Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Amelia Eka Nurwika

K-Pop Sebagai Panggung Promosi Partai

Politik | Wednesday, 22 May 2024, 16:40 WIB

K-pop atau "Korean Pop," merupakan genre musik populer yang berasal dari Korea Selatan. Genre musik yang berciri khas energik, penampilan panggung yang spektakuler, dan komunitas fan yang sangat bersemangat membuat banyak orang di berbagai dunia menggemari genre musik tersebut. Maraknya trend Korean Pop ditandai dengan banyaknya minat masyarakat terutama para remaja terhadap berbagai hal yang berbau korea. Korea Selatan pandai dalam mengemas dan menjual budaya mereka. Melalui industri kreatifnya, Korea Selatan berhasil menarik perhatian dari berbagai negara melalui berbagai jenis hiburan yang disajikan di media sosial. Penyebaran K-Pop yang pesat juga didukung oleh sumber daya penunjang, sumber daya manusia dan teknologi yang dimiliki mereka. Sumber daya manusia dikembangkan melalui perusahaan atau agensi yang menaungi artis. Perusahaan tersebut akan mengatur segala hal untuk artis-artis yang dinaunginya, seperti melatih bakat dalam menyanyi, acting ataupun menari. Gaya yang attractive, paras yang menawan serta kepribadian yang dapat menyesuaikan penggemar membuat para idol K-Pop cepat dikenal dunia. Grup musik Korea juga sering mendapat sorotan karena konsep-konsep comeback album yang menakjubkan. Apalagi sekarang ada teknologi yang disebut artificial intellegence yang gencar dipakai industri Korea untuk digunakan dalam konsep comeback album artisnya. Pada tahun 2000, budaya Korea mulai memasuki dunia entertainment Indonesia. Berawal dari penayangan drama berjudul “Endless Love” yang sukses menarik perhatian masyarakat. Drama tersebut sukses mendapat perhatian masyarakat karena drama tersebut dikemas dengan konsep yang unik. Alasan lainnya karena kecakapan pemeran utamanya, serunya jalan cerita, dan penyuntingan suasana yang sukses membuat masyarakat baper. Setelah sukses dengan drama nya, munculah jenis musik dari Korea yang mendapat respon baik dari masyarakat. Penggemar musik Korea tidak kalah dengan penggemar drama Korea. Genre yang dibawakan musik Korea juga terbilang luas ada hip hop, pop, rock R&B, dan elektrik. Pada tahun 2012, dunia digemparkan dengan lagu dari Korea dari yang berjudul “Gangnam Style” yang dibawakan oleh PSY. Lagu ini telah berhasil mengguncang industri musik di penjuru dunia termasuk Indonesia. Sejak saat itu, K-Pop mulai digemari di Indonesia, terbukti dengan adanya SMASH dan Cherrybelle, boyband dan girlband pertama di Indonesia yang berkiblat pada K-Pop. Dari tahun ke tahun peminat K-Pop di Indonesia terus meningkat bahkan sekarang, tak hanya para remaja saja tetapi orang dewasa dan anak-anak juga menyukai K-Pop. Karena peminat budaya Korea yang tinggi itulah banyak orang-orang yang memanfaatkannya untuk menjadi peluang mencari nafkah. Banyak penjual makanan, baju, maupun aksesoris-aksesoris yang mengadopsi gaya korea. Tak hanya dari penjual, pengaruh dari Korea juga menarik perhatian pihak-pihak dari partai politik untuk dimanfaatkan guna mencari suara saat pemilu 2024 nanti. Menurut Survei Centre for Strategic and Internasional Studies (CSIS) menyebutkan bahwa proporsi pemilih muda pada pemilu 2024 mendekati 60 persen dari penduduk Indonesia. Dengan adanya fakta inilah yang membuat beberapa partai politik melakukan berbagai cara agar dapat menarik atensi leboh dari para pemilih muda. Sementara itu, peminat K-Pop terbanyak di Indonesia adalah para remaja yang tergolong sebagai pemilih muda. Nah, inilah alasan yang membuat beberapa