Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Edu Sufistik

Bersabarlah Menempuh Sanah agar Sampai kepada Am

Agama | Friday, 12 Apr 2024, 17:28 WIB

Oleh: Muhammad Syafi’ie el-Bantanie

(Founder Edu Sufistik)

Jalan kehidupan tidak selamanya lurus dan rata. Ada kalanya kita mesti menyusuri jalan kehidupan berliku dan mendaki. Ada masanya kita harus melewati jalan kehidupan yang penuh onak duri. Itulah sunnatullah.

Renungannya, akan kuatkah kaki kita melangkah menyusuri tantangan kehidupan dalam kesabaran dan keistiqamahan? Seringkali kita merasa lemah menghadapinya. Sehingga, sikap yang muncul adalah keluh kesah dan tidak jarang putus asa. Padahal, saat masalah lebih berat daripada biasanya datang menghadang, itu artinya inilah saatnya naik kelas dalam kehidupan.

Mari kita belajar dari kisah Nabi Nuh ‘alaihissalam yang diabadikan dengan inspiratif dalam Al-Qur'an.

"Dan sungguh, Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka dia tinggal bersama mereka seribu tahun (sanah) kurang lima puluh tahun (‘am). Kemudian, mereka dilanda banjir besar, sedangkan mereka adalah orang-orang zalim." (QS. Al-‘Ankabut [29]: 14).

Ada yang menarik pada ayat di atas. Al-Qur'an menggunakan dua kata yang berbeda untuk menyebut tahun, yaitu sanah dan ‘am. Ini menarik perhatian para ulama. Secara bahasa, sanah dan ‘am sama-sama berarti tahun. Namun, keduanya memiliki kandungan makna berbeda.

Sanah biasa digunakan untuk menyebut tahun-tahun penuh perjuangan dan tantangan. Sedang, ‘am biasa digunakan untuk menyebut tahun-tahun penuh pertolongan dan anugerah kenikmatan.

Selama lebih kurang 900 tahun adalah tahun-tahun penuh perjuangan dan tantangan (sanah) bagi Nabi Nuh. Setiap hari siang dan malam Nabi Nuh berdakwah, namun kaumnya berpaling dan menyombongkan diri (QS. 71: 5-7).

Namun, Nabi Nuh menempuhi itu semua dengan penuh kesabaran dan keistiqamahan. Nabi Nuh tidak pernah meminta pensiun kepada Allah. Hingga tiba masanya Allah menetapkan keputusan bagi kaum Nuh. Banjir besar membinasakan kaum Nuh.

Sebakda banjir besar yang menenggelamkan kaumnya, Nabi Nuh bersama para pengikutnya memulai kembali kehidupan untuk meneruskan kelangsungan manusia di bumi. Mereka hidup damai, tentram, dan berlimpah kenikmatan dalam naungan cahaya Islam. Inilah tahun-tahun ‘am bagi Nabi Nuh ‘alaihissalam.

Oleh karena itu, bersabarlah dan tetaplah istiqamah dalam ketaatan saat menempuh tahun-tahun sanah dalam kehidupan. Setiap orang beriman akan diuji dalam kehidupannya sebagai bukti kebenaran imannya (QS. 29: 2-3). Ujian kesabaran pula yang menjadi penyaring seseorang layak masuk dalam golongan penghuni surga (QS. 3: 142).

Kesabaran adalah ciri utama para rasul ulul azmi (Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa, dan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam). Kita diminta meneladani level kesabaran para rasul tersebut (QS. 46: 35). Kesabaran memang pahit pada awal dan prosesnya, namun yakinlah pada akhirnya indah dan manis buahnya. Ketika kita telah lulus ujian dengan teguh dalam kesabaran, maka Allah akan menghadirkan tahun-tahun ‘am dalam kehidupan kita. Wallaahu a’lam

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image