Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Afifah Ayuditya

Kriteria Guru Favorit Bagi Generasi Alpha

Eduaksi | Tuesday, 23 Apr 2024, 09:38 WIB

Pernahkah kalian mendengar “Aku suka pelajaran kimia, karena gurunya enak ngejelasinnya” ataupun “Aku suka pelajaran sejarah, karena suka dengar cerita menarik dari guruku”. Awalnya siswa tidak suka mata pelajaran tertentu, ketika diajarkan dengan guru a atau b siswa menjadi suka dan tertarik. Yup, guru mempunyai peran besar dalam kegiatan pembelajaran. Guru yang menyenangkan bisa membuat pelajaran yang sulit menjadi mudah dan menarik bagi siswa. Secara tidak langsung cara guru mengajar dan mendidik akan mempengaruhi minat dan motivasi siswa untuk belajar. Lantas, bagaimana cara menjadi guru favorit yang membuat siswa menjadi senang belajar?

Menjadi guru favorit tentu bukan hal yang mudah. Tetapi jika kita sudah mengenal karakter siswa, kita menjadi tahu apa yang mereka butuhkan dan inginkan. Sebagai guru kita harus mengenal siapa yang kita didik dan ajarkan, bagaimana sifatnya, gaya belajarnya, latar belakangnya, dan karakternya. Maka dari itu yuk kita mengenal dahulu siapa dan bagaimana karakter siswa kita. Hal ini penting dipahami sejalan dengan perkembangan karakteristik generasi bangsa, khususnya persiapan generasi Alpha yang hidup dalam derasnya arus teknologi.

Generasi Alpha diperuntukan bagi anak-anak yang lahir sejak tahun 2010 hingga 2025. Generasi alpha akan menjadi generasi paling banyak di antara generasi yang pernah ada. Sekitar 2,5 juta Generasi Alpha lahir setiap minggu di Indonesia dan membuat jumlahnya akan bengkak menjadi sekitar 2 miliar pada 2025. Generasi Alpha lahir ketika korporasi Apple meluncurkan produk Ipad, dan terciptanya Instagram. Generasi Alpha menginginkan hal-hal yang instan dan kurang menghargai proses. Keasyikan mereka dengan gadget membuat mereka terisolasi secara sosial. Fenomena yang terjadi pada generasi Alpha ini merupakan cerminan kondisi dan keadaan yang terjadi saat ini di dunia remaja. Keadaan tersebut kemungkinan juga terjadi bukan hanya di daerah perkotaan, akan tetapi sudah merambah ke daerah pedesaan.

Sebagai guru generasi Alpha harus memberikan teknik-teknik pendekatan yang sesuai dengan karakteristiknya serta dapat menyajikan pembelajaran yang interaktif dengan memanfaatkan teknologi serta memberikan dorongan pendidikan dengan karakter yang positif. Apakah kamu sudah siap menjadi guru favorit generasi Alpha? Mari kita simak kriteria-kriterianya:

1. Melek Teknologi

Melihat karakter generasi Alpha yang tidak bisa dilepaskan dari gadget dan mereka sangat dekat dengan teknologi. Hal ini membuat guru harus membuat kegiatan pembelajaran yang memuat teknologi di dalamnya. Menurut mereka belajar menggunakan buku, kertas, alat tulis membosankan karena mereka sudah terbiasa memegang gadgetnya yang lebih menarik. Guru bisa memberikan kegiatan pembelajaran dengan media-media interaktif yang saat ini sudah banyak ditemukan di internet contohnya live worksheet, wordwall, digibook 3D, PhET simulation dan masih banyak lagi.

Penggunaan PhET Simulation (Dok. Pribadi)

Selain media interaktif, guru juga bisa memanfaatkan media sosial untuk mengajar dan memberikan tugas kepada siswa. Contohnya media sosial yang saat ini digemari generasi Alpha adalahtik tok. Menggunakan media tik tok tentunya membuat siswa lebih tertarik untuk belajar, selain itu hal ini bisa dimanfaatkan oleh guru untuk memberi pemahaman kepada siswa bahwa teknologi dan media sosial bisa digunakan untuk hal yang lebih bermanfaat.

2. Kreatif dan Inovatif

Apakah kalian menyadari dahulu guru hanya sebatas mengajar dengan metode ceramah saja. Guru menjelaskan materi, siswa mencatat kemudian latihan soal. Mungkin metode ini cocok-cocok saja diterapkan karena karakter anak pada zaman dahulu yang tidak cepat bosan. Namun, jika metode tersebut diterapkan saat ini apakah efektif? Jawabannya adalah tidak. Generasi Alpha adalah generasi yang sangat demanding, dimana mereka terbiasa dengan mudah mendapatkan informasi yang mereka cari. Sehingga kecepatan dan ketepatan sangat penting bagi mereka. Generasi ini juga sangat menyukai pembelajaran secara virtual.

