Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image azzahra Samsuddin

Jamur yang Menyebrang: Ringworm sebagai Zoonosis Sehari-hari

Eduaksi | 2025-12-09 19:26:21

Menurut Wijayanti (2010), zoonosis adalah penyakit atau infeksi yang secara alami dapat berpindah antara hewan bertulang belakang (vertebrata) ke manusia dan atau sebaliknya. Beberapa jenis penyakit ini, seperti rabies atau flu burung, sudah dikenal luas. Namun, ada pula zoonosis yang muncul dekat dengan kehidupan sehari-hari tetapi kerap luput dari perhatian. Salah satunya adalah ringworm (dermatofitosis), infeksi jamur yang bisa menyebar melalui hewan peliharaan maupun ternak.

Gambar 1. Ringworm pada wajah sapi Ayrshire (Sumber : Wikimedia Commons/ CC BY-2.5)

Bercak merah berbentuk cincin pada kulit kucing atau anjing yang sering dianggap sepele ternyata dapat menjadi sumber penularan bagi manusia. Inilah alasan mengapa memahami ringworm menjadi penting, terutama bagi mereka yang rutin berinteraksi dengan hewan.

Dermatofitosis merupakan infeksi jamur yang menyerang lapisan luar kulit, rambut, dan kuku baik pada hewan maupun manusia. Istilah ringworm sendiri berasal dari bentuk lesinya yang menyerupai cincin. Jamur dermatofit sebagai penyebabnya mampu bertahan lama di lingkungan mulai dari lantai, alas tidur hewan, hingga perlengkapan grooming, sehingga penularan dapat terjadi bukan hanya melalui kontak langsung, tetapi juga melalui benda-benda yang terkontaminasi. Infeksi ini tidak hanya mengganggu kesehatan, tetapi juga memengaruhi kenyamanan dan aktivitas sehari-hari.

Gambar 2. Ringworm pada kucing dengan bentuk milliary dematitis ( Sumber : Wikimedia Commons / CC BY-SA 3.0)

Sumber utama ringworm adalah hewan yang sudah terinfeksi, termasuk hewan peliharaan yang tampak sehat namun membawa jamur tanpa gejala. Penularan dapat terjadi saat seseorang memegang atau bermain dengan hewan yang memiliki lesi pada kulit. Selain itu, spora jamur dapat menyebar melalui bulu rontok, alat perawatan hewan, atau permukaan yang terpapar. Beberapa faktor turut meningkatkan risiko infeksi, seperti kurangnya perawatan rutin pada hewan, lingkungan yang banyak terdapat hewan liar atau ternak, kebersihan yang tidak terjaga, serta kondisi imun tubuh yang lemah.

Gambar 3. Lesi Ringworm pada lengan manusia (Sumber : Wikimedia Commons / CC BY-SA 4.0)

Pada manusia, ringworm muncul sebagai bercak merah melingkar yang terasa gatal dan kadang bersisik. Jika digaruk berlebihan, area tersebut dapat mengalami iritasi atau infeksi sekunder (infeski tambahan yang muncul karena kulit sudah rusak sebelumnya) . Lesi bisa muncul di tangan, wajah, lengan, atau bagian tubuh lain yang bersentuhan dengan hewan terinfeksi. Sementara pada hewan, infeksi sering terlihat berupa kerontokan bulu, perubahan kulit, serta rasa tidak nyaman. Apabila tidak ditangani, hewan tersebut dapat menjadi sumber penularan terus-menerus bagi manusia maupun hewan lain. Selain dampak fisik, gangguan pada kulit yang tampak jelas dapat menurunkan rasa percaya diri, menimbulkan rasa malu, hingga menghambat aktivitas sosial. Di tingkat masyarakat, kasus ringworm yang tidak terkendali dapat memunculkan kekhawatiran dan membutuhkan penanganan dari pihak kesehatan.

Untungnya, langkah pencegahan ringworm cukup sederhana jika dilakukan secara konsisten. Hindari kontak langsung dengan hewan yang terlihat memiliki masalah kulit. Biasakan mencuci tangan setelah memegang hewan, terutama sebelum makan atau menyentuh wajah. Kebersihan tempat tinggal hewan perlu dijaga dengan memandikan hewan secara rutin, menyikat bulu, dan membersihkan kandang atau alas tidur. Pemeriksaan berkala ke dokter hewan membantu mendeteksi infeksi sejak dini, sementara hewan yang sudah terinfeksi harus segera diobati agar tidak menular ke anggota keluarga lain. Edukasi kepada keluarga dan masyarakat juga berperan penting, terutama bagi mereka yang sering berinteraksi dengan hewan peliharaan atau ternak.

Referensi

Dinullah, S. (2019). Dermatofitosis (ringworm) pada anjing dan kucing. Program Pendidikan Profesi Dokter Hewan, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

Wijayanti, T. (2010). Zoonosis. Jurnal Litbang Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Banjarnegara, 6(1), 56601.

 

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image