Jika ada seekor yuyu yang nyaris meloloskan diri keluar dari ember, yuyu lainnya akan menariknya lagi kembali ke dasar ember. Apabila ada lagi yuyu lain yang mencoba naik dengan cepat ke mulut ember, lagi-lagi yuyu lain menariknya kembali turun. Begitu seterusnya, sampai akhirnya tak ada seekor yuyu pun yang berhasil keluar dan kabur dari ember penampungan. Akhirnya semua yuyu bernasib sama, mati menjadi makanan manusia.
Karakter seperti yuyu tersebut sering kali hinggap dalam sikap hidup keseharian kita. Sikap tersebut tiada lain adalah sikap iri, sikap merasa tidak senang jika orang lain mendapatkan kesuksesan atau keberuntungan.
Pasangan setia dari sikap ini adalah dengki atau hasud. Sikap ini cenderung tidak rela melihat orang lain sukses dan ingin menghilangkan kenikmatan atau kesenangan yang ada pada orang lain, merasa senang jika orang lain sama-sama hidup menderita.
Baik secara spiritual maupun sosial, sikip iri, dengki atau hasud merupakan sikap jelek yang akan merugikan bagi semua orang, terlebih-lebih bagi pelakunya. Secara spiritual, sikap ini merusak kesucian jiwa.
Pahala amal baik akan habis terbakar habis dengan sikap iri, dengki/hasud. Daya bakarnya lebih cepat daripada daya bakar api membara yang membakar kayu bakar yang kering kerontang. Jiwa kita menjadi kotor dan rusak, amal kita nihil pahala karena sikap tercela ini.
“Waspadalah dengan sikap hasud, sesungguhnya hasud akan memakan pahala kebaikan yang telah dilakukan seperti halnya api membakar kayu bakar” (H. R. Abu Daud, Ibnu Majah dari Anas bin Malik).
Dalam ilmu tasawuf, iri, dengki/hasud ini tergolong kepada penyakit hati yang sangat berbahaya. Kekotoran hati akan melenyapkan pahala amal baik. Sebanyak apapun kebaikan yang pernah kita perbuat, pahalanya akan habis seketika manakala kita bersikap iri, dengki/hasud kepada orang lain. Kebaikan lainnya yang akan hilang karena perbuatan iri, dengki/hasud ini adalah kesehatan jiwa dan kesehatan otak.
Ada beberapa ahli psikologi dan pakar kesehatan otak yang meneliti pengaruh iri, dengki/hasud terhadap kesehatan jiwa dan otak. Salah seorang dari para ahli tersebut adalah Dr. Anna-Maija Tolppanen dari University of Eastern Finlandia.
Pada tahun 1998 ia melakukan penelitian terhadap sikap membenci, sinis, dan iri. Jumlah responden yang berpatisipasi dalam penelitian ini sebanyak 622 orang. Berdasarkan hasil penelitiannya, 69 orang dari responden yang memiliki sikap iri/hasud, sinis, dan membenci dalam kadar yang tinggi menyebabkan pelakukanya mengidap dimensia atau pikun setelah 10 tahun kemudian.
Pengaruh negatif lainnya dari sikap iri/hasud, sinis, dan membenci adalah memiliki rasa percaya diri rendah, produktivitas rendah, dan rentan depresi. Akhir dari penelitiannya, ia menyimpulkan orang-orang yang gampang sinis dan iri kepada orang lain berpeluang dua kali lebih besar terkena penyakit pikun (dimensia).
Sementara Dr. Shigeo Haruyama (2014), pakar kesehatan asal Jepang dalam bukunya The Miracle of Endorphin mengatakan, “Manusia adalah makhluk yang sejatinya dilahirkan untuk hidup sehat. Kondisi kesehatan manusia bergantung kepada pikirannya sendiri.
Otak merupakan satu-satunya organ tubuh yang berfungsi untuk mengendalikan pikiran. Di dalam otak diproduksi bermacam-macam hormon. Hormon tersebut ada yang bermanfaat untuk kesehatan, namun tidak sedikit yang sangat merugikan kesehatan.”
Menurutnya, hormon berbahaya yang diproduksi dalam otak antara lain Noradrenalin. Hormon ini diproduksi otak pada saat kita merasa takut, stres, tertekan, marah, dan penolakan terhadap segala sesuatu (negative thinking), termasuk didalamnya ketika kita bersikap iri, dengki/hasud. Efek buruk dari hormon ini sangat bervariasi, diantaranya gangguan pencernaan dan pembuluh darah, kerusakan pada hati, ginjal, jantung, sampai dengan terjadinya stroke dan kanker.
Sedangkan hormon bermanfaat yang diroduksi otak diantaranya beta-endorphin, hormon yang menyebabkan kebahagiaan, perasaan tenang, nyaman, dan rileks. Hormon ini muncul ketika kita merasa senang, bahagia, mampu mengontrol emosi negatif, dan mampu berlapang dada atau berpikir positif. Hormon yang baik ini membantu tubuh untuk menjadi semakin sehat dan mengusir berbagai penyakit.
Secara sosial, bersikap iri, dengki/hasud akan merenggangkan keakraban dan persaudaraan dalam hidup bermasyarakat. Raut muka sinis akan selalu menghiasi orang-orang yang bersikap iri, dengki/hasud.
Kata-kata yang keluar dari mulutnya selalu tidak enak didengar orang. Kondisi ini akan membuat orang-orang yang ada di sekitarnya merasa tidak nyaman. Pada akhirnya, orang-orang akan menjauhinya. Jika sudah terjadi seperti ini, maka putus sudah tali silaturahmi dan persaudaraan.
Tidak ada satu pun perintah dan larangan dalam ajaran Islam yang merugikan orang-orang yang melaksanakannya. Selain keuntungan memperoleh pahala kelak di akhirat, Allah pun menjamin ketenangan, kenyamanan, dan kebahagiaan bagi orang-orang yang mentaati segala perintah dan larangan yang telah Ia tetapkan. Namun demikian, Allah memberikan pilihan kepada hamba-Nya.
“Dan katakanlah: ‘kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir” (Q. S. al Kahfi : 29).
Dengan penuh kasih dan sayang, Allah telah menjamin keselamatan dan ketenangan hidup di dunia seraya pulang menghadap-Nya dengan membawa berbagai pahala kebaikan bagi orang-orang yang mampu menjauhi sikap iri, dengki/hasud. Sebaliknya, kecelakaan, kesempitan hidup, berbagai penyakit seraya pulang menghadap-Nya tanpa membawa pahala kebaikan akan menimpa orang-orang yang tetap setia memelihara sikap iri, dengki/hasud dalam dirinya.
Jelas sudah, sikap iri, dengki/hasud sangat berbahaya bagi kehidupan. Kini pilihan ada pada diri kita. Apakah kita akan memilih hidup sehat, bahagia, di dunia dan akhirat dengan menghindari iri, dengki/hasud atau memilih tetap setia bersikap iri dengan memperoleh kesenangan sesaat namun beresiko mengundang berbagai penyakit dan berbagai kesulitan hidup di dunia dan akhirat?
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.