Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Risma Yunita Anggraeni

Kontroversi Pengkloningan Manusia

Teknologi | Wednesday, 10 Jan 2024, 22:04 WIB

Penemuan baru dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi pada hakikatnya memberikan dampak yang cukup besar dalam menyelesaikan permasalahan kehidupan manusia serta dapat meningkatkan kesejahteraan umat manusia. Terlebih lagi di era globalisasi ini, kebutuhan manusia semakin meningkat.

Manusia yang dijadikan sebagai makhluk hidup paling sempurna, ternyata tidak luput dari pemikiran bahwasanya dirinya masih memiliki kekurangan ataupun ketidaksempurnaan, sehingga manusia dalam kondisi ini akan terus mencari cara agar tercipta kesempurnaan dalam dirinya sebagaimana yang diinginkan. Guna mewujudkan kesempurnaan itu, muncul penemuan baru dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi biomedik berupa kloning.

Pengertian kloning sebagaimana dijelaskan Encyclopaedia Britannica adalah sel atau makhluk hidup, suatu organisme, yang “Identik secara genetis dengan sel atau organisme asli” dari mana ia berasal. Kata itu sendiri berasal dari kata Yunani kuno “klon” yang berarti ranting. Organisme bersel tunggal seperti beberapa ragi dan bakteri secara alami mereproduksi klon sel induk melalui tunas atau pembelahan biner. Sel-sel tubuh individu dalam tumbuhan dan hewan adalah klon yang terjadi selama proses reproduksi sel yang disebut mitosis.

Sejarah kloning dimulai pertama kali dilakukan pada hewan. Kloning hewan pertama yang berhasil terjadi lebih dari 22 tahun yang lalu, setelah ibu pengganti domba Blackface Skotlandia melahirkan Dolly pada tanggal 5 Juli 1996, di Roslin Institute, bagian dari Universitas Edinburgh.

Diklon dari domba Dorset berusia enam tahun, para ilmuwan menganalisis DNA domba tersebut pada ulang tahun pertamanya dan menemukan bahwa telomer di ujung untaian DNA-nya (bayangkan penghapus di kepala pensil) lebih pendek dibandingkan usianya. Seiring bertambahnya usia hewan dan manusia, telomer ini menjadi lebih pendek. Usia rata-rata domba berkisar antara enam hingga 12 tahun. Dolly meninggal ketika dia berusia enam tahun, dan meskipun telomernya memendek, dia menjalani kehidupan rata-rata dan menghasilkan banyak keturunan melalui metode alami, tetapi dia juga menderita penyakit di tahun-tahun berikutnya.

Meskipun tujuan kloning adalah untuk menciptakan replika yang sama persis jika para ilmuwan mengkloning manusia yang tampak identik dengan aslinya hal ini menimbulkan pertanyaan apakah manusia yang dikloning adalah individu yang terpisah dari aslinya dan mempunyai hak yang sama seperti manusia lainnya. manusia.

Penelitian dan teknik kloning pada manusia dapat menyebabkan klon tersebut menghadapi risiko yang tidak dapat diterima seperti umur yang lebih pendek, kesehatan yang buruk, atau masalah lain yang tidak diketahui. Pada akhirnya, melegalkan kloning dalam skala besar dapat mengakibatkan tidak adanya rasa hormat terhadap kehidupan manusia dan nilai individu seseorang, yang pada akhirnya dapat merendahkan seluruh umat manusia.

Seiring berkembangnya pemikiran manusia dan teknologi yang memadai, metode kloning tidak lagi mempergunakan sel sperma dan sel telur, tetapi menggunakan sel telur dan sel apa saja selain sperma. Dengan demikian, seorang anak nantinya dapat lahir ke dunia tanpa memerlukan sel sperma ayah. Lebih dalam, tidak menutup kemungkinan akan lahir anak dalam perkawinan sejenis, karena hanya sel telur yang dibutuhkan lalu menitipkan sel telur tersebut pada rahim seorang wanita yang merupakan ibu pengganti (surrogate mother)

Teknologi kloning mengarah kepada kemajuan dunia kedokteran, serta bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan, diagnostik dan terapi.

Namun, kloning juga dapat berdampak negatif yaitu dapat disalahgunakan untuk menciptakan spesies atau ras baru dengan tujuan tertentu yang bertentangan dengan nilai kemanusiaan. Kekacauan dalam kekerabatan dan identitas diri dari hasil kloning maupun induknya dapat saja terjadi. Beberapa ilmuwan yang mendukung, berpendapat bahwa kloning adalah salah satu cara yang mungkin untuk melestarikan spesies yang punah. Namun disisi lain, banyak yang tidak mendukung karena berpotensi tidak aman dan tidak etis, terutama untuk diterapkan kepada manusia.

Kehadiran kloning secara umum membawa dampak positif bagi para banyak calon orang tua yang ingin memiliki buah hati tetapi terhalang karena tidak memiliki kemampuan untuk melakukan prokreasi. Kloning juga turut membantu memperbaiki kecacatan genetik yang dimiliki oleh para orang tua yang beresiko mewarisinya. Sel telur yang difertilisasi dapat diklon dan hasil duplikat dicobakan untuk penyakit atau kecacatan. Jika hasilnya bebas dari cacat gentik, klon lainnya dapat digunakan dan dapat diimplantasikan pada wanita yang membutuhkan.

Pro dan Kontra Kloning pada Manusia

Kelebihan kloning pada manusia antara lain, Infertilitas : Orang tidak subur atau pasangan sesama jenis dapat memiliki anak yang terbuat dari sel kloning. Penggantian organ Kloning dapat menjadi sumber transplantasi organ atau jaringan. Namun, ada masalah etika yang timbul dari hal ini. Penelitian genetik Kloning sel dapat membantu para ilmuwan dalam pengeditan dan penelitian gen. Ciri-ciri manusia yang selektif Setelah mengedit atau menghilangkan gen-gen buruk, kloning dapat mengarahkan manusia untuk merekayasa sifat-sifat tertentu. Pembangunan manusia Kloning dapat meningkatkan dan memajukan pembangunan manusia.

Kerugian dari kloning manusia menimbulkan masalah moral, etika, dan keselamatan diantaranya sebagai berikut, kloning reproduksi Dampak negatif dari kloning manusia termasuk pembuatan bayi desainer. Kloning manusia bisa jadi merupakan pelanggaran hak asasi manusia individu yang mengkloning. Kloning embrio degradasi sel terjadi ketika terlalu banyak klon yang dibuat dari embrio. Identitas unik kloning menimbulkan pertanyaan tentang moral atau hak asasi manusia atas identitas eksklusif.

Dampak sosial Kloning manusia dapat menimbulkan tekanan psikologis bagi kloning tersebut dan masyarakat. Menurut saya, Risma Yunita dari Fakultas Kedokteran UMM keuntungan dan kerugian kloning manusia memperlihatkan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi harus senantiasa dikelola secara etis.

Sebab, ada implikasi sosial yang harus diperhatikan dan diperhitungkan agar tidak menimbulkan kegaduhan yang merugikan publik. Setiap tindakan harus ada pertanggungjawabannya, karena kloning di satu sisi memberikan manfaat kesehatan potensial, tetapi di sisi lain juga memiliki risiko terhadap kesehatan dan juga ekonomi serta sosial kemasyarakatan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image