Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Bunga Puspita Erdiana Putri

Ini Soal PMBA

Edukasi | 2024-05-18 13:19:10
Sumber: Kemenkes RI (2019)

Hai Moms, sudah tahu belum kalau Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA) kini menjadi sorotan lho! Apalagi, stunting merupakan salah satu permasalahan serius yang tengah dihadapi oleh masyarakat. Menurut WHO (2015), stunting adalah gangguan tumbuh kembang yang dialami anak akibat gizi buruk, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak memadai. Sehingga, perlu dilakukan pencegahan berupa pemahaman mengenai peran penting PMBA dalam meningkatkan status gizi pada anak.

Menurut Kemenkes RI (2022), PMBA merupakan salah satu program pemerintah untuk menurunkan angka stunting hingga mencapai 40% pada tahun 2025. Penurunan angka stunting merupakan salah satu target Sustainable Development Goals (SDGs) dengan tujuan pembangunan berkelanjutan ke-2 yaitu menghilangkan kelaparan dan segala bentuk malnutrisi pada tahun 2030 serta mencapai ketahanan pangan. Dikutip dari website paudpedia (2023), statistik PBB 2020 mencatat bahwa lebih dari 149 juta (22%) balita di seluruh dunia mengalami stunting dan 6,3 juta diantaranya adalah balita di Indonesia.

Berdasarkan penelitian, pendidikan kesehatan mengenai cara pembuatan PMBA merupakan salah satu intervensi mandiri untuk meningkatkan status gizi pada anak dan penurunan risiko stunting pada bayi dan balita. PMBA juga mendukung Gerakan Nasional 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) untuk mencegah anak agar tidak mengalami stunting. Maka dari itu, tingkat pendidikan ibu sangatlah berpengaruh dalam pemahaman informasi dan pengetahuan yang cukup bahwa PMBA dapat memberikan dukungan yang lebih besar kepada praktik pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif yang dapat berpengaruh pada status gizi anak. Untuk itu, dukungan dari keluarga juga menjadi kunci keberhasilan pelaksanaan PMBA.

Dikutip dari website Sehat Negeriku (2023), pada Rapat Kerja Nasional Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang dilaksanakan pada 25 Januari 2023, Kementerian Kesehatan mengumumkan bahwa hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) menunjukkan penurunan prevalensi stunting di Indonesia. Angka penurunan tersebut sebesar 2,8 persen, yakni dari 24,4 persen pada tahun 2021 menjadi 21,6 persen pada tahun 2022. Pada tahun 2024, Pemerintah Indonesia melalui BKKBN menargetkan penurunan prevalensi stunting hingga 14 persen. Dengan adanya syarat kerja sama yang kuat antar berbagai pihak, target tersebut dianggap sebagai hal yang realistis. Oleh sebab itu, peran PMBA sangat dibutuhkan dalam pencapaian target.

WHO dan UNICEF menyarankan empat tindakan penting dalam praktik Pemberian PMBA (Tanuwijaya et al., 2020). Pertama, memberikan Air Susu Ibu (ASI) kepada bayi dalam 30 menit setelah kelahiran. ASI yang pertama kali keluar atau bisa disebut juga kolostrum merupakan makanan terbaik yang dapat ibu berikan untuk bayi. Kolostrum penuh dengan zat antibodi (zat pertahanan tubuh untuk melawan zat asing yang masuk ke dalam tubuh) dan immunoglobulin (zat kekebalan tubuh untuk melawan infeksi penyakit). Kolostrum mengandung zat kekebalan 10-17 kali lebih banyak dari susu matang (mature). Zat kekebalan yang terdapat pada ASI akan melindungi bayi dari penyakit diare (Evie & Hasni, 2022). Pemberian ASI juga akan menjadi kontak awal bagi ibu dan anak dalam membangun ikatan emosional serta merangsang produksi ASI pada ibu.

Kedua, memberikan ASI eksklusif dari lahir hingga usia 6 bulan. Pemberian ASI eksklusif dapat memastikan bahwa bayi mendapatkan awal kehidupan yang sehat dan kuat. ASI merupakan sumber makanan terbaik yang mengandung semua nutrisi yang dibutuhkan bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal selama enam bulan pertama. Sehingga, bayi menjadi tidak mudah sakit yang dapat mengurangi risiko terkena Sudden Infant Death Syndrome (SIDS) atau Sindrom Kematian Bayi Mendadak. Selain itu, ASI juga lebih mudah dicerna oleh sistem pencernaan bayi yang masih berkembang dibandingkan dengan susu formula.

Ketiga, mulai memberikan Makanan Pendamping ASI (MPASI) pada usia 6 bulan hingga 24 bulan. MPASI menyediakan nutrisi yang mungkin tidak cukup jika hanya mengandalkan ASI, seperti zat besi, zinc, protein, dan vitamin. Pada dasarnya, MPASI merupakan makanan yang sudah dilumatkan. Hal ini disebabkan pencernaan bayi masih berkembang dan belum sempurna. Untuk bayi berumur di bawah 1 tahun, MPASI tidak perlu ditambahkan gula atau garam. MPASI akan membantu bayi mengembangkan keterampilan makan dan motorik halus, sehingga dapat melatih koordinasi antara tangan dan mulut. MPASI juga dapat memperkenalkan bayi pada berbagai rasa dan tekstur untuk meningkatkan toleransi terhadap makanan baru.