partai politik memanfaatkan K-Pop sebagai cara mereka dalam berkampanye. Salah satunya adalah partai PAN. Partai PAN dalama Rapat Kerja Nasional (Rakernas) pada 27 Agustus 2022 menggelar festival musik dengan tajuk “Festival Birukan Langit Indonesia” yang turut diramaikan oleh musisi-musisi muda Indonesia hingga mancanegara serta pameran-pameran UMKM. Partai dengan lambang Matahari tersebut mengundang salah satu boyband terkenal dari Korea Selatan yaitu Astro. Dengan didatangkannya boyband terkenal dari negeri ginseng tersebut tak menutup kemungkinan bahwa agenda ini juga diramaikan oleh ratusan bahkan ribuan fans dari boyband K-Pop tersebut. Ketua umum partai PAN mengungkapkan alasan mengundang band K-Pop adalah partai PAN fokus merangkul generasi milenial. Selain dari selera musik, festival tersebut juga ditujukkan guna menarik perhatian generasi milenial lewat pameran UMKM. Apabila dikaitkan dengan maraknya budaya K-Pop di Indonesia saat ini, langkah PAN tersebut dapat menjadi suatu hal yang cukup menjanjikan, khususnya dalam menggaet suara para generasi milenial di Tanah Air. Dengan tajuk festival yang diselenggarakan oleh PAN mungkin dapat dinilai bahwa PAN terkesan mewadahi keinginan masyarakat dalam hal hiburan. Sebelumnya pada tahun 2021, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan juga sempat memiliki keinginan untuk mengundang boyband asal Korea Selatan yaitu BTS. Tetapi, rencana ini mendapat kritikan dari berbagai pihak karena dianggap sebagai agenda politik Anies untuk menyongsong pilpres 2024 sebagai upaya meningkatkan popularitas di kalangan milenial. Baru-baru ini partai politik Gerindra juga dianggap gimik politik dengan memanfaatkan girlband asal Korea Selatan yaitu Blackpink. Melalui cuitan di akun Twitter resmi Partai Gerindra akan membagikan tiket gratis konser Blackpink dengan syarat harus berfoto di baliho atau billboard Prabowo Subianto dengan menggunakan atribut Blackpink. Lalu harus mengunggah foto tersebut ke media sosial pemiliknya dengan menge-tag akun media sosial Partai Gerinda dan Prabowo Subianto dengan menyertakan hastag #GRDXBP. Tetapi aksi tersebut mendapat hujatan dari Blink (fans Blackpink) karena dinilai memanfaatkan Blackpink sebagai alat untuk mereka berkampanye di kalangan anak muda. Pasalnya Blackpink adalah salah satu artis yang mampu menembus nominasi budaya pop Amerika dan Eropa, dengan alasan itu, mereka tidak ingin idola mereka dikaitkan dengan hal-hal yang berbau kepentingan politik. Masuknya politik dalam komunitas penggemar K-Pop mendapatkan berbagai respon yang beragam. Tidak sedikit dari penggemar yang menyayangkan idolanya menjadi bahan kampanye, namun tidak sedikit juga antusias untuk mengikuti acaranya. Tanggapan saya sebagai kpopers dalam menjadikan K-Pop sebagai media untuk berkampanye adalah hal yang sah karena dengan mereka berkampanye lewat K-Pop dapat meningkatkan kesadaran generasi muda yang acuh akan politik yang sedang berjalan. Selain itu, dalam hal ini K-Pop dianggap sebagai preferensi mayoritas yang menempati posisi dominan di kehidupan generasi milenial. Maka bukan tidak memungkinkan hal tersebut dapat dimanfaatkan untuk kepentingan politik. Dengan keberagaman pendapa tersebut saya berharap partai politik harus memahami dan menghormati keragaman respon tersebut. Menjadikan K-Pop untuk berkampanye bisa menjadi alat yang kuat untuk menarik perhatian para kalangan muda. Namun, penting bagi partai politik untuk menjaga integritas dalam penggunaan idola K-Pop dalam kampanye mereka

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image