Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Jaja Jamaludin

Flipped Classroom Dalam Perspektif Merdeka Belajar

Eduaksi | Friday, 23 Feb 2024, 13:17 WIB

JAJA JAMALUDNI

Staf pengajar pada Universitas Bosowa

Pendekatan flipped classroom dapat dikaitkan dengan perspektif Merdeka Belajar karena fokus pada pengembangan kemampuan siswa untuk belajar secara mandiri dan berkesinambungan. Dalam pendekatan ini, siswa diberikan akses terhadap materi pembelajaran melalui video pembelajaran yang dapat diakses secara online, sehingga siswa dapat belajar kapan saja dan di mana saja sesuai dengan kebutuhan dan preferensi belajar mereka.

Dalam perspektif Merdeka Belajar, siswa diberikan kebebasan untuk memilih dan mengatur proses belajar mereka sendiri. Pendekatan flipped classroom memberikan fleksibilitas dan aksesibilitas yang memungkinkan siswa untuk belajar sesuai dengan kebutuhan dan preferensi belajar mereka, sehingga dapat membantu mengembangkan kemampuan mandiri dalam belajar.

Selain itu, pendekatan flipped classroom juga mendorong interaksi dan kolaborasi antara siswa dan guru. Dalam pendekatan ini, guru tidak hanya berperan sebagai pemberi materi, tetapi juga sebagai fasilitator dan pembimbing dalam proses belajar siswa. Guru dapat memberikan feedback dan dukungan kepada siswa dalam proses belajar, sehingga dapat membantu meningkatkan kualitas dan efektivitas pembelajaran.

Dalam perspektif Merdeka Belajar, pendekatan flipped classroom dapat dijadikan sebagai salah satu strategi untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam belajar mandiri dan berkesinambungan. Dengan pendekatan ini, siswa dapat belajar secara mandiri dan fleksibel, serta berinteraksi dan berkolaborasi dengan guru dan teman sebaya untuk mencapai tujuan belajar mereka.

Flipped classroom adalah sebuah metode pembelajaran di mana siswa mempelajari materi pelajaran di luar kelas, biasanya melalui video atau materi pembelajaran online, dan kemudian menghabiskan waktu di kelas untuk berinteraksi dengan guru dan sesama siswa dalam melakukan aktivitas yang mendukung pemahaman mereka terhadap materi. Dalam flipped classroom, peran guru bergeser dari pemberi penjelasan dan instruksi menjadi fasilitator diskusi dan aktivitas yang mendukung pemahaman siswa. Dengan metode ini, siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran dan dapat mengalami pengalaman belajar yang lebih mendalam dan terpersonalisasi. Flipped classroom memungkinkan siswa untuk mempelajari materi pelajaran secara mandiri dan memberikan waktu yang lebih banyak untuk berdiskusi dan mempraktikkan aplikasi materi dalam konteks kehidupan nyata.

Landasan Filosofis

Flipped classroom memiliki beberapa landasan filosofis, antara lain:

Konstruktivisme: Flipped classroom mengacu pada pandangan konstruktivisme dalam pendidikan, yang menyatakan bahwa siswa aktif membangun pengetahuan mereka melalui pengalaman belajar mereka sendiri. Dalam flipped classroom, siswa lebih mandiri dan terlibat dalam pembelajaran mereka, sehingga mereka dapat membangun pemahaman yang lebih dalam dan relevan dengan cara yang berbeda-beda.

Humanisme: Flipped classroom juga didasarkan pada filosofi humanisme, yang menekankan pada kebebasan dan otonomi individu serta pengembangan potensi manusia. Dalam flipped classroom, siswa memiliki lebih banyak kontrol terhadap waktu, cara, dan isi pembelajaran mereka, sehingga mereka dapat mengembangkan kemampuan mereka dan mencapai tujuan mereka dengan cara yang lebih mandiri.

Pembelajaran sepanjang hayat: Flipped classroom juga berhubungan dengan pandangan bahwa pembelajaran sepanjang hayat penting untuk pengembangan diri dan kemajuan manusia. Dalam flipped classroom, siswa dipersiapkan untuk terus belajar di luar sekolah dan untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis, mandiri, dan kolaboratif yang dibutuhkan untuk sukses dalam kehidupan dan karir mereka.

