Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Liva Fatrianda

Teori Sinyal dalam Konteks Manajemen Keuangan

Pendidikan dan Literasi | Monday, 15 Jan 2024, 15:04 WIB

Teori sinyal atau signaling theory merupakan satu pilar dalam pemahaman manajemen keuangan. Pada dasarnya, sinyal dapat diartikan sebagai tanda atau isyarat yang diberikan oleh Perusahaan atau manajer kepada pihak eksternal, khususnya investor. Sinyal ini dapat berupa berbagai bentuk, baik yang diamati secara langsung maupun yang memerlukan anaisis lebih mendalam untuk dipahami.bagaimanapun bentuk atau jenis sinyal yang digunakan, semuanya bertujuan untuk menyampaikan suatu pesan dengan harapan bahwa pasar atau pihak eksternal akan mengubah penilaiannya terhadap Perusahaan. Dengan kata lain, sinyal yang dipilih harus memiliki keukatan informasi agar dapat mengubah penilaian pihak eksternal terhadap Perusahaan.(Gumanti, 2018)

Dalam literatur ekonomi dan keuangan, tujuan dari teori sinyal ini adalah secara tegas menunjukkan bahwa pihak-pihak didalam lingkungan Perusahaan, seperti pejabat dan direktur (corporate insiders), umumnya memiliki akses informasi yang lebih baik mengenai kondisi dan prospek masa depan Perusahaan dibandingkan dengan pihak luar, seperti investor, kreditor, atau pemerintah bahkan pemegang saham. Dengan kata lain, pihak dalam Perusahaan memiliki keunggulan dalam kepemilikan informasi dibandingkan dengan pihak luar yang memiliki kepentingan dengan Perusahaan. Keadaan di mana satu pihak memiliki informasi lebih banyak daripada pihak lainnya, seperti dalam teori keuangan disebut sebagai ketidaksimetrisan informasi (information asymmetry).(Gumanti, 2018)

Ketimpangan Resiko (Risk Selection)

Dalam situasi ketidakseimbangan infromasi ini, menjadi sangat sulit bagi investor untuk membedakan dengan objektif antara Perusahaan yang berkulitas tinggi dan yang berkualitas rendah. Baik manajer Perusahaan yang memiliki reputasi baik maupun yan kurang baik, cenderung mengklaim pencapaian pertumbuhan yang mengesankan secara tidak langsung menyiratkan kualitas baik dari Perusahaan yang mereka Kelola. Manajer juga sering mengklaim memiliki prospek profitabilitas yang menjanjikan. Seiring berjalannya waktu, Ketika kebenaran klaim-klaim tersebut dapat dibuktikan, Perusahaan dengan kualitas rendah dapat mendapatkan keuntungan dengan membuat klaim yang tidak benar, apabila investor mempercayai klaim-klaim tersebut. Dengan kata lain, Perusahaan yang sebenarnya tidak memiliki kualitas yang baik mendapatkan keuntungan dengan menyiratkan pelaksanaan Tindakan atau kebijakan tertentu.(Gumanti, 2018)

Dalam kerangka teori ini, Perusahaan dapat mengambil Langkah-langkah tertentu untuk menunjukan bahwa Perusahaan memiliki kualitas yang baik. Perusahaan dapat memperbaiki reputasi, meningkatkan kualitas produk dan layanan, atau memperkuat pengawasan dan control terhadap operasional Perusahaan. Langkah-langkah ini diambil dengan harapan bahwa investor atau pihak lainnya akan meyakini bahwa Perusahaan memiliki kinerja yan unggul, dan dengan demikian menjadi lebih cenderung untuk berinvestasi atau bermitra dengan Perusahaan tersebut.

Hal ini menyebabkan investor memberikan penilaian rendah kepada seluruh Perusahaan. Dengan aanya keraguan mengenai kualitas sebenarnya dari Perusahaan dan persepsi umum mengetahui bahwa Perusahaan-perusahaan pada umumnya kurang baik, dari sini muncul pandangan umum bahwa semua Perusahaan diangggap buruk atau tidak berkualitas. Dalam konteks teori sinyal, situasi ini dikenal sebagai “keseimbangan mengumpul”atau “pooling equilibrium”Dimana baik Perusahaan yang berkualitas baik maupun yang kurang baik diberikan penilaian yang serupa. Dengan kata lain, semua Perusahaan dianggap kuang baik.(Gumanti, 2018)

Resiko selektif memiliki dampak yang cukup buruk bagi penilaian Perusahaan. Dalam situasi ini Perusahaan atau manajer berusaha memberikan sinyal positif ten tang kualitas mereka, terdapat juga resiko bahwa sinyal tersebut dapat diartikan sebagai Upaya untuk menyembunyikan informasi yang kurang menguntungkan.

Memilih Aspek yang Mempengaruhi Efektivitas Teori Sinyal

Dalam kerangka teori ini, Perusahaan dapat mengambil Langkah-langkah tertentu untuk menunjukan bahwa perusahaan memiliki kualitas yang baik. Mereka dapat memperbaiki reputasi, meningkatkan kualitas produk atau layanan, dan memperkuat pengawasan atau control terhadap operasional Perusahaan.

1. Biaya Sinyal

Sinyal yang memerlukan biaya tinggi atau mahal cenderung sulit untuk dipalsukan karena dianggap kredibel oleh pihak lain. Contohnya, sertifikasi yang melibatkan biaya yang signifikan dan membutuhkan waktu yang lama untuk diperoleh dapat menjadi sinyal yang efektif mengenai kualitas seseorang. Dalam konteks ini, tingginya biaya atau kesulitan dalam mendapatkan sinyal tersebut menciptakan keyakinan bahwa hanya individu atau entitas yang benar-benar berkualitas yang mampu mengeluarkan usaha dan sumber daya yang diperlukan.

2. Asimetri Informasi

Pihak yang memiliki akses informasi yang lebih baik biasanya cenderung menggunakan sinyal untuk meraih keuntungan yang lebih besar dalam situasi asimetri informasi.

3. Kompetisi

Dalam kondidsi persaingan yang ketat memberikan sinyal yang efektif menjadi kunci untuk meraih keunggulan. Sinyal yang kuat juga dapat membantu individu atau Perusahaan untuk membedakan diri dari pesaing, menarik perhatian investor, dan pada akhirnya memenangkan persaingan.

Referensi

Gumanti, T. A. (2018). Teori Sinyal Dalam Manajemen Keuangan. Manajemen Usahawan Indonesia, 38(6), 4–13.

Setiawanta, Y., & Hakim, M. A. (2019). Apakah sinyal kinerja keuangan masih terkonfirmasi? : Studi empiris lembaga keuangan di PT. BEI. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, 22(2), 289–312. https://doi.org/10.24914/jeb.v22i2.2048

https://ekonomimanajemen.com/teori-sinyal-dan-cara-mengaplikasikan-dalam-investasi/

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image