Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image jok

Manusia Menularkan Lebih Banyak Virus ke Hewan dan Bukan Sebaliknya

Info Sehat | Thursday, 11 Apr 2024, 19:17 WIB
Manusia dapat menularkan virus ke hewan peliharaan. Foto: vets4pets.com.

BEBERAPA penyakit paling mematikan yang menjangkiti manusia berasal dari patogen yang berasal dari hewan ke manusia. Virus yang menyebabkan AIDS, misalnya, berasal dari simpanse. Dan banyak ahli percaya bahwa virus yang menyebabkan pandemi COVID-19 berasal dari kelelawar.

Namun, seperti yang ditunjukkan oleh sebuah studi baru, pertukaran penyakit ini tidak hanya dari hewan ke manusia. Faktanya, penelitian atas semua urutan genom virus yang tersedia secara publik menghasilkan hasil yang mengejutkan: manusia memberikan sekitar dua kali lipat lebih banyak virus kepada hewan daripada yang mereka berikan kepada kita.

Para peneliti melihat hampir 12 juta genom virus dan menemukan hampir 3.000 kali sebuah virus melompat dari satu spesies ke spesies lain. Dari itu, 79 persen melibatkan virus yang berasal dari satu spesies hewan ke spesies hewan lain. Sisa 21 persen melibatkan manusia. Dari itu, 64 persen adalah transmisi manusia-ke-hewan. Tiga puluh enam persen adalah transmisi hewan-ke-manusia.

Ilmuwan menyebut transmisi manusia-ke-hewan sebagai antroponosis. Adapun transmisi hewan-ke-manusia disebut zoonosis.

Hewan yang terpengaruh oleh antroponosis termasuk hewan peliharaan seperti kucing dan anjing; hewan ternak seperti domba, kuda, sapi, ayam dan bebek; primata seperti simpanse, gorila, dan monyet howler; dan hewan liar lainnya seperti rakun dan tikus bulu lembut Afrika.

Hewan liar lebih mungkin mengalami transmisi manusia-ke-hewan daripada sebaliknya.

"Studi ini mencerminkan dampak besar manusia terhadap lingkungan dan hewan di sekitar kita," kata Cedric Tan. Dia adalah mahasiswa doktoral dalam bidang biologi di Institut Genetika University College London dan penulis utama studi ini, yang hasilnya dipublikasikan di jurnal Nature Ecology & Evolution.

Manusia dan hewan membawa banyak mikroba yang dapat melompat ke spesies lain melalui kontak dekat. Studi ini melihat transmisi virus yang melibatkan semua kelompok vertebrata: mamalia, burung, reptil, amfibi, dan ikan.

Menurut Tan, virus berpindah antar spesies dengan cara yang sama dengan virus yang ditransmisikan antara manusia. "Itu termasuk kontak langsung dengan cairan terinfeksi, atau digigit oleh spesies lain, antara lain," jelasnya.

Tan menambahkan bahwa sebelum virus memasuki spesies yang berbeda, ia harus memiliki peralatan biologis, atau memperoleh adaptasi spesifik inang, untuk memasuki sel-sel spesies inang baru dan memanfaatkan sumber daya mereka.

Selama ribuan tahun, pandemi yang telah membunuh jutaan orang disebabkan oleh patogen seperti virus, bakteri, dan jamur yang melompat ke manusia dari hewan.

Francois Balloux, direktur Institut Genetika University College London, dan salah satu penulis studi ini, mengatakan sebagian besar patogen pada manusia berasal dari hewan pada suatu waktu.

"Ancaman terbesar saat ini mungkin flu burung H5N1, yang beredar di burung liar," katanya. Menurutnya, alasan utama mengapa lonjakan patogen baru-baru ini bisa sangat berbahaya adalah karena populasi spesies inang tidak memiliki kekebalan sebelumnya terhadap penyakit baru itu.

Pada abad ke-14, penyakit bakteri yersinia pestis yang dikenal sebagai wabah bubonik membunuh jutaan orang di Eropa, Asia, Timur Tengah, dan Afrika Utara. Itu disebabkan oleh bakteri yang biasanya ditemukan pada rodentia liar.

"Dan penyakit-penyakit saat ini seperti virus Ebola juga berasal dari hewan. Sebagian besar transmisi spesies-ke-spesies tidak membawa ancaman serius," tambah Balloux.

Ditegaskannya bahwa dalam kebanyakan kasus, infeksi semacam itu tidak mengarah ke mana pun, karena virus tersebut kurang cocok dan tidak ada transmisi lebih lanjut di inang baru.***

Sumber: Reuters, Voice of America

--

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image