Keempat, melanjutkan pemberian ASI hingga anak mencapai usia 24 bulan atau lebih. Pemberian ASI hingga dua tahun atau lebih menjadi sumber penting yang dibutuhkan oleh bayi untuk tetap ternutrisi. Semakin lama bayi diberi ASI, antibodi dan komponen imunologis lainnya akan terus melindungi bayi dari penyakit dan infeksi, seperti diare dan alergi. Proses menyusui juga memperkuat ikatan emosional antara ibu dan bayi, sehingga memberikan rasa aman dan nyaman yang penting bagi perkembangan psikologis bayi. Menyusui lebih lama juga bermanfaat bagi ibu untuk menurunkan risiko terkena kanker payudara dan dapat berfungsi sebagai kontrasepsi alami. Selain itu, ASI adalah sumber nutrisi yang alami dan gratis. Sehingga, dapat membantu mengurangi biaya pengeluaran untuk susu formula dan dapat mengurangi pembuangan kemasan susu formula

Salah satu rekomendasi dalam Global Strategy on Infant and Child Feeding, bahwa pola pemberian makan terbaik bagi bayi dan anak sejak lahir sampai umur 24 bulan yakni melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD), menyusui dengan asi eksklusif, memberikan MPASI, dan tetap menyusui sampai anak berumur 24 bulan atau lebih. Ibu dan keluarga anak tentunya bertanggungjawab untuk memastikan bahwa anak telah diberikan makanan yang baik dan bergizi. Sebab, dasar untuk mencapai kualitas tumbuh kembang adalah dengan memberi makan yang tepat sejak lahir hingga usia dua tahun.

Jadi untuk para Moms, perlu diingat bahwa pelaksanaan PMBA sebagai sarana penanggulangan stunting di Indonesia membutuhkan kerja sama yang komprehensif dari berbagai stakeholder di masyarakat. Edukasi kepada masyarakat sangat diperlukan sebagai dukungan untuk membantu dalam perubahan perilaku agar menjadi lebih baik. Monitoring dan evaluasi program PMBA perlu diperkuat dan dilakukan sesuai indikator program terkait PMBA terutama konsumsi makanan beragam (konsumsi 4 atau lebih jenis bahan makanan) (Nur Mufida Wulan Sari et al., 2022). Untuk itu, kepada ibu dan calon ibu diluar sana harus menerapkan empat tindakan penting supaya dapat terus mendukung pertumbuhan dan perkembangan bayi yang optimal. Fighting!

Referensi:

149 Juta Anak di Dunia Alami Stunting Sebanyak 6,3 Juta di Indonesia, Wapres Minta Keluarga Prioritaskan Kebutuhan Gizi. (2023, Juli 10). Paudpedia.kemdikbud.go.id. https://paudpedia.kemdikbud.go.id/berita/149-juta-anak-di-dunia-alami-stunting-sebanyak-63-juta-di-indonesia-wapres-minta-keluarga-prioritaskan-kebutuhan-gizi do=MTY2NC01YjRhOGZkNA==&ix=MTEtYmJkNjQ3YzA=#:~:text=Berita-,149%20Juta%20Anak%20di%20Dunia%20Alami%20Stunting%20Sebanyak%206%2C3,Minta%20Keluarga%20Prioritaskan%20Kebutuhan%20Gizi&text=PAUDPEDIA%20%E2%80%94Statistik%20PBB%202020%20mencatat,balita%20stunting%20adalah%20balita%20Indonesia

Evie, S., & Hasni, H. (2022). Edukasi Manfaat Pemberian Kolostrum Pada Bayi Baru Lahir Dan Tehnik Menyusui Yang Benar. Jurnal Pengabdian Masyarakat Lentora, 1(2). https://doi.org/10.33860/jpml.v1i2.928

Kemenkes RI. (2022). Profil Kesehatan Indonesian 2021. In Pusdatin.Kemenkes.Go.Id.

Nur Mufida Wulan Sari, Farah Rosyihana Fadhila, Ulfatul Karomah, Emyr Reisha Isaura, & Annis Catur Adi. (2022). PROGRAM DAN INTERVENSI PEMBERIAN MAKAN BAYI DAN ANAK (PMBA) DALAM PERCEPATAN PENANGGULANGAN STUNTING. Media Gizi Indonesia, 17(1SP). https://doi.org/10.20473/mgi.v17i1sp.22-30

Tanuwijaya, R. R., Djati, W. P. S. T., & Manggabarani, S. (2020). Hubungan Pengetahuan Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA) Ibu Terhadap Status Gizi Pada Balita. Jurnal Dunia Gizi, 3(2).

Tarmizi, S. N. (2023, 25 Januari). Prevalensi Stunting di Indonesia Turun ke 21,6% dari 24,4%. Sehatnegeriku.kemkes.go.id.https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis media/20230125/3142280/prevalensi-stunting-di-indonesia-turun-ke-216-dari-244/

WHO. (2015). Stunting in a Nutshell. Https://Www.Who.Int/News/Item/19-11-2015-Stunting-in-a-Nutshell.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image