Bicara Gizi Fungsi Serat Kurangi Risiko Alergi pada Anak
Edukasi | 2022-08-24 16:11:23Ketika kita bicara anak dengan alergi bila dibedah akan terlihat akar masalahnya, dimana salah-satunya terkait degan kecukupan serat. Kalau berdasarkan data riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2018 ternyata 95,5 % penduduk Indonesia berusia diatas 5 tahun masih kurang komsumsi seratnya.
Padahal serat merupakan zat gizi yang memiliki peran sangat penting untuk dikomsumsi terutama pada anak agar sistem pencernaanya dapat berkerja dengan optimal.
Karena apa ? karena 70 % komponen dalam sistem daya tahan tubuh terdapat dalam pencernaan dan merupakan faktor penting juga dalam mendukung tumbuh kembang dan kesehatan yang holistik.
Bahkan, terdapat penelitian lain yang menunjukkan bahwa 9 dari 10 anak kekurangan asupan serat. Bayangkan, rata-rata anak Indonesia usia 1-3 tahun hanya memenuhi ¼ (seperempat) atau rata-rata 4,7 gram per hari dari total kebutuhan hariannya.
Walaupun ada lagu yang hits Ojo Dibandingke, tapi bila dibandingkan kita akan terperangah dengan jumlah 4,7 gram / hari masih jauh di bawah angka kecukupan gizi (AKG) yang direkomendasikan, yaitu 19 gram serat setiap harinya.
Melihat pentingnya serat bagi anak, daku (saya) pun akhirnya mengikuti webinar Bicara Gizi dengan topik “Pentingnya Serat Terhadap Kesehatan Saluran Cerna dan Mengurangi Risiko Alergi pada Anak” yang diselenggarakan pada, selasa, 23 Agustus 2022.
Webinar tersebut menghadirkan nara sumber ; Corporate Communication Director Danone Specialized Nutrition Indonesia, Arif Mujahidin., Konsultan Alergi dan Imunologi Anak, dr. Endah Citraresmi, Sp.A(K)., Psikolog anak, Anastasia Satriyo M.Psi., Psi., dan Seorang ibu yang memiliki anak dengan kondisi alergi, Oktavia Sari Wijayanti.
Corporate Communication Director Danone Specialized Nutrition Indonesia, Arif Mujahidin, menyampaikan bahwa kegiatan BICARA GIZI yang diselenggarakan oleh Danone Indonesia diharapkan dapat memberi manfaat untuk peserta webinar dan masyarakat luas.
Tambahnya, Danone Specialized Nutrition Indonesia percaya bahwa kehebatan seorang anak perlu dibangun sejak masa golden period-nya dengan memberikan dukungan golden nutrition atau nutrisi tepat termasuk asupan serat, serta golden simulation atau simulasi tepat, sehingga dapat mendukung kesehatan holistik dan tumbuh kembang optimal si Kecil, termasuk bagi anak dengan kondisi alergi.
Konsultan Alergi dan Imunologi Anak, dr. Endah Citraresmi, Sp.A(K) mengenalkan definisi dari alergi makanan yang memiliki pengertian reaksi menyimpang atau tidak diinginkan yang tejadi setelah mengkomsumsi makanan tertentu tapi harus melalui mekanisme imun.
Efek samping terhadap makanan dapat melalui mekanisme imunologi (Alergi Makanan) dan bukan mekanisme imunologi (Intoleransi Makanan).
Masalah nutrisi pada anak alergi makanan dapat terjadi gangguan pertumbuhan. Untuk itu penting dilakukan tata laksana dan pemantaun pertumbuhan.
Dr.Endah mengatakan penting bagi anak mengkonsumsi serat dalam jumlah cukup sesuai angka kecukupan gizi (AKG) yang telah ditentukan berdasarkan kelompok umur.
Dokter spesialis anak ini membuka tabir bahwa kecukupan serat anak Indonesia masih belum memenuhi standar rekomendasi asupan serat harian.
Dirinya memaparkan data dari Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2018, bahwa 95,5 persen penduduk Indonesia berusia di atas 5 tahun masih kurang konsumsi serat.
