Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Risdayanti

Makna dan Hakikat Doa

Agama | 2024-06-21 10:01:43

Perkataan “doa” berasal dari kata pokok da’aa. Artinya menurut ilmu bahasa sangat beragam , tergantung bagaimana susunan dan tujuan kalimat yang menggunakan kata itu. Dalam al-Qur’an banyak di jumpai kata-kata da’a ini. Adakalanya bermakna ibadat, meminta pertolongan, memanggil, percakapan, memohon, memuji dan lain sebagainya.

Doa yang dimaksudkan dengan pengertian memohon atau meminta adalah permohonan atau permintaan seorang hamba kepada Tuhannya Yang Menciptakannya. Permohonan itu dirumuskan oleh seorang hamba dalam satu rangkaian kalimat dan diucapkan oleh hamba itu seolah-olah dia berbicara bersahutan (berdialog) dengan Allah SWT.

Dalam “Semangat Muslim” hal 90, Saadan Rahmany menyatakan bahwa Doa yaitu menyampaikan kehendak dan mengharapkan sesuatu pengharapan langsung kepada Allah SWT, dengan maksud agar memperoleh tambahan rahmat dan karunia dari segala apa yang diridhai-Nya.

Dalam hidup ini, manusia membutuhkan landasan yang dapat menentramkan juwanya atau tali yang bisa menjadi harapan berpegangan di kala duka maupun suka. Landasan atau tali berpegangan yang dimaksudkan adalah doa. Dalam hubungan nya dengan ini, Afif Abd. Fattah At-Tabbarah dalam Ruuhud Dienul Islam menyatakan: “Berdoa itu adalah salah satu fitrah diri manusia. Manusia senantiasa ingat dan rindu kepada Allah yang akan memberikan perlindungan kepadanya di waktu kesulitan atau untuk menghindarkan sesuatu kejahatan. Berhadapan dengan peristiwa-peristiwa kehidupan ini, manusia sangat lemah. Tidak ada sandaran bagi kelemahannya, kecuali doa.”

Seirama dengan rumusan itu, Horald Sherman menyatakan dalam bukunya The Power of Preyer (Kekuatan Doa) yaitu: “Its is instinctive for man, when he encounters conditions and circumstances beyond his control, to pray to a higher powerfor help.” (Sudah menjadi naluri manusia akan memohonkan doa untuk meminta pertolongan kepada kekuasaan yang lebih tinggi apabila ia berada dalam suatu kesulitan atau situasi yang tak dapat diatasinya).

Berdasarkan hal demikian, maka dalam kehidupan ini manusia membutuhkan satu landasan untuk dapat menentramkan jiwanya atau membutuhkan seutas tali atau tambang yang dapat digunakan untuk berpegangan. Landasan atau tali yang dimaksudkan adalah doa. Karena dapat dinyatakan bahwa pada hakikatnya berdoa itu adalah menjadi fitrah (tabiat) bagi manusia.

Tentang tabiat manusia yang berhajat kepada doa itu, di lukiskan oleh Allah dalam Al-Quran sebagai berikut:

“Dan kalau manusia itu ditimpa bahaya, dia mendoa kepada kami di waktu duduk atau di waktu berdiri. Tetapi, setelah kami hilangkan bahaya itu dari padanya, dia bejalan seolah-olah tidak pernah mendoa kepada kami atas bahaya yang telah menimpanya itu. Begitulah orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Yunus:12)

Dari situ jelaslah bahwa hakikat doa itu adalah satu hajat rohaniah yang diperlukan oleh manusia dalam kehidupan ini, lebih-lebih tatkala ditimpa oleh kesusahan, kesulitan, malapetaka dan bahya lainnya. Dari kalangan ulama ada yang mengibaratkan bahwa doa itu laksana obat bagi rohani yang sedang menderita penyakit seperti takut, cemas, rusuh, ragu-ragu dan lainnya.

Sumber: Yunus Hasyim Syam (2008)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image