Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Rizky Ramadhan Fuldya

Pesan Bapak

Curhat | Saturday, 08 Jan 2022, 17:27 WIB

“Pak, kalau bapak pergi nanti jangan membawa beban pikiran ya, aku sudah merasa siap untuk keadaan nanti ketika bapak pergi ke pelukan gusti,” Ucapku pada bapakku yang sedang merintih kesakitan.

Setelah itu bapakku tersenyum lebar menawan ketika aku mengucapkan kata-kata yang keluar dari mulutku secara spontan terucap. Aku melihat wajah keriputnya sudah tak tahan lagi menahan rasa sakit yang ia alami selama ini. Napas yang terasa sesak dirasa olehnya, mata yang sudah tak kuat lagi untuk melihat ke arah keluarganya.

Di kamarnya ia berdiam diri tertidur tanpa tenaga. Hanya membayangkan sebuah atap kamar yang penuh cerita baginya. Tempat ia berbaring lelah ketika pulang bekerja untuk menghidupi keluarga yang dia punya selama seperempat abad lebih lamanya. Masa-masa dimana ia selalu beraktivitas di perkarangan rumah yang dia dirikan dan impikan telah terwujud untuk membahagiakan keluarganya yang begitu sederhana.

“Nak, bapak akan sembuh dari penyakit ini. Gusti sudah memberikanku hidup untuk menjaga dan merawatmu selama bapak hidup. Tenanglah nak,” Ucapnya untuk membuatku tenang.

“Bapak pasti kuat untuk menjalani semua ini,” Ucapku membalasnya

Aku menahan tangis di hadapannya. Sungguh ironi aku sebenarnya masih belum bisa menjalani hidup tanpa dirinya.

Tak lama kemudian dokter datang kerumahku. Karena kondisi kehidupan sekarang sedang mengalami bencana yang tak terduga bapakku tak dapat dirujuk ke rumah sakit terdekat. Bencana virus yang menyebar cepat di dunia membuat rumah sakit tak dapat menerima pasien, bahkan orang tua sekalipun.

Dokter segera memeriksa keadaan bapakku yang terbaring lelah di tempat tidurnya dengan tabung oksigen yang dimasukkann ke hidungnya. Aku menunggu kabar baik untuk kesembuhan bapakku.

Sekiranya sudah setengah jam aku menunggu hasil diagnosa dari dokter itu.Tak lama kemudian dokter keluar dari kamar bapakku menuju beranda rumah tempatku menunggu. Dengan wajah yang mempunyai harapan besar aku menanyakan kabar baik kesehatan bapakku yang beberapa hari telah terbaring di ranjang tidurnya itu.

“Dok, bagaimana?” Tanyaku pada dokter

Dokter itu hanya diam melihatku.Ia segera memberi pesan untuk segera masuk ke kamar bapakku.

Napas yang sesak terdengar dari luar. Aku segera menghampiri dengab terburu-buru.

“Nak, kurasa aku semalam bermimpi tentang kehidupan damai di kampung halaman bapak. Para manusia yang mendambakan kedamaian ada di sana. Seperti nenekmu, ibumu, dan keluarga lainnya menghampiri bapak. Mereka tersenyum menyambut hangat kedatangan bapak dengan sajian teh hangat di teras rumah,” Ucapnya dengan napas sesak.

Aku hanya terdiam tanpa mengucapkan kata-kata

“Malam sebelumnya bapak bermimpi tentang seniman yang lantang membacakan karyanya. Kurasa itu dirimu yang ada di mimpiku. Aku juga berharap begitu ketika anakku menjadi seniman besar,” Ia memberitahukan mimpi-mimpinya.

“Nak, kamu adalah sebab bagiku untuk hidup selama ini,” Ucapnya

Aku masih terduduk diam mendengarkannya. Waktu seakan-akan berhenti berputar. Aku tak dapat mengira bahwa aku telah mendapat obituari dari bapakku sendiri.

“Bapak sudah sehat. Aku akan memberi kabar ke sanak saudara lainnya kalau bapak sudah sehat. Bapak sudah tidak merasakab sakit lagi hari ini, bapak sudah tidur dengan lelap untuk hari ini,” Ucapku menahan tangis.

Dan akhirnya yang kutemukan dari hidup adalah bahwa keluarga adalah sebab utama bagiku untuk menjalani kehidupan selanjutnya. Pesan terakhir yang diucapkan bapakku begitu terbenak dalam otakku.

“Pak, bapak menjadi sebab untukku hidup. Aku akan menjalani hidupku dengan semangatmu yang menjadi alasan aku berdiri saat ini,” Ucapku

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image