Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ariefdhianty Vibie

Syawal Bulan Peningkatan Ketakwaan dan Persatuan Umat

Masjidku | 2025-04-23 10:35:41

Sekitar seratus orang lebih Muslimah dari kalangan tokoh dan majelis ta'lim berbondong-bondong mengikuti agenda kajian rutin bulanan Majelis Ta'lim Lentera Quran (MTLQ) yang diselenggarakan pada hari Sabtu, 19 April 2024, bertempat di Masjid Besar Kaum Ujungberung, Kota Bandung. Masih dalam suasana hangat di bulan Syawal, tema kajian bulan ini adalah "Syawal Bulan Peningkatan Ketakwaan dan Persatuan Umat". Acara dibuka dengan hangat serta penuh semangat oleh moderator. Acara dimulai dengan penayangan video pengantar yang berkaitan dengan materi untuk memantik semangat para peserta.

Pemateri mulai memaparkan, bahwa secara bahasa, syawal artinya meningkat. Setelah melewati bulan Ramadan dengan berbagai ibadah, idealnya, ketakwaan dan keimanan seharusnya meningkat. Kita juga mesti istiqomah hingga meraih derajat takwa. Itulah ciri diterimanya amal ibadah kita. Sesuai janji Allah SWT dalam Al-Qur'an surat Al-Araf ayat 96, “Dan sekiranya penduduk suatu negeri beriman dan bertakwa maka pasti Allah akan bukakan keberkahan di langit maupun di bumi. Akan tetapi, mereka mendustakan (para rasul dan ayat-ayat kami). Maka, kami menyiksa meraka disebabkan oleh apa yang selalu mereka kerjakan.”

Dalam surah Ali Imron, Allah Swt. melabeli orang beriman dengan sebutan kuntum khaira ummah, yang artinya kondisi umat berada dalam ridho Allah Swt., serta mendapat limpahan keberkahan juga pertolongan. “Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia (selama) kamu menyuruh (berbuat) yang makruf, mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah. Senadainya ahlulkitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Dintara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-oramg fasik.” (Qs. Ali Imron:110)

Syarat menjadi kuntum khaira ummah, yaitu pertama, menegakan amar makruf (menyeru kepada kebaikan termasuk peduli dan simpati juga memperhatikan umat lain). Kedua, mencegah dari yang munkar. Ketiga, beriman kepada Allah Swt. Inilah yang mesti diwujudkan oleh seluruh kaum Muslim di dunia.

Kemudian pemateri menyampaikan, bahwa momen Idul Fitri adalah saat seluruh Kaum Muslimin berbahagia. Namun, kita perlu menyamakan persepsi, bahagia seperti apakah yang seharusnya menjadi standar oleh para Muslim? Jika kita memahami, sesungguhnya standar bahagia dalam Islam, yaitu pertama, ketika keadaan kita diridhoi oleh Allah swt. Kedua, saat cita-cita dan tujuan hidup tercapai. Ketiga, sukses menjalankan peran pentingnya. Namun, keumuman bahagia masyarakat saat ini berbeda. Umumnya, momen lebaran jadi waktu yang tepat berbagi kebahagian. Mulai dari berkumpul dengan keluarga besar, hingga jadi momen menunjukan pencapaian, harta, juga anak.

Namun mirisnya, alih-alih ibadah meningkat saat Ramadan, tetapi justru setelah lebaran malah menjadi lalai. Ibadah yang tadinya rutin dilaksanakan terbengkalai karena sibuk bercengkrama dengan keluarga dan kerabat.

Ternyata kebahagiaan tersebut hanyalah kebahagiaan semu. Melihat realita saat ini, Indonesia punya segudang masalah, mulai dari pergaulan bebas, zina, riba, korupsi dan masih banyak lagi. Kita juga tidak boleh melupakan masalah di luar Indonesia yang menimpa saudara kita, genosida Kaum Muslim di Palestina, Rohingya, Uighyur Dan tempat lainnya. Mereka adalah saudara seiman, seperti yang terdapat pada hadist bahwa umat islam bagai satu tubuh.

Dari An-Nu'man bin Bisyir dia berkata, bahwa Rasulullah Saw. bersabda, "Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi dan menyayangi di antara mereka adalah ibarat satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakinya)." ( HR Muslim No 4685)

Artinya, saat saudara kita di Palestina dijajah, maka wajib bagi seluruh kaum Muslim untuk membela dan menjaga tanah Palestina. Hanya saja, saat ini kaum Muslim dibatasi oleh sekat nasionalisme, sehingga sulit untuk ikut serta menolong mereka. Padahal, jika tanah Palestina hilang satu jengkal, maka seluruh Kaum Muslim akan dihisab.

Maka dari itu, perlu peran seorang pemimpin yang bertakwa untuk menjadi pelindung umat. Sebagaimana dalam hadist Rasulullah Saw. bahwa pemimpin adalah perisai dan pelindung yang bisa menyatukan kaum Muslim di seluruh dunia. Pemimpin dalam institusi Islam kaffah inilah yang nantinya mampu menggerakkan tentara untuk melawan para penjajah Barat. Oleh karena itu, kaum Muslimin butuh kekuatan kepemimpinan satu komando dalam negara yang menerapkan aturan Islam secara total. Namun sebelumnya, pemikiran dan kesadaran umat Islam harus bangkit dengan pemahaman, standar dan qonaat dalam islam, juga membangkitkan umat dengan dakwah mengikuti metode dakwah rasul. Dengan beginilah, ketakwaan umat akan benar-benar terealisasi.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image