Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dr. H. Dana, M.E.

IMAN DAN TAKWA ASET TAK TERNILAI

Agama | Friday, 01 Mar 2024, 21:08 WIB

Oleh: Dr. H. Dana, M.E.

Iman dan takwa adalah dua aset terpenting dalam hidup seorang Muslim. Keduanya adalah harta yang tidak ternilai harganya, tak ada harta di dunia ini yang bisa menandinginya.

Sebagai seorang Muslim, menjaga iman dan ketakwaan dari segala hal yang bisa merusaknya adalah suatu keharusan. Namun, dalam realitas kehidupan, godaan dan cobaan datang dalam berbagai bentuk dan rupa, mulai dari yang paling lembut sampai yang paling kasar, yang terang-terangan hingga yang tersembunyi, dari yang mudah dikenali kesalahannya hingga yang sulit untuk dipahami sebagai kesalahan, sebab setan memiliki keterampilan untuk menyamar dan mempercantik godaan itu sesuai dengan kelemahan manusia.

قَالَ رَبِّ بِمَآ أَغۡوَيۡتَنِي لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمۡ فِي ٱلۡأَرۡضِ وَلَأُغۡوِيَنَّهُمۡ أَجۡمَعِينَ ٣٩

Artinya: “Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya” (Q.S. Al-Hijr: 39).

Godaan yang dihadapi oleh orang berilmu dan orang awam bisa saja memiliki perbedaan. Orang berilmu seringkali dihadapkan pada godaan yang lebih halus dan kompleks, mengingat setan akan memanfaatkan pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki individu tersebut untuk menyusupkan godaan-godaan yang lebih rapi dan lebih sulit untuk dideteksi, misalnya sombong dengan ilmunya, merendahkan orang yang bertanya, selalu merasa benar, dan selalu ingin berdebat. Padahal hakikat ilmu untuk diamalkan, bukan untuk didebatkan meskipun dalam kasus-kasus tertentu berkembangnya pengetahuan karena adanya perdebatan.

Sementara itu, bagi mereka yang kurang berilmu, godaan seringkali datang dengan cara yang lebih kasar dan langsung kelihatan kesalahannya, misalnya meminum minuman keras, judi, korupsi dan sebagainya, namun tetap menjadi ujian yang berat karena terbatasnya pengetahuan dan pemahaman.

Terdapat dua tipe individu yang menanggapi godaan ini dengan cara yang berbeda. Orang yang diberi keselamatan oleh Allah SWT adalah mereka yang dengan sungguh-sungguh mempertahankan iman dan ketakwaan mereka, bahkan jika itu berarti harus mengorbankan harta, kedudukan, tenaga, dan pikiran. Mereka menyadari bahwa kebahagiaan hakiki hanya dapat diperoleh dengan menjaga Iman dan ketakwaan sebagai alat untuk menjaga hubungan yang kuat dengan Allah SWT.

Dalam pandangan mereka, harta dan kedudukan serta gemerlapnya perhiasan dunia lainnya terlihat begitu kecil dan tidak berarti. Mereka yakin akan janji Allah SWT, “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (Q.S. An-Nahl: 97).

Di sisi lain, individu yang terperangkap dalam godaan dunia menghadapi masalah yang serius. Mereka cenderung melebihkan kepentingan materi dan keduniaan daripada nilai-nilai spiritual. Kekayaan, kedudukan, dan ambisi pribadi seringkali menjadi fokus utama mereka, bahkan jika itu harus mengorbankan iman dan ketakwaan. Mereka terjebak dalam siklus mencari kepuasan duniawi tanpa memperhitungkan konsekuensi akhirat yang abadi.

Mereka lupa bahwa kehidupan ini hanya sementara, sedangkan iman dan ketakwaan merupakan bekal penting untuk kehidupan yang kekal di akhirat. Dalam kebingungan dan keserakahan, mereka melupakan tujuan sejati, hidupnya terombang-ambing dalam arus ambisi pribadi dan kesenangan dunia yang fana. Bahkan, perilaku buruk seperti hasad, iri, dengki, curang, dan berbagai bentuk maksiat lainnya masih menjadi kebiasaan. Ia terperangkap dalam lingkaran gelap yang merusak, dan mengaburkan pandangannya terhadap kebenaran.

Keserakahan, kecemburuan, dan ketidakpuasan menjadi sahabat akrab yang menghantui setiap langkahnya. Dalam keterpurukan moral ini, mereka cenderung menjustifikasi tindakan negatif mereka dengan berbagai argumentasinya, dan merasa nyaman dengan kesalahannya, seolah-olah tidak ada konsekuensi atas perbuatannya.

Wallahu a’lam bish-shawab

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image