Penggunaan teknologi: Flipped classroom juga didasarkan pada penggunaan teknologi untuk mendukung dan memperkaya pengalaman pembelajaran siswa. Teknologi dapat digunakan untuk merekam video, membuat presentasi, melakukan aktivitas pembelajaran online, dan lain-lain, sehingga siswa dapat belajar secara lebih fleksibel dan efektif. Dalam kombinasi, landasan filosofis ini membentuk dasar yang kuat bagi pengembangan flipped classroom sebagai pendekatan pembelajaran inovatif dan efektif di abad ke-21.

Contoh pembelajaran menggunakan flipped classroom,l di antaranya :

Matematika: Guru dapat merekam video pelajaran tentang konsep dasar matematika, seperti operasi hitung, persamaan, dan trigonometri, dan siswa dapat menontonnya di rumah sebelum masuk ke kelas. Di kelas, siswa dapat berdiskusi dengan sesama siswa dan guru tentang pengalaman belajar mereka dan melakukan latihan matematika yang diarahkan oleh guru.

Bahasa Inggris: Guru dapat memberikan tugas membaca dan menonton video tentang teks dalam bahasa Inggris sebelum masuk ke kelas. Di kelas, siswa dapat berdiskusi tentang pemahaman mereka terhadap teks dan menerapkan keterampilan bahasa Inggris mereka dalam aktivitas berbicara dan menulis yang diarahkan oleh guru.

Sejarah: Guru dapat merekam video tentang sejarah dan perkembangan suatu peristiwa atau tokoh terkenal dalam sejarah, dan siswa dapat menontonnya di rumah sebelum masuk ke kelas. Di kelas, siswa dapat berdiskusi tentang pengalaman belajar mereka dan melakukan aktivitas berpikir kritis, seperti menulis esai atau presentasi tentang peristiwa atau tokoh yang dibahas.

Dalam semua contoh tersebut, siswa memiliki waktu yang lebih banyak untuk berdiskusi dan berinteraksi dengan guru dan sesama siswa di kelas, sementara materi pelajaran disampaikan secara mandiri di luar kelas. Hal ini dapat membantu siswa untuk memperdalam pemahaman mereka terhadap materi pelajaran dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kolaboratif.

Kelemahan

Meskipun flipped classroom memiliki banyak kelebihan, metode pembelajaran ini juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain, tidak semua siswa memiliki akses yang sama terhadap teknologi dan internet yang diperlukan untuk mengakses materi pembelajaran online. Hal ini dapat menghasilkan ketimpangan dalam pembelajaran di antara siswa. Beban kerja siswa dapat meningkat karena mereka harus menonton video dan membaca materi pelajaran di luar kelas, sehingga siswa dapat merasa tertekan atau kelelahan. Tidak semua siswa cocok dengan metode pembelajaran flipped classroom, karena beberapa siswa lebih membutuhkan bimbingan dan penjelasan langsung dari guru dalam kelas. Pembelajaran online tidak selalu memberikan kesempatan yang sama untuk interaksi antara siswa dan guru, serta antara siswa satu sama lain. Hal ini dapat membatasi pengalaman belajar sosial dan keterampilan kolaboratif siswa. Guru perlu memiliki keterampilan teknologi dan kurikulum yang baik untuk mengimplementasikan metode flipped classroom dengan efektif. Jika guru tidak memiliki keterampilan ini, maka metode pembelajaran ini mungkin tidak berhasil dengan baik. Menyiapkan materi pembelajaran dan merekam video memerlukan waktu dan usaha yang signifikan dari guru. Hal ini dapat membebani guru dan membatasi waktu yang mereka miliki untuk memberikan bimbingan langsung di kelas.

Dalam mengimplementasikan metode flipped classroom, penting untuk mempertimbangkan kelebihan dan kelemahan yang terkait dengan metode pembelajaran ini. Dengan cara ini, guru dan siswa dapat memaksimalkan manfaat dari flipped classroom dan mengatasi tantangan yang terkait dengan penggunaannya.

