Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Edu Sufistik

Mendidik Anak Lelaki Menjadi Pemimpin (Part 2)

Eduaksi | Wednesday, 27 Mar 2024, 10:29 WIB

Muhammad Syafi’ie el-Bantanie

(Founder Edu Sufistik)

Pada tulisan sebelumnya, kita sudah membahas mendidik anak lelaki menjadi pemimpin dengan meneladani proses pendidikan Rasulullah pada masa kanak-kanak dan remaja. Pembahasan kita sampai pada usia delapan tahun Rasulullah . Mari kita lanjutkan lagi pembahasannya.

Pada usia 12 tahun, Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam ikut berdagang ke Syam bersama pamannya, Abu Thalib. Ini pengalaman luar biasa bagi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam. Menempuh perjalanan panjang melintasi sahara hanya berkendara unta. Ini jelas tidak mudah. Tapi, di sinilah selaksa pelajaran berharga sebagai bekal menjadi pemimpin.

Pesan dari fase ini adalah aktifitas safar. Seorang anak laki-laki perlu diberikan pendidikan lapangan dengan mengajaknya bepergian. Tentu saja bukan asal bepergian atau jalan-jalan. Melainkan, bepergian yang bermakna, yaitu memperluas wawasan anak dan menanamkan visi besar pada diri anak.

Karena itu, Anda bisa membuat program rihlah keluar kota atau bahkan keluar negeri jika ada anggarannya. Disain kegiatan untuk memberikan wawasan interlokal bahkan internasional bagi anak lelaki. Misalnya, ajak anak mengunjungi kota Kudus di Jawa Timur. Ajak anak mengamati masjid Al-Aqsha atau lebih dikenal dengan nama masjid Kudus. Sambil mengamati suasana masjid, terangkan sejarah kota dan masjid Kudus.

“Nak, tahukah kamu siapa yang mendirikan kota Kudus? Ia adalah Sunan Kudus atau nama aslinya Maulana Ja’far Shadiq. Mengapa Maulana Ja’far Shadiq memberi nama kota ini dengan nama Kudus dan masjidnya dengan nama Al-Aqsha? Karena, Sunan Kudus berasal dari Palestina dan beliau sangat ingin kota yang didirikannya menjadi kota penuh berkah seperti Al-Quds.

Nak, kamu juga harus seperti Sunan Kudus. Berkontribusi sebesar-besarnya bagi kejayaan Islam dan kemaslahatan umat. Maka, sedari sekarang kamu harus serius dengan hidupmu. Persiapkan masa depanmu dengan bekal hari-hari terbaikmu. Pandailah mengelola waktu dan isi hari-harimu dengan aktifitas terbaik.”

Demikian seterusnya saat mengunjungi kota-kota atau destinasi lain. Pastikan rihlah itu memberikan kesan dan makna mendalam bagi anak. Saat remajanya, Mehmet II yang kemudian dikenal dengan nama Muhammad Al-Fatih sering diajak berlari di tepian selat Bhosporus oleh gurunya Syaikh Ahmad Kurani. Dari selat tersebut terlihat benteng Konstantinopel.

Gurunya memotivasi, “Nak, kakek moyangmu telah berusaha membebaskan Konstantinopel untuk mewujudkan bisyarah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, namun belum jua berhasil. Saya merasa kamulah sebaik-baik pemimpin yang disabdakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang akan membebaskan Kostantinopel.”

Nyaris setiap hari Syaikh Ahmad Kurani memberi motivasi seperti itu. Maka, visi ini tertanam kuat dalam hati Mehmet II. Hingga akhirnya, Mehmet II berhasil mewujudkan bisyarah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membebaskan Konstantinopel pada usia yang masih sangat muda, 23 tahun.

Jika anak lelaki Anda siap, program lost in the city bisa dicoba. Maksudnya, sesampainya di kota tujuan, misalnya kota Bandung, beri anak peta kota Bandung. Letakkan di satu titik tertentu. Jangan beri uang sepeserpun. Lalu, tentukan titik bertemu pada sore harinya. Tantang anak untuk sampai ke titik pertemuan itu dengan membawa uang hasil bekerja. Kalaupun tidak membawa uang, minimal bisa sampai di titik lokasi. Program ini akan menumbuhkan jiwa kepemimpinan pada anak lelaki.

Pada usia 15 tahun Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam mengikuti perang Fijar. Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam tidak terlibat langsung dalam berperang. Beliau hanya bertugas mengambil anak panah. Ini sejatinya praktik magang bagi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau melakukan observasi untuk menangkap wawasan dan pengalaman secara langsung.

Pesan dari fase ini adalah carilah tokoh hebat yang bisa diajak kerjasama. Titipkan anak bunda kepada tokoh hebat itu supaya anak bunda bisa belajar dan melihat langsung bagaimana tokoh itu beraktifitas. Tidak perlu lama, 3 – 7 hari sudah cukup. Anas bin Malik magang di rumah Rasululllah shallallaahu ‘alaihi wasallam kurang lebih selama 10 tahun. Jadinya Anas bin Malik seorang sahabat ahli hadis yang masyhur keilmuannya.

Pada usia 18 tahun Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam memimpin organisasi perdagangan. Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah menyelesaikan sengketa dagang antara Ash bin Wail dengan pedagang dari Persia. Sejak peristiwa itu, Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam diangkat menjadi ketua organisasi perdagangan masyarakat Quraisy.

Pesan dari fase ini adalah pesankan kepada anak Anda, “Nak, ketika kamu sudah kuliah, kamu harus ikut dan aktif organisasi. Duduki posisi penting dalam organisasi. Jangan pernah menjadi mahasiswa kupu-kupu (kuliah-pulang, kuliah pulang). Melalui organisasi, anak Anda akan semakin tertempa mentalitas dan kepemimpinannya.

Itulah pelajaran-pelajaran yang bisa kita petik dari peri kehidupan Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam pada masa kecil dan remajanya dalam konteks membentuk spirit dan skil kepemimpinan pada diri anak. Tentu saja, bab pendidikan iman dan adab mendahului dan seiring sejalan dengan pendidikan kepemimpinan.

Ayah dan Bunda yang baik, selamat dan semangat mendidik anak lelaki Anda menjadi pemimpin. Semoga Anda menjadi orangtua yang senantiasa dirindukan anak-anakmu.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image