Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Denny Kodrat

Takut Dengan Perubahan: Wajar!

Curhat | 2024-01-09 15:17:37

Sejatinya setiap yang ada di alam semesta ini berubah. Pasti berubah. Tidak perlu jauh-jauh melihat perubahan di antariksa. Amati bagian terdekat dari tubuh kita. Berubah. Meski lambat, namun jelas berubah. Sering saya mendengar rekan saya yang sakit berkata, "Saya tidak punya riwayat darah tinggi, jantung dan gula. Kok kenapa sekarang saya banyak penyakitnya ya." Ada yang terlupakan. Tidak punya daftar riwayat penyakit di atas, saat usia berapa? sekarang usia berapa? Laju usia bermakna melambatnya recovery dan peremajaan bagian-bagian dalam tubuh, semakin sedikitnya bagian tubuh yang mengantisipasi penyakit. Hal wajar, karena perubahan usia. Singkatnya, perubahan itu tercipta untuk kepentingan manusia dan alam semesta.

Bahkan saat manusia meninggal pun, perubahan masih terjadi. Tubuh akan mengalami pembusukan, ditandai dengan pembengkakan di banyak bagian tubuh, lalu keluar binatang pengurai dan bau tidak sedap. Setelah itu, wajah cantik, kulit bersih, tubuh gempal akan berubