Administrasi dan Kepemimpinan Abu Bakar As-Shiddiq
Info Terkini | 2022-01-16 14:00:17Oleh: Farhani, Mahasiswa Administrasi Publik FISIP UMJ
Pendahuluan
Sebelum jenazah Nabi dimakamkan, telah muncul di kalangan masyarakat masalah siapa yang akan menggantikan beliau sebagai pemimpin Negara atau biasa di sebut Khalifah (Pengganti Nabi). Kasak-kusuk itu kemudian memaksa kaum Anshar lebih awal memprakarsai suatu pertemuan di balai pertemuan Bani Sa’idahMadinah. Pertemuan itu secara spontan diadakan, dan pertama muncul wacana pengangkatan salah seorang sahabat Anshar yang bernama Saad bin Ubadah sebagai khalifah. Mendengar hal tersebut, segeralah Umar mendatangi kediaman untuk meminta Abu Bakar yang masih berada di dalam rumah duka itu, untuk di ajak ikut dalam pertemuan di balai. Semula Abu Bakar menolak ajakan tersebut,tetapi setelah mendapatkan penjelasan tentang keadaan yang membutuhkannya terlibat, maka iapun akhirnya menerima untuk hadir. Ditengah-tengah perjalanan Umar dan Abu Bakar bertemu dengan salah seorang muhajirin, Abu Ubaidah bin Jarah lalu ia turut bergabung.
Jabatan Khalifah adalah amanah dari Allah,karenanya Khalifah dan pemerintahan hendaklah bersifat terbuka dan tidk bersifat absolut.Terbuka dalam arti bahwa khalifah boleh di kritik oleh rakyat atas kebijakan-kebijakan yang di lakukan.Sedang bersifat tidak absolut ialah bahwa pemerintahan yang di pimpinnya tidak boleh berlaku semena-mena terhdap rakyat ia harus mengayomi.
Masa kekhalifahan Abu Bakar merupakan masa kritis perjalanan syiar Islam karena dihadapkan sejumlah masalah seperti kemurtadan dan ketidaksetiaan. Beberapa anggota suku muslim menolak untuk membayar zakat untuk Bait al-Mal (perbendaharaan publik). Kemudian masalah berikutnya adalah munculnya beberapa kafir yang menyatakan dirinya sebagai Nabi, serta sejumlah pemberontakanpemberontakan kecil yang merupakan bibit-bibit perpecahan.
Abu Bakar menerima jabatan Khalifah pada saat sejarah Islam dalam keadaan krisis dan gawat.Yaitu timbulnya perpecahan, munculnya para nabi palsu dan terjadinya berbagai pemberontakan yang mengancam eksistensi negeri Islam yang masih baru. Memang pengangkatan Abu Bakar berdasarkan keputusan bersama (musyawarah di balai Tsaqifah Bani Sa’idah) akan tetapi yang menjadi sumber utama kekacauan ialah wafatnya nabi dianggap sebagai terputusnya ikatan dengan Islam, bahkan dijadikan persepsi bahwa Islam telah berakhir.
Tidak hanya kepemimpinan yang menjadi sorotan dimasa abu bakar tapi juga soal pengadminitrasian terhadap AlQur’an dan kemudian membuat satu pedoman untuk peraturan-peraturan yang ahrus dipatuhi oleh masyarakat secara umum saat itu. Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik ingin mengkaji lebih dalam tentang Administrasi dan kepemimpinan abu bakar as shiddiq.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang telah diuraikan, maka penulis merumuskan masalah adalah: “Bagaimana Administrasi dan kepemimpinan abu bakar as shiddiq ”
Tujuan
Setiap penelitian yang diajukan mempunyai sasaran yang hendak dicapai atau apa yang menjadi tujuan penelitian. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan memahami Administrasi dan kepemimpinan abu bakar as shiddiq.
Referensi
al-Kandahlawi Yusuf Muhammad , (1998) Mukhtas {ar Hayah al-Sahabah, terj. Kathur Suhardi, Sirah Sahabat (Cet. I; Jakarta: Pustaka Al-Kautsar
Departemen Agama, (1993), Ensiklopedi Islam,jakarta: Depaq,,jilid ke III. Hal 1256
https://newilmuadministrasi.blogspot.com/2016/11/kata-pengantar-puji-syukur-kami.html diakses tanggal 11 november 2021 pukul 05.03
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.