Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Suko Waspodo

Pola Hubungan Keluarga

Humaniora | 2024-04-16 18:43:40
Sumber gambar: iStock-orla

Memahami keluarga kita melalui proses transmisi multigenerasi.

Poin-Poin Penting

· Keluarga mewariskan perilaku, emosi, dan pola hubungan dari generasi ke generasi.

· Keluarga adalah sistem sosial pertama di mana seseorang terpapar.

· Dengan menyadari pola warisan kita, kita dapat memilih mana yang akan dilanjutkan dan mana yang diubah.

Bayangkan menjelajahi hutan, di mana setiap pohon melambangkan sebuah keluarga, dan akarnya melambangkan anggota-anggotanya yang berasal dari generasi ke generasi. Akarnya, terjalin dan dalam, menyimpan pengalaman, nilai-nilai, dan arus emosional bersama yang mengikat keluarga bersama. Sama seperti akar yang mengambil nutrisi dari tanah untuk menopang pohon, pola emosi dan perilaku nenek moyang kita juga memengaruhi dan memupuk cara kita hidup di dunia. Kerangka kerja alami ini menyiapkan landasan untuk memahami proses penularan multigenerasi, yang mengeksplorasi bagaimana akar tersembunyi dari masa lalu keluarga kita membentuk lanskap kita saat ini dan masa depan.

Proses penularan multigenerasi merupakan konsep yang dikembangkan oleh psikiater Murray Bowen. Teori ini berpendapat bahwa keluarga mewariskan perilaku, emosi, dan pola hubungan dari generasi ke generasi. Sifat-sifat yang diwariskan ini dapat memengaruhi cara kita memandang hubungan, mengelola stres, dan menghadapi tantangan hidup. Banyak yang mendapati diri mereka meniru perilaku keluarga tanpa sepenuhnya memahami alasannya, dan konsep ini membantu menjelaskan mengapa pola tersebut berulang.

Anggaplah keluarga sebagai sistem sosial pertama di mana seseorang terpapar. Dalam sistem ini, anak-anak tidak hanya menyerap cinta dan perhatian tetapi juga cara menangani emosi, konflik, dan hubungan. Misalnya, sebuah keluarga yang mendorong komunikasi terbuka tentang perasaan dapat menumbuhkan generasi individu yang nyaman dengan ekspresi emosional. Sebaliknya, dalam keluarga di mana emosi ditekan, atau konflik dihindari, anak-anak mungkin belajar menginternalisasi perasaan mereka, sehingga berpotensi menyebabkan terputusnya hubungan emosional dalam hubungan mereka di masa depan.

Selain itu, proses penularan multigenerasi menjelaskan sedikit perbedaan dalam hal kemandirian atau diferensiasi individu dari orang tuanya dan bagaimana hal ini dapat menyebabkan perbedaan signifikan dalam kemandirian di antara anggota keluarga besar selama beberapa generasi. Seiring berjalannya waktu, beberapa anggota keluarga menjadi lebih mandiri atau “berdiferensiasi sendiri”, sementara yang lain menjadi kurang mandiri, berdasarkan dinamika dalam keluarga dekat mereka. Orang-orang cenderung memilih pasangan yang mandiri, yang dapat menyebabkan keluarga di mana sifat-sifat ini menjadi lebih jelas dari generasi ke generasi. Satu garis keluarga mungkin menjadi lebih mandiri dan stabil, sementara garis keluarga lainnya menjadi kurang mandiri.

Seberapa mandiri atau berbedanya seseorang dapat memengaruhi kehidupannya secara signifikan, memengaruhi hal-hal seperti kesehatan, stabilitas pernikahan, kesuksesan di sekolah, dan pencapaian karier. Keluarga dengan individu yang sangat mandiri cenderung lebih stabil dan berkontribusi lebih banyak kepada masyarakat, sedangkan keluarga dengan anggota yang kurang mandiri mungkin akan lebih kesulitan dan lebih bergantung pada orang lain.

Konsep ini memberi tahu kita bahwa permasalahan dan kekuatan kemanusiaan yang paling mendalam sering kali diwariskan dari generasi ke generasi. Hal ini juga menunjukkan bagaimana sifat-sifat yang diwariskan ini memengaruhi cara kita memandang diri sendiri, berinteraksi dengan orang lain, dan memilih pasangan. Misalnya, seseorang yang diajari untuk menjadi terlalu bergantung dan ragu-ragu, kemungkinan besar akan memilih pasangan yang melengkapi sifat-sifat ini dengan bersikap terlalu mengontrol dan tegas.

Memahami dampak warisan keluarga kita dimulai dengan menelusuri hubungan keluarga dari generasi ke generasi. Berikut panduan untuk membantu Anda mulai mengeksplorasi pola keluarga Anda:

1. Mulailah Dengan Percakapan: Bicaralah dengan anggota keluarga yang lebih tua tentang kehidupan, nilai-nilai, dan pelajaran yang telah mereka pelajari. Kisah-kisah ini dapat memberikan wawasan berharga tentang pola-pola keluarga yang berulang.

2. Memetakan Pohon Keluarga: Representasi visual dari pohon keluarga Anda, genogram, dapat membantu Anda mengidentifikasi hubungan dan pola dengan lebih jelas. Berikan perhatian khusus pada peristiwa atau perilaku yang berulang (misalnya perceraian, masalah kesehatan mental, atau jalur karier).

3. Kenali Pola Emosional: Renungkan iklim emosional keluarga Anda. Apakah ada suasana hati atau sikap terhadap peristiwa kehidupan tertentu? Bagaimana anggota keluarga berinteraksi selama konflik?

4. Carilah Tema Umum: Carilah tema yang berulang dari generasi ke generasi. Hal ini dapat berkisar dari sifat positif seperti ketahanan dan etos kerja yang kuat hingga pola yang lebih menantang seperti penghindaran konflik atau kesulitan dalam mempertahankan hubungan.

5. Akui Perbedaan Individu: Saat mengenali pola, penting untuk diingat bahwa setiap anggota keluarga memiliki hak pilihannya sendiri. Orang dapat dan memang berubah, dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar sistem keluarga.

Memahami warisan keluarga kita tidak berarti pasrah pada nasib. Sebaliknya, hal ini menawarkan peluang yang kuat untuk pertumbuhan dan penyembuhan. Dengan menyadari pola-pola yang diwariskan ini, kita dapat memilih mana yang akan dilanjutkan dan mana yang akan diganti dengan pola baru yang lebih sehat. Proses ini tidak selalu mudah dan mungkin memerlukan dukungan dari ahli kesehatan mental, terutama mereka yang memahami Terapi Keluarga Bowen atau modalitas serupa.

Intinya, proses penularan multigenerasi mengajarkan kita bahwa meskipun sejarah keluarga memengaruhi siapa kita, kita memiliki kekuatan untuk menciptakan pola baru bagi generasi mendatang. Hal ini mengingatkan kita bahwa di tengah kompleksitas warisan keluarga kita, terdapat potensi transformasi dan penyembuhan pribadi yang mendalam. Dengan menjelajahi kedalaman kisah keluarga kita, kita mendapatkan wawasan tentang masa lalu kita dan memberdayakan diri kita untuk menciptakan warisan kesadaran, ketahanan, dan kesehatan emosional untuk generasi mendatang.

***

Solo, Selasa, 16 April 2024. 6:36 pm

Suko Waspodo

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image