Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ghazan Athar Krisna

Tertawakan Saja Masalahmu. Humor sebagai Defense Mechanism.

Curhat | Wednesday, 10 Jul 2024, 10:35 WIB
We choose what to do with our problems.

Setiap orang tentunya memiliki hal yang namanya selera humor. Tentu, karena humor merupakan salah satu perantara ketika seseorang berinteraksi dengan orang lain yang membuat suasananya menjadi suasana yang menyenangkan. Dalam buku Humor Therapy (Suryadi, 2019), dalam konteks pendidikan, humor dapat dijadikan sebagai pemecah suasana ketika dalam suasana mengajar. Dan humor tersebut mengindikasikan bahwa seorang guru atau dosen memiliki kompetensi dalam mengajarnya. Yang namanya kehidupan tentunya akan selalu ada yang namanya masalah, dan disitulah peranh humor datang. Hidup tidak selalu harus dipenuhi dengan keseriusan dan ketegangan, ada baiknya jika hidup kita juga terdapat senyum, senda gurau, tawa, dan sedikit bumbu dari humor yang tidak berlebihan untuk menyinari hidup kita meskipun dipenuhi dengan masalah (Suryadi, 2019).

Lalu, apa maksudnya humor sebagai defense mechanism? Pernah tidak kalian melihat teman kalian yang secara realita memiliki sekebun masalah? Tetapi, meskipun memiliki masalah dia tetap tertawa sembari bersenda gurau dan mengeluarkan beberapa candaan-candaan jenaka atau yang biasa kita sebut sebagai joke atau lelucon. Itu lah humor sebagai defense mechanism, sebuah bentuk coping seseorang ketika dia sedang merasa tertekan, memiliki banyak masalah, atau berada dalam situasi yang menurutnya tidak nyaman. Disebutkan oleh Ziv pada tahun 1988, dalam masyarakat kontemporer, humor dan tawa sering diasumsikan sebagai cara seseorang untuk mengatasi kesulitan dan tekanan dalam hidupnya (Nezlek & Derks, 2001). Jadi meskipun mereka bersenda gurau di belakang kumpulan masalahnya, bukan berarti mereka tidak peduli dengan masalah mereka. Kemungkinan besar, mereka hanya sedang mencoba untuk mengalihkan pikiran mereka dari masalah di kehidupan mereka (Nezlek & Derks, 2001).

Namun, sayangnya tidak semua orang bisa mengerti mengapa orang-orang ini masih bisa bercanda dalam situasi-situasi yang bisa dikatakan bukan situasi dimana umumnya orang akan bercanda. Mungkin dapat dijelaskan jika kita menghubungkannya dengan pendekatan sigmund freud tentang kesadaran. Pendekatan freud menyatakan bahwa humor dan psikoanalisa dapat dipersepsikan sebagai pasangan yang serasi. Di tahun 1905, Freud mengelaborasikan tulisannya yang berjudul “The Joke and It’s Relation to the Unconciousness” yang di basiskan dari sebuah ide bahwa “humor merupakan sebuah cara untuk mendapatkan rasa kesenangan meskipun diliputi dengan pikiran negatif yang dapat menghilangkan rasa tersebut” dan dapat dianggap sebagai proses defensif tertinggi dalam teori kejiwaan (Crăciun, 2014). Dari teori tersebut, alasan dari kenapa orang-orang ini dapat bercanda dalam situasi tersebut adalah karena mereka memang ingin melupakan perasaan bahwa sedang tertekan atau tidak nyaman, dan mereka memanggil rasa kesenangan melalui humor.

Lalu, bagaimana bentuknya sebagai defense mechanism? Mungkin bisa diambil contoh dari sebuah karakter dari sebuah film sitkom amerika yang berjudul “FRIENDS” (Kauffman & Crane, 1994), yang dimana salah satu karakternya yaitu Chandler Bing sering menggunakan humor ketika dia berada di situasi yang dimana membuatnya tidak nyaman. Dalam musim ke tiga film tersebut, Chandler Bing mengatakan bahwa dia mulai menggunakan humor sebagai defense mechanism ketika kedua orang tuanya bercerai saat dia berusia muda. Meskipun karakter ini fiktif, kondisinya dimana dia menggunakan humor untuk menghindari situasi situasi yang tidak nyaman dan mulai menggunakannya setelah peristwa orang tuanya bercerai sesuai dengan pernyataan Freud di tahun 2007 yaitu: “Melalui kedua sifat ini: menolak permintaan kenyataan dan memaksakan prinsip kesenangan, humor menjadi sangat dekat dengan regresi atau proses reaksioner yang mengkhawatirkan kita tentang psikopatologi” (Crăciun, 2014).

Namun, akan sangatlah tidak pantas jika kita mendadak bercanda di acara-acara yang murung seperti ketika sedang di upacara pemakaman dan tiba-tiba muncul suatu lelucon di otak kita. Setidak pantasnya hal tersebut, itu lah bentuk dari orang yang memiliki selera humor dan sering menggunakannya ketika dia berada di posisi yang membuatnya tidak nyaman.. Sebagai defense mechanism, humor terdiri dari menyediakan sebuah situasi baru yang dialami sebagai traumatis menjadi sebuah penglaman yang nyaman, ironis; hingga aspek-aspek yang tidak normal ditemukan dan ditekankan (Crăciun, 2014). Aspek yang tidak normal ini mungkin dapat diartikan sebagai sesuatu yang tidak seharusnya kita temukan di situasi tersebut, seperti bagaimana kita tidak seharusnya menemukan canda dan tawa di sebuah upacara pemakaman. Tidak normal, namun dapat melupakan kita pada kesedihan dari bagaimana orang yang kita sayang mulai meninggalkan kita.

Dan orang-orang ini tidak memiliki maksud yang buruk ketika dia mengeluarkan lelucon tentang mayat di upacara pemakaman tersebut. Itu mungkin hanyalah sebuah cara dia untuk membuat situasi yang muram menjadi suasana yang terdapat tawa dan senda gurau yang semoga saja tidak berlebihan. Dalam beberapa situasi, humor sebagai defense mechanism dapat menjadi sebuah cara untuk menanggulangi apa yang tampak sebagai menyakitkan, tanpa membuatnya menjadi berbahaya (Crăciun, 2014).

Hidup memang selalu diisi dengan masalah. Dan beberapa mungkin membuat pikiran kita menjadi muram. Namun, kita tidak harus selalu menekankan perasaan muram tersebut dan dapat coba untuk menyenangkan suasana menggunakan sedikit lelucon dan selera humor yang mungkin sedikit agak gelap. Meskipun memang tidak sepatutnya kita membuat lelucon tentang bagaimana seorang mayat dalam sebuah upacara pemakaman pernah melakukan hal yang memalukan ketika dia masih berumur 5 tahun. Atau bagaimana jika istrimu tidak pernah menerima telepon darimu dan bagaimana kau tidak dapat menemukan istrimu, malah kau tertawakan. Tidak apa-apa untuk menertawakan masalahmu daripada ditertawakan karena masalah yang kamu punya.

Referensi :

Crăciun, B. (2014). Humor as a defense mechanism and working instrument of the cognitive-behavioral therapy. Romanian Journal of Cognitive Behavioral Therapy and Hypnosis, 1(1).

Kauffman, M., & Crane, D. (1994). F.R.I.E.N.D.S. NBC.

Nezlek, J. B., & Derks, P. (2001). Use of humor as a coping mechanism, psychological adjustment, and social interaction. Humor, 14(4), 395–413.

Suryadi, B. Ph. D. (2019). Humor therapy (L. M. Komarudin, Ed.). RMBOOKS.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image