Flipped dalam konteks flipped classroom berarti terbalik atau dibalikkan. Istilah ini merujuk pada pembalikan urutan pengajaran di mana siswa mempelajari materi pelajaran di luar kelas sebelum datang ke kelas, sedangkan waktu di kelas digunakan untuk berdiskusi, berkolaborasi, dan menerapkan pemahaman siswa dalam aktivitas pembelajaran. Dalam pembelajaran tradisional, guru memberikan materi pelajaran di kelas dan siswa mengerjakan tugas di rumah. Dalam flipped classroom, urutan ini dibalik atau terbalik, sehingga siswa memiliki lebih banyak waktu untuk belajar dan berinteraksi di kelas dan guru memiliki lebih banyak waktu untuk memberikan bimbingan langsung kepada siswa.

Landasan Pedagogis

Flipped classroom didasarkan pada prinsip-prinsip pedagogis berikut,

Pembelajaran yang aktif: Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran melalui diskusi, kolaborasi, dan penerapan pemahaman dalam situasi yang nyata. Belajar mandiri: Siswa belajar mandiri di luar kelas dengan mendengarkan, menonton, membaca, dan menyelesaikan tugas-tugas yang diarahkan oleh guru. Keterlibatan siswa: Siswa memiliki lebih banyak kesempatan untuk terlibat dalam pembelajaran melalui diskusi dan kolaborasi dengan guru dan sesama siswa di kelas. Penerapan teknologi: Teknologi digunakan untuk mendukung pembelajaran, seperti merekam video, membuat presentasi, dan melakukan aktivitas pembelajaran online.

Personalisasi pembelajaran: Siswa memiliki lebih banyak kontrol terhadap waktu dan cara mereka belajar, sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan gaya belajar individu siswa. Fokus pada pemahaman: Flipped classroom membantu siswa untuk memperdalam pemahaman mereka terhadap materi pelajaran, daripada sekadar menghafal fakta atau konsep.

Dalam flipped classroom, guru berperan sebagai fasilitator pembelajaran dan memberikan bimbingan dan umpan balik kepada siswa di kelas. Siswa diharapkan untuk lebih mandiri dan aktif dalam pembelajaran mereka, sementara teknologi digunakan untuk mendukung dan memperkaya pengalaman belajar mereka. Dengan cara ini, flipped classroom dapat membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis, kolaboratif, dan mandiri yang penting dalam kehidupan dan karir mereka di masa depan.

Contoh Aplikasi

Beberapa contoh aplikasi flipped classroom yang sudah cukup dikenal dan digunakan diantaranya :

Screencast-O-Matic: Aplikasi ini memungkinkan guru merekam video presentasi mereka dan mengunggahnya ke platform pembelajaran online untuk siswa untuk menonton sebelum kelas dimulai. Ini dapat membantu siswa untuk mempersiapkan diri sebelum masuk ke kelas dan memperdalam pemahaman mereka tentang topik yang akan dibahas.

EdPuzzle: Aplikasi ini memungkinkan guru untuk membuat video pembelajaran interaktif dengan menyisipkan pertanyaan, tugas, dan kuis dalam video. Siswa dapat menonton video sebelum kelas dimulai dan bekerja melalui pertanyaan dan tugas yang disediakan.

Kahoot: Aplikasi ini memungkinkan guru membuat kuis online yang interaktif dan menyenangkan untuk siswa. Guru dapat mengirimkan kuis ini sebelum kelas dimulai untuk membantu siswa mempersiapkan diri dan memperdalam pemahaman mereka tentang topik yang akan dibahas.

Google Classroom: Platform pembelajaran online ini memungkinkan guru untuk mengunggah materi pembelajaran, video, tugas, dan pengumuman ke dalam satu tempat. Siswa dapat mengakses materi ini sebelum atau setelah kelas dan bekerja melalui tugas yang diberikan.

Flipgrid: Aplikasi ini memungkinkan siswa merekam video pendek sebagai respons terhadap pertanyaan atau tugas dari guru atau sesama siswa. Ini dapat membantu siswa untuk berkolaborasi dan berdiskusi dengan sesama siswa di luar kelas. Dalam semua contoh ini, teknologi digunakan untuk mendukung pengalaman belajar siswa dan memberikan lebih banyak kontrol kepada siswa atas waktu dan cara mereka belajar. Flipped classroom memungkinkan siswa untuk belajar dengan cara yang lebih mandiri dan aktif, sementara guru berperan sebagai fasilitator pembelajaran dan memberikan bimbingan dan umpan balik di kelas.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image