Mudik Ke Kampung Halaman-Mu
Momen | 2024-04-09 14:54:43Mudik Ke Kampung Halaman-Mu
(Sebuah Renungan ke Dalam Diri di Akhir Ramadhan)
Di tengah keceriaan dan kebahagiaan menyambut Hari Raya Idul Fitri;
Sudah berapa Ramadhan engkau lalui;
Sudah berapa kali Al Qur’an engkau khatamkan;
Sudah berapa ayat engkau hafalkan, engkau sampaikan;
Sudah berapa juta dzikir engkau lantunkan;
Sudah berapa ribu rakaat Tarawih dan shalat-shalat sunnah engkau dirikan;
Sudah berapa I’tikaf engkau habiskan di masjid ..
Masih beginikah kondisi dirimu;
Masih banyak kemarahan di sana? Untuk hal-hal yang berjalan, tidak seperti engkau harapkan;
Masih ada kesedihan di sana dari masa masa lalu yang telah engkau lalui, yang tidak mengenakkan yang harus terpaksa engkau terima, dan itu membuatmu menderita sampai hari ini;
Masih ada kegalauan terhadap masa depan yang belum tentu engkau pun masih hidup saat itu terjadi;
Masih banyak kecemasan, ketakutan, kebingungan pada banyak hal bahkan utk hal-hal yang engkau tidak pahami;
Masih banyak dendam, sakit hati, terluka, kecewa, duka-cita, penderitaan yang engkau simpan. Saat engkau bertemu dengan pelakunya, bahkan dengan mengingat kejadiannya saja, semua rasa negatif ini muncul, hadir, dan hadir hadir lagi;
Masih banyak ketidakdamaian, pertengkaran, pemaksaan kehendak yang engkau lakukan atau engkau terima dari orang-orang di sekitarmu;
Masih banyak ego, kesombongan, pembenaran yang engkau lakukan, alih-alih menerima kebenaran sejati yang hadir dalam dirimu.....
Lantas apa gunanya;
Permintaan maaf yang engkau sampaikan tahun demi tahun setiap Idul Fitri;
Tidak lebih dari basa-basi di mulut saja;
Abang abange lambe (merah-merahnya bibir).
Lihat tubuhmu sekarang;
Sederet sakit dan ketidakberesan hadir;
Sebagai bentuk pesan cinta dari-Ku;
Tapi engkau pun tidak paham-paham jua akan hal itu;
Dan malah engkau bungkam messenger (pembawa pesan) yang Aku utus untuk menyadarkanmu ..
Harusnya engkau sadar, mengerti dengan pesan cinta itu;
Untuk kemudian berubah;
Tapi justru engkau bungkam dengan obat semua sakit-sakitmu itu.....
Engkau belum mengenal-Ku;
(seakan-akan Tuhan di dalam diri ini memandang dengan ekspresi penuh cinta tapi sekaligus sedih melihat diri ini yang tidak kunjung bertumbuh kesadarannya);
Engkau belum bisa "melihat dan merasakan" bahwa di balik semua peristiwa-peristiwa itu, di balik semua sikap orang-orang terhadapmu, baik itu yang menyayangimu maupun yang membenci atau menyakitimu;
Semua adalah dari-Ku.....
Kalau engkau sudah mampu memahami ini, tentu lebih mudah bagimu untuk menerima semua kondisi, peristiwa, orang-orang yang hadir dalam hidupmu;
Bahwa itu semua dari Aku ..
Kemanapun engkau menghadap, di situlah Aku;
Bukankah ini ayat di dalam kitab-Ku yang engkau baca setiap hari;
Namun, yang engkau baca hanyalah tulisan;
Seharusnya ayat itu menjadi hidup dalam dirimu.....
Aku menghadirkan hal-hal tidak enak ini dalam dirimu;
Bukan karena Aku jahat, atau ingin menghukummu;
Mengutukmu;
Justru karena Aku sangat-sangat cinta kepadamu;
Bukankah Aku yang menciptakanmu;
Mana mungkin Aku yang menciptakanmu, di titik yang sama Aku bisa menyakitimu;
Semua yang terjadi di dalam hidupmu, di dalam dirimu, Aku izinkan hadir;
Karena itu satu-satunya jalan untuk memproses hatimu yang keras, telingamu yang tuli, matamu yang buta ..
Engkau seperti binatang ternak yang memiliki mulut tapi tidak mampu berbicara yang benar, punya telinga tapi tidak mampu mendengar, punya mata tidak mampu melihat dan punya hati tapi tidak mampu merasa lagi.
Padahal engkau ciptaan-Ku yang paling sempurna;
Padahal engkau adalah gambaran diri-Ku, citra diri-Ku, khalifah-Ku di muka bumi ini.
Bahkan aku ingin dikenali melalui dirimu;
Tidak sadarkah betapa hebat dan sempurnanya dirimu Aku ciptakan;
Engkau tidak pernah mendengarkan-Ku selama ini;
Dalam ruang-ruang heningmu, di dalam qalbumu;
Bahkan keberadaan-Ku pun tidak pernah engkau sadari;
Padahal Aku hadir selalu dalam qalbumu.....
Engkau hanya ribut dengan pikiran-pikiranmu, emosi-emosimu sendiri;
Hanya mereka yang engkau dengarkan;
Bukan Aku.....
Aku hanya rindu kepadamu...
Aku ingin engkau pulang kepada-Ku
Mudiklah kepada-Ku...
Sebagaimana orang tuamu merindukan kepulanganmu.
Pulanglah;
Dengan jiwa dan hati yang bersih dan tenang.
Sadarlah sadarlah...
Sebelum waktu (kematian) itu datang.
Sumber:
Kelas Holistik Coaching Online Forever, Shinta Sari Saleh, WA Grup (dengan sedikit editing)
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.