Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Edu Sufistik

Mendidik Anak Lelaki Menjadi Pemimpin (Part 1)

Agama | Wednesday, 20 Mar 2024, 17:45 WIB

Muhammad Syafi’ie el-Bantanie

(Founder Edu Sufistik)

Setiap anak lelaki secara fitrahnya memiliki potensi kepemimpinan. Potensi ini bisa terus tumbuh, berkembang, dan menguat jika distimulasi dengan baik. Sebaliknya, potensi kepemimpinan bisa redup, layu, dan lumpuh jika salah menstimulasi. Karena itu, tugas orangtua adalah memberikan stimulasi positif agar potensi kepemimpinan anak lelaki bisa terus berkembang.

Dalam hal ini, mari kita belajar dari masa kecil dan remaja Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Selama empat tahun sejak dilahirkan, Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam diasuh oleh Halimah As-Sa’diyah. Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam tinggal bersama Halimah As-Sa’diyah di sebuah desa terpencil yang tenang dan bersih udaranya.

Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam sering bermain di alam lepas bersama anak-anak Halimah As-Sa’diyah. Mengikuti sang bunda menggembala kambing di padang rumput. Di sinilah fisik Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam tertempa sejak kecil. Inilah modal awal untuk menjadi pemimpin; fisik yang sehat dan prima.

Karena itu, pada masa-masa awal perkembangan usianya biasakanlah anak lelaki untuk bermain mengeksplorasi alam lepas agar terlatih fisiknya. Ajak anak lelaki outbond dan kegiatan yang memacu adrenalin. Anak lelaki harus tertempa fisik dan mentalnya. Jangan fasilitasi play station, game online, atau sejenisnya yang membuat anak banyak duduk terpaku. Selain tidak baik untuk fisiknya, play station dan game online membuat otak anak tumpul karena jarang digunakan dan diasah. Bagaimana mungkin anak seperti ini bisa menjadi pemimpin pada masa mendatang?

Selanjutnya, aspek berbahasa. Bani Sa’ad adalah bani yang sangat menjaga kemurnian bahasa Arab. Mereka paling fushah dalam berbahasa Arab. Di sinilah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam belajar bahasa Arab fushah dari bani Sa’ad. Maka, Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam telah terbiasa berbahasa Arab fushah sedari kecil. Inilah modal bagi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam untuk menjadi pemimpin yang mampu menggerakkan umatnya dengan lisannya.

Berbahasa yang baik perlu diajarkan dan dilatih sejak kecil. Aspek berbahasa erat kaitannya dengan perkembangan cara berpikir dan kesehatan mental. Alfred Korzyboski, seorang ahli semantik asal Rusia, menyampaikan hasil risetnya bahwa cara berbahasa yang salah erat kaitannya dengan mental yang sakit pada masyarakat.

Cara berbahasa yang salah akan semakin terasa efek negatifnya pada anak-anak dan remaja yang masih dalam tahap perkembangan. Terlebih jika terjadi berulang-ulang. Maka, cermatilah bahasa anak-anak Anda. Pada usia empat tahun anak berada dalam fase tercepat belajar berbahasa. Maka, biasakan dan pastikan ia belajar berbahasa secara baik dan benar. Karena, ini akan berefek pada cara berpikirnya.

Kemudian, pada usia delapan tahun, Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam menggembala kambing. Dari pekerjaan ini, Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam memperoleh upah untuk biaya hidupnya sendiri. Lebih dari itu, dari menggembala kambing, sejatinya Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam belajar leadership. Ada pelajaran tentang tanggung jawab, manajemen risiko, pengelolaan tim, dan mengambil keputusan.

Ini bukan berarti anak lelaki harus menggembala kambing. Kalau tidak ada atau sulit untuk praktik menggembala kambing, Anda bisa memodifikasi dengan kegiatan lain yang di dalamnya ada tantangan untuk bertanggung jawab, manajemen risiko, pengelolaan tim, dan pengambilan keputusan.

Salah satu caranya adalah dengan menawarkan anak untuk memiliki binatang peliharaan. Ajaklah anak laki-laki mengobrol bahwa pada usianya yang sudah memasuki delapan tahun, tawarkan mau memelihara apa? Ikan, kelinci, ayam, atau lainnya. Buat kesepakatan dengan anak untuk bertanggung jawab terhadap binatang peliharaannya.

Sebelumnya, Anda perlu menjelaskan kepada anak bagaimana cara memelihara binatang peliharaan tersebut. Misalnya, anak memilih memelihara ikan. Bersama anak pilihlah jenis ikan yang mau dipelihara. Belikan anak aquarium dan pakan ikan. Jelaskan kepada anak bagaimana cara memelihara ikan dalam aquarium. Berapa hari air aquarium harus diganti. Berapa kali membeli makan ikan dalam sehari. Intinya, semua hal terkait pemeliharaan ikan yang benar harus dijelaskan kepada anak sampai anak memahami.

Anda bisa mengamati perkembangan tanggung jawab anak terhadap binatang peliharaannya. Bila anak alpa, ingatkan anak dengan tanggung jawabnya tersebut. Ini adalah salah satu cara efektif untuk melatih potensi kepemimpinan anak pada rentang usia tujuh sampai sepuluh tahun. Bersabarlah dalam prosesnya. (Bersambung part 2)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image