Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image SIHAP

Ontologi (Keberadaan dan Hakikat dari Realitas) oleh Ibnu Sina

Agama | 2024-07-02 19:15:25

Pemikiran ontologis Ibnu Sina (Avicenna) merupakan salah satu kontribusi terpentingnya dalam filsafat. Ia menawarkan pandangan yang mendalam dan sistematis tentang keberadaan dan hakikat realitas. Ibnu Sina membuat perbedaan mendasar antara esensi (mahiyah) dan eksistensi (wujud). Esensi adalah apa yang membuat sesuatu menjadi apa adanya, misalnya, esensi manusia adalah sifat-sifat yang mendefinisikannya sebagai manusia. Eksistensi, di sisi lain, adalah kenyataan bahwa sesuatu itu ada. Ibnu Sina berpendapat bahwa esensi dari suatu benda tidak secara inheren menyiratkan keberadaannya. Sebagai contoh, konsep tentang "kuda" dapat ada dalam pikiran kita tanpa harus ada kuda nyata di dunia.

Sumber Foto: Kompas.com

Ibnu Sina mengklasifikasikan keberadaan menjadi dua kategori: wujud wajib (necessary existence) dan wujud mungkin (contingent existence). Wujud wajib adalah entitas yang eksistensinya tidak bergantung pada apa pun di luar dirinya. Hanya Tuhan yang termasuk dalam kategori ini, sebagai penyebab pertama yang tidak disebabkan oleh apa pun. Wujud mungkin adalah entitas yang keberadaannya bergantung pada sesuatu yang lain. Semua makhluk selain Tuhan termasuk dalam kategori ini, karena keberadaan mereka bergantung pada sebab-sebab lain dan pada akhirnya pada Tuhan.

Untuk menjelaskan bagaimana keberadaan wujud mungkin muncul dari wujud wajib, Ibnu Sina mengembangkan teori emanasi. Menurut teori ini, segala sesuatu di alam semesta berasal dari Tuhan melalui proses emanasi. Emanasi ini bukanlah penciptaan dalam waktu, tetapi hubungan ontologis yang abadi di mana semua yang ada memancarkan dari sumber yang satu, yaitu Tuhan. Ibnu Sina menggunakan prinsip kausalitas untuk memperkuat argumen ontologisnya, dengan berpendapat bahwa setiap wujud mungkin membutuhkan penyebab, dan rantai penyebab ini harus berujung pada wujud wajib yang tidak memerlukan penyebab. Ini adalah argumen kosmologis klasik yang mengarah pada keberadaan Tuhan sebagai penyebab pertama.

Ibnu Sina juga berusaha menjelaskan sifat-sifat Tuhan dalam kerangka ontologisnya. Menurutnya, Tuhan adalah satu, unik, dan tak terbagi. Esensi Tuhan adalah eksistensi-Nya; tidak ada perbedaan antara apa Tuhan itu dan bahwa Tuhan itu ada. Tuhan juga dianggap sebagai akal sempurna yang menciptakan dan mengatur alam semesta melalui pengetahuan-Nya. Dalam ontologinya, Ibnu Sina juga membahas hubungan antara jiwa dan tubuh. Ia berpendapat bahwa jiwa adalah substansi spiritual yang independen tetapi terhubung dengan tubuh. Jiwa memiliki kemampuan intelektual yang memungkinkan manusia untuk mengenali keberadaan Tuhan dan memahami hakikat realitas.

Pemikiran ontologis Ibnu Sina menekankan pemisahan antara esensi dan eksistensi, serta pentingnya wujud wajib sebagai sumber dari segala keberadaan. Dengan teorinya tentang emanasi dan kausalitas, ia mencoba memberikan penjelasan sistematis tentang bagaimana semua wujud mungkin berasal dari wujud wajib, yaitu Tuhan. Pandangannya tentang ontologi tidak hanya berpengaruh dalam dunia Islam, tetapi juga diadopsi dan dikembangkan oleh filsuf-filsuf Eropa selama Abad Pertengahan dan Renaisans.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image