Orang Kota Mungkin Telah Kehilangan Mikroba Usus yang Sehat yang Membantu Mencerna Serat
Info Sehat | 2024-03-25 15:35:58ORANG-orang yang tinggal di daerah perkotaan mungkin telah kehilangan mikroba usus sehat yang membantu kita mencerna serat. Demikian hasil sebuah penelitian terbaru menunjukkan.
Serat menjaga kesehatan usus kita dan selulosa merupakan salah satu komponen serat makanan yang dapat ditemukan dalam sayuran atau produk biji-bijian.
Cara kita hidup dan makan di masyarakat industri mungkin berdampak pada cara kita memecah serat di usus.
Dalam kaitan dengan hal tersebut, tim peneliti dari Ben-Gurion University of the Negev (BGU) di Israel menemukan penurunan bakteri pendegradasi selulosa dalam mikrobioma usus manusia, khususnya di kalangan masyarakat industri. Hasil temuan mereka dipublikan di jurnal Science.
“Sepanjang evolusi manusia, serat selalu menjadi makanan andalan manusia,” Sarah Moraïs, peneliti biologi molekuler dan biokimia dari BGU, mengatakan dalam sebuah pernyataan.
“Ini juga merupakan komponen utama dalam pola makan nenek moyang primata kita. Serat menjaga flora usus kita tetap sehat,” tambahnya.
Dalam penelitiannya, tim peneliti mengidentifikasi bakteri pendegradasi selulosa bernama Ruminococcus yang menghasilkan kompleks protein ekstraseluler besar dan sangat terspesialisasi yang disebut selulosom untuk mendegradasi selulosa.
Selulosom direkayasa oleh bakteri untuk memisahkan serat selulosa karena sulit dicerna.
Ketika dipecah menjadi rantai yang lebih pendek dan larut, serat selulosa dapat dicerna oleh Ruminococcus dan bagian lain dari mikrobioma usus, menurut para peneliti.
“Bukan tugas mudah untuk mendegradasi selulosa, hanya sedikit bakteri yang mampu melakukannya,” kata Edward Bayer, profesor dari Weizmann Institute di Israel dan salah satu penulis penelitian tersebut.
“Selulosa sulit dicerna karena tidak larut. Serat di usus ibarat batang pohon di kolam renang, basah, tapi tidak larut,” jelasnya. “Intinya, selulosom mengubah serat menjadi gula," sambungnya lagi.
Bakteri penghasil selulosom ditemukan di mikrobioma sapi dan domba, menurut para peneliti. Hal ini juga dapat ditemukan pada primata.
“Kami terkejut melihat bakteri penghasil selulosom pada manusia tampaknya telah berpindah inang selama evolusi karena strain dari manusia lebih dekat kekerabatannya dengan strain dari hewan ternak dibandingkan dengan strain dari nenek moyang primata kita,” kata Itzhak Mizrahi, seorang profesor di BGU yang juga terlibat dalam penelitian ini.
Strain Ruminococcus lebih umum terjadi pada masyarakat manusia purba, komunitas pemburu-pengumpul, dan populasi pedesaan. Begitu berdasarkan analisis para peneliti.
Namun, keberadaan serat jauh lebih langka di kalangan masyarakat industri seperti Denmark, Tiongkok, Swedia, dan Amerika Serikat, kata tim peneliti, mungkin karena peralihan ke pola makan yang lebih sedikit serat.
National Health Service, Inggris, merekomendasikan orang dewasa mengonsumsi 30 gram serat setiap hari. Namun, rata-rata konsumsi orang dewasa adalah 20 gram per hari.
Untuk meningkatkan asupan serat, kita dapat mengganti biji-bijian olahan seperti roti putih dan pasta dengan gandum utuh seperti beras merah, quinoa, dan oat.
Mengkonsumsi lebih banyak buah dan sayuran juga membantu, begitu pula kacang-kacangan, lentil, dan buncis. Kacang-kacangan dan biji-bijian juga merupakan sumber serat yang dapat dengan cepat dimasukkan ke dalam makanan.***
Sumber: Euro News
--
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.