Menurut dr.Endah, orang tua memang harus bersabar, memperkenalkan makan serat pada anak merupakan proses belajar dan harus dilakukan terus menerus. Anak itu yg penting memiliki waktu meniru perilaku orang tua yaitu ketika orang tua makan serat dan buah, nantinya anak akan meniru. Maka, lakukan makan bersama antara orang tua dan anak.
Jika anak tidak suka buah dan serat, orang tua bisa memberikan sedikit demi sedikit misal dengan dicampur dengan es atau diolah dimasukkan kedalam puding.
“Dengan mengonsumsi serat dalam jumlah cukup, bisa memberikan sejumlah manfaat bagi kesehatan anak, seperti memperbaiki keseimbangan sistem imunitas tubuh, mengurangi inflamasi akibat alergi , dan bermanfaat bagi mikrobiota di dalam saluran cerna yang akan membuat nutrisi makanan terserap dengan optimal” jelas dr. Endah Citraresmi, Sp.A(K).
Kondisi ketidakseimbangan komposisi dan fungsi mikrobiota saluran cerna (disbiosis) dapat berhubungan dengan kejadian alergi pada anak.
Bagi anak yang menderita alergi memiliki jumlah dan keberagaman mikrobiota saluran cerna yang lebih sedikit dibandingkan anak yang tidak mengalami alergi.
Untuk itu, pada anak yang memiliki alergi, orangtua harus dapat memilih jenis makanan yang tepat dan tidak mengandung zat-zat yang menyebabkan alergi, menjaga asupan gizinya tetap seimbang dan juga bisa diberikan makanan atau minuman yang difortifikasi serat
Psikolog anak, Anastasia Satriyo M.Psi., Psi membuka fakta “sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa 41% orang tua yang memiliki anak dengan kondisi alergi melaporkan dampak yang signifikan pada tingkat stres mereka. Oleh karena itu, alergi bukan hanya dapat memengaruhi pada psikologis si kecil, namun orang tua akan turut merasakan efeknya secara langsung.”
Anastasia memberi pemahaman bagi orang tua bahwa dari sisi perkembangan otak anak bagaikan komputer baru yang belum menginstall berbagai program (softweare). Bagi otak anak, apa yang dia lihat akan dipersepsikan tidak aman.
Pendekan oleh orang tua dalam memperkenalkan serat dapat dilakukan dengan pelan-pelan, biarkan anak melihat-lihat dulu makanan sehat, jilat dulu makanannya. Orang tua perlu menyediakan mainan makanan sehat ini sehingga membuat anak kenal.
Biasakan anak dengan memperkenalkan beragam tekstur. Rasa sabar itu yang harus dimiliki orang tua, memperkenalkan makanan sehat merupakan proses belajar yang tidak ada selesainya.
Ingat ! ini yang kita asuh anak manusia, nikmati prosesnya. Proses memperkenalkan makanan sehat akan membutuhkan waktu hingga 6 bulan.
Seorang ibu yang memiliki anak umur 2 (dua) tahun dengan kondisi alergi, Oktavia Sari Wijayanti menceritakan awalnya dirinya melihat anak nya bentol-bentol di kulit, besoknya terjadi bengkak pada mata dan diare. Kemudian Okta mencari tau, ternyata anaknya menderita alergi, lalu kemudian ia membawa anaknya konsultasi ke dokter.
Okta akhirnya mengetahui penyebab alergi anaknya saat berkonsultasi dan didiagnosis oleh dokter. Setelahnya dia berusaha belajar, Anak nya yang alergi ini harus menghindari makanan apa saja ?
Sebagai seorang ibu harus menenangkankan diri dan kemudian dituntut untuk ekstra dalam menangani gejala akibat alergi dengan menghindari faktor pemicunya.
Selain itu, saya sangat memperhatikan asupan nutrisi yang saya berikan kepada anak, serta memastikan asupan serat harian anak tercukupi untuk memastikan si kecil tetap sehat dan gejala yang muncul akibat alerginya berkurang.
Bunda berhijab dengan wajah yang sejuk ini mengajak para orang tua lain yang memiliki anak dengan kondisi alergi untuk tidak perlu khawatir dan jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter agar bisa mendapatkan penanganan yang tepat.
Salam sehat Blogger Udik dari Cikeas
Vro Agan aka Andri Mastiyanto
Twitter @andriegan I Tiktok @andriegan I Instagram @andrie_gan
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.