Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image dimas noto kusumo

Etika Membuang Sampah Dimulai dari Keluarga

Gaya Hidup | Saturday, 15 Jan 2022, 01:16 WIB

Sampah menjadi permasalahan yang krusial di Indonesia sampai saat ini. Kesadaran masyarakat Indonesia akan pentingnya hidup sehat dan menjaga bumi memang masih perlu ditingkatkan. Meskipun saat ini mulai banyak individu maupun komunitas yang menggerakkan aksi jaga bumi melalui berbagai macam kampanye ataupun penyuluhan lingkungan, tetapi sebagian masyarakat tetap merasa tak acuh akan etika membuang sampah. Permasalahan ini tidak hanya terjadi di wilayah perkotaan yang salah satu dampaknya bisa terlihat dari meruaknya banjir, tetapi juga di wilayah pedesaan.

Ironisnya, di beberapa kasus, ketika masyarakat mengalami banjir dan mengetahui hal tersebut diakibatkan oleh sampah yang dibuang sembarangan hingga menumpuk dan menyumbat saluran air, masyarakat masih tetap membuang sampah sembarangan setelahnya. Kebiasaan membuang sampah ini reliabel dengan data yang diberikan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Indonesia. KLHK menyatakan bahwa sepanjang tahun 2020, terdapat sekitar 521.275,06 ton sampah plastik yang berada di laut Indonesia. Jumlah tersebut memang menurun dari dua tahun sebelumnya. Namun, ribuan ton bukanlah angka yang sedikit. Artinya, Indonesia masih perlu melakukan effort yang besar dalam menanamkan kesadaran masyarakat akan pentingnya etika membuang sampah dan mengevaluasi pengelolaan sampah secara bijak.

Hal kecil yang dapat kita lakukan ialah dengan mengajarkan anak untuk membuang sampah pada tempatnya. Ingatlah bahwa untuk dapat menumbuhkan suatu kebiasaan yang kelak berdampak besar, kita perlu melakukannya sedini mungkin, dan hal itu bisa dimulai dari sekarang. Minimnya kesadaran masyarakat Indonesia akan perilaku hidup sehat bisa saja terjadi karena habit yang dibentuk oleh lingkungan keluarga ataupun lingkungan sekitar yang abai dengan penerapan perilaku tersebut, habit ini kemudian menciptakan persepsi baru di masyarakat luas bahwa membuang sampah sembarangan bukanlah sesuatu hal yang perlu dikhawatirkan.

Dilansir practicalhealthpsychology.com menjelaskan bahwa pembentukan kebiasaan memiliki implikasi signifikan untuk mengubah perilaku, karena kebiasaan dianggap tahan lama. Beberapa penelitian menggunakan formasi kebiasaan sebagai strategi untuk mempromosikan perilaku sehat, dan strategi tersebut secara mengejutkan mampu membuahkan hasil yang menjanjikan. Oleh karena itu, ketika kita mampu membiasakan anak untuk membuang sampah pada tempatnya, maka anak akan menganggap tindakan tersebut sebagai hal yang perlu dilakukan oleh dirinya tanpa berpikir panjang. Saat ia menemukan sampah yang tergeletak di jalan, anak pun akan otomatis mengambil sampah tersebut dan membuangnya dengan benar.

Kenyataannya, di beberapa kasus, kita tak memberikan kesempatan kepada anak untuk membuang sampahnya secara mandiri. Ketika anak membuang sampah sembarangan, kita hanya menegurnya untuk tidak membuang sampah sembarangan lalu mengambil sampah itu dan membuangnya. Kerap kali, anak yang mengotori, kita yang membersihkan (tanpa adanya unsur memberikan bantuan). Padahal, keterlibatan anak sebagai subjek sangat penting untuk membentuk kebiasaan perilaku hidup sehat.

Lantas, bagaimana mengajarkan etika membuang sampah pada anak?

Sebagaimana perkataan yang menyatakan bahwa anak adalah peniru sempurna orang tuanya, maka untuk dapat membuat anak terbiasa membuang sampah pada tempatnya yakni dengan memberikan contoh yang baik. Melalui kebiasaan membuang sampah di tempat sampah yang selalu kita lakukan, anak akan otomatis mengikutinya. Perilaku tersebut juga akan ternanam dalam otak anak sebagai hal positif yang wajib dikerjakan. Selain itu, kita juga perlu memberikan anak kesempatan untuk membuang sampahnya secara mandiri.

Tujuan dari pengelolaan sampah adalah supaya sampah memiliki nilai ekonomi atau merubahnya menjadi bahan yang tidak membahayakan lingkungan. Dengan melakukan pengelolaan sampah rumah tangga yang benar, kamu dapat membantu untuk kejar mimpi menekan dampak negatif sampah terhadap lingkungan.

Sampah organik berasal dari bahan makanan yang kita konsumsi, seperti kulit sayur dan buah, cangkang telur, tulang ikan, tulang ayam, dan sebagainya. Sedangkan sampah anorganik adalah sampah seperti plastik, kartus, kertas, hingga barang elektronik.

sekarang bagaimana cara mengolahnya?.

1. Pisahkan tempat sampah untuk organik & anorganik

Sediakan 2 tempat sampah untuk organik & anorganik. Pisahkan juga sampah-sampah yang kering supaya nantinya bisa kamu daur ulang tanpa terlihat kotor atau bau.

2. Ganti Alas Plastik Sampah menjadi Koran atau Kardus

Saat sampah sudah dipilah dengan benar, maka kita tidak perlu lagi alas plastik. Kita bisa menggunakan koran, kardus, atau bahkan tanpa alas, langsung ke tempat sampahnya.

3. Ubah sampah organik menjadi pupuk kompos

Kalau kamu tidak suka berkebun, kamu tetap bisa menyumbangkan kompos kepada organisasi yang bergerak di bidang perkebunan, nantinya sampah-sampah ini akan lebih bermanfaat.

4. Mendaur ulang sampah anorganik kering

Selain itu, kamu juga bisa memilah sampah plastik tertutup seperti botol plastik yang dapat di daur ulang dan sampah plastik terbuka yang jika dihancurkan menjadi biji plastik.

5. Memberikan sisa minyak jelantah ke instansi pengolahan minyak

Minyak jelantah ini bisa disumbangkan, dengan sebelumnya didinginkan dan diletakkan ke dalam wadah agar menjadi biodiesel yang lebih bersih. Biodiesel adalah bahan bakar nontoksin dan dapat terurai sehingga dapat menggerakkan mesin mobil sekaligus membantu lingkungan.

6. Mengelola sampah berbahaya

Jangan membuang barang berbahaya dan mengandung kimia seperti baterai atau tinta printer ke tempat sampah biasa. Sampah yang mengandung kimia sangat berbahaya untuk lingkungan. Pisahkan sampah jenis ini dan bawa langsung ke pusat daur ulang sampah sehingga bisa dikelola dengan cara yang tepat.

7. Minimalisir konsumsi plastik atau sampah lainnya

Berkontribusi terhadap lingkungan bisa dimulai dari lingkungan tempat tinggal kita. Belajar mengolah sampah rumah tangga tidak hanya bermanfaat untuk lingkungan tetapi juga bisa mengasah kreativitas kita dan meningkatkan kepekaan terhadap barang yang kita beli.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image