Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dewi Rahmawati

Hindari Gaya Hidup Hedonisme, Maka Hidup Akan Tenang

Gaya Hidup | 2024-06-19 21:24:32
Sumber: https://rey.id/blog/wp-content/uploads/2022/05/apa-itu-hedonisme.jpg

Para ahli antropologi agama dan ahli sosiologi agama sering memperhatikan berbagai interpretasi al-Qur'an dan perwujudannya dalam kehidupan sehari-hari, yang mana lahir dari sebuah peristiwa atau gejala sosial-budaya masyarakat (Heddy Shri Ahimsa-Putra, 2012). Salah satu budaya masyarakat yang hingga kini masih berjalan ialah budaya konsumerisme. Konsumerisme sekarang menjadi bagian dari budaya populer, tetapi beberapa orang tidak mampu atau nyaman dengan gaya hidup ini. Akibatnya, muncullah kelompok masyarakat subkultur yang bertentangan dengan konsumerisme, yakni gaya hidup minimalis. Gaya hidup tersebut lebih sulit ditemui dibandingkan masyarakat yang menganut atau menerapkan gaya hidup konsumerisme. Dalam situasi ini, orang-orang yang memiliki masalah yang sama berkumpul dan bekerja sama. Lyfe With Less adalah salah satu komunitas minimalis terbesar di Indonesia (Adrianus Denis Soenarno et al., 2022).

Banyak sekali isu-isu maupun fenomena masyarakat yang beredar mengenai gaya hidup yang dianut oleh individual maupun kolektif. Sering kita jumpai masyarakat lebih cenderung kepada gaya hidup konsumtif atau yang biasa disebut hedonisme yakni lawanan dari minimalisme. Hal ini dapat dilihat ketika seseorang yang sudah memiliki satu kendaraan, tak jarang mereka membeli lagi dengan alasan model baru. Padahal, perbuatan tersebut merupakan gambaran dari mubadzir sehingga memunculkan pola hidup yang hedonisme.

Hal lain juga, akhir-akhir ini muncul isu seorang mahasiswa penerima KIP yang memiliki gaya hidup hedonisme, dimana taraf kehidupannya malah lebih tinggi daripada mahasiswa lain yang bukan penerima KIP. Hal ini seharusnya tidak terjadi, patut disadari bahwa seorang mahasiswa penerima KIP tidak seharusnya bergaya hidup konsumtif mengingat bantuan yang diberikan oleh pihak kampus untuknya itu pada dasarnya digunakan sebagai keperluan kuliah maupun kebutuhannya yang bermanfaat, bukan malah digunakan sebagai ajang pamer gaya hidup yang hedon dengan orang lain. Artinya, disini minim akan kesadaran orang tersebut tentang bagaimana ia memposisikan diri sebagai mahasiswa yang bijaksana dan kepentingan hidup minimalis itu sendiri. Padahal, Gaya hidup minimalis tidak hanya memberi udara segar untuk ruang, tetapi juga untuk jiwa. Kepercayaan bahwa minimalis melekat pada pelepasan sangat dekat dengan rasa syukur dan bahagia (Herdhianto Galuh Saputro et al., 2023). Oleh karena itu orang yang bergaya hidup minimalis akan lebih cenderung “enjoy” dan tidak menggebu-gebu untuk mengikuti tren-tren yang terus berjalan.

Individu pelaku gaya hidup minimalis cenderung memiliki hidup yang lebih teratur dan berkecukupan. Gaya hidup ini mengajarkan seseorang untuk memahami kebutuhan mereka dan mengontrol diri mereka untuk tidak membeli barang-barang yang tidak penting, sehingga mereka dapat lebih tenang. Gaya hidup minimalis juga berdampak positif pada lingkungan dan memberikan manfaat yang nyata untuk kehidupan manusia. Gaya hidup minimalisme sama halnya dengan bergaya hidup secara sederhana, hal ini jika dikaitkan dengan al-Qur’an maka ada keserasian antar keduanya. Dalam Q.S. al-A’raf ayat 31 yang berbunyi:

۞ يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ خُذُوْا زِيْنَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَّكُلُوْا وَاشْرَبُوْا وَلَا تُسْرِفُوْاۚ اِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِيْنَ ࣖ ٣١ ( الاعراف/7: 31)

Terjemah Kemenag 2019

31. Wahai anak cucu Adam, pakailah pakaianmu yang indah pada setiap (memasuki) masjid dan makan serta minumlah, tetapi janganlah berlebihan. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang berlebihan. (Al-A'raf/7:31)

Pada ayat diatas dijelaskan mengenai anjuran untuk hidup sederhana, artinya al-Qur’an menganjurkan umat muslim untuk bisa mengatur ataupun mengelola cara hidupnya dengan sesederhana mungkin, tidak mubadzir dan tidak berlebihan dalam mengkonsumsi sesuatu apapun itu. Sederhana atau hemat dapat dikatakan sebagai bentuk implementasi zuhud, artinya orang yang hemat merupakan orang yang zuhud. Dengan demikian, orang yang menerapkan gaya hidup berdasarkan nilai minimalisme terbukti membawa dampak positif secara psikologis. Bahwa pola hidup minimalis akan menghasilkan kesehatan mental yang signifikan ketimbang mereka yang tidak menjalani hidup minimalis. (Herdhianto Galuh Saputro et al., 2023).

Minimalisme ini bisa diterapkan dalam hal kuantitas maupun kualitas. Dari segi kuantitas, gaya hidup minimalis didefinisikan sebagai membatasi jumlah barang yang dimiliki seseorang dan menyingkirkan barang-barang yang tidak diperlukan sehingga ia memiliki ruang yang cukup untuk menyimpan barang-barang yang paling penting baginya. Sementara itu, pengurangan kuantitas tidak berarti bahwa barang-barang tersebut kurang berkualitas, yang berarti bahwa mereka masih dapat memenuhi kebutuhan dasar seseorang seperti pakaian, makanan, dan papan (Herdhianto Galuh Saputro et al., 2023). Artinya, minimalisme ini bisa untuk segala hal, tidak hanya sebatas produk melainkan cara penggunaan media sosial, gadget serta internet, dan fashion. Sebagai salah satu contoh penerapan minimalisme ialah, dimana ketika kita membeli barang baru yang sejenis dengan barang yang pernah kita beli maka sejumlah barang yang serupa itu pun harus dikeluarkan. Dapat dikatakan bahwa minimalisme bukan hanya sekedar membuang barang yang telah tidak dibutuhkan, melainkan juga mengeluarkan barang yang serupa dengan barang baru yang kita beli.

Sangat penting untuk menerapkan gaya hidup minimalis karena kesederhanaan membantu kita agar hidup lebih tenang, tidak berlebih-lebihan dalam hal kehidupan sebab lebih mementingkan rasa syukur atas apa yang diperoleh dan menjadi pendorong untuk tidak mengeluh dengan sesuatu yang tidak dimiliki. Keuntungan menerapkan gaya hidup minimalis adalah bahwa itu mencegah munculnya rasa iri, kecemburuan, dan mengurangi stress. Dengan menjadi seorang yang minimalis, kita akan menjadi orang yang lebih bersyukur dengan apa yang kita miliki dan cukup dengannya. Selain itu, tidak akan terpengaruh oleh barang-barang yang dimiliki orang lain atau tren saat ini.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image