Maka dari itulah guru perlu memiliki kreativitas dan inovatif untuk menghadapi generasi Alpha. Hal ini dikarenakan guru mampu menghadirkan hal-hal baru yang membuat proses pembelajaran menjadi menyenangkan. Kreativitas dan inovasi tidaklah harus menemukan sesuatu hal yang baru namun dapat dilakukan dengan mengembangkan atau memodifikasi yang sudah ada. Mengemas pembelajaran dengan memilih strategi, teknologi, media dan material untuk membuat pembelajaran menjadi menarik, menyenangkan tetapi menantang anak agar terlibat aktif.

3. Sikap yang Humoris, Sabar dan Tegas

Suasana aktivitas belajar yang integratif dan menyenangkan mampu membuat siswa senang serta memfokuskan atensinya di dalam kelas dan termotivasi untuk mengikuti pembelajaran (Pastika, 2023). Suasana belajar yang integratif dan menyenangkan tercipta dari guru yang humoris. Humoris bukan berarti guru tidak serius dalam mengajar, tetapi sikap lucu guru yang mampu mencairkan suasana kelas supaya tidak terasa menegangkan dan membosankan.

Kemampuan seorang guru dalam menyelipkan humor atau hal lucu lainnya dengan batasan yang wajar dan tidak bersifat mengganggu berlangsungnya proses pembelajaran dapat menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan. Selain humoris, guru yang sabar akan menjadi guru favorit generasi Alpha. Siapa sih yang tidak suka dengan orang yang sabar? Sikap sabar seorang guru membuat siswa menjadi nyaman dan memberikan kesan mendalam pada proses pembelajaran.

Guru harus sabar dalam menghadapi berbagai macam karakteristik anak. Terkadang perbuatan mereka memancing emosi seperti kekanak-kanakan dan sulit diatur maka guru harus mengambil sikap yang bijak yaitu sabar. Apakah sabar saja cukup? Guru juga harus bersikap tegas untuk mengarahkan anak supaya lebih baik. Tegas bukan berarti harus marah-marah bukan berarti harus lunak juga, tetapi melakukan pendekatan dengan nada bicara yang tepat.

4. Pandai Berkomunikasi

Pernahkah kalian merasakan bahwa siswa takut berbicara atau takut mengobrol dengan guru? Hanya sedikit guru yang bisa dekat dengan siswanya. Kedekatan siswa dengan guru dimulai dengan membangun komunikasi yang baik. Membangun komunikasi yang baik dapat mempererat hubungan antara siswa dan guru. Untuk membangun komunikasi yang baik guru harus mencoba masuk ke dalam dunia generasi Alpha dan menggali informasi tentang tren generasi Alpha. Informasi tersebut membuka jalan guru dan siswa untuk berinteraksi sehingga nantinya siswa terbuka tentang apa yang dirasakan dan tidak takut menyampaikan pendapatnya kepada guru.

Cara penyampaian guru dalam menjelaskan materi juga merupakan hal yang penting untuk membangun situasi kelas yang kondusif, efisien dan menyenangkan. Keterampilan berkomunikasi guru yang baik akan memudahkan siswa menyerap ilmu yang telah disampaikan. Seni berkomunikasi bukan hanya berbicara saja tetapi diiringi dengan body language, kepercayaan diri, keyakinan dan pembawaan yang baik agar siswa merasa nyaman.

5. Berpenampilan Menarik

Penampilan merupakan citra diri dari seseorang yang bisa dilihat secara visual. Tidak dapat dimungkiri penampilan merupakan salah satu faktor suka atau tidaknya seseorang. Supaya berpenampilan menarik guru tidak harus mengikuti mode dan tren fashion saat ini. Tampil rapi, bersih dan wangi sudah cukup membuat siswa nyaman melihat dan berada di dekat kita. Hasil penelitian Ayu Lestari, dkk (2019) mengungkapkan kriteria guru favorit dari segi penampilan adalah guru yang rapi, bersih dan wangi. Penampilan yang rapi menempati urutan pertama, yang kedua adalah bersih dan ketiga adalah wangi.

Menjadi guru favorit tidak terlepas dari perkembangan zaman, dimana guru harus mampu beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi. Pencapaian tersebut tidaklah mudah yang bisa didapatkan dalam sekejap mata, perlu niat dan usaha untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi diri untuk menjadi favorit bagi anak-anak. Bagaimana kita dapat memberikan yang terbaik dan penuh cinta kepada anak adalah hal yang perlu kita lakukan. Sehingga kita bukan hanya bisa menjadi guru favorit, tetapi juga guru terbaik.

Referensi

Ayu Lestari, I, Farlina Y, Yulistria, R, dan Susilawati, D. (2019). Pemilihan Guru Favorit Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) di MI MWB PUI at-Tahdhiriyyah. Jurnal Swabumi. 7(1).

Pastika, I. (2023). Manajemen Pembelajaran Berbasis Joyful Learning dan Implikasinya Dalam Learning Revolution. Jurnal Administrasi Pendidikan Indonesia, 14(1), 1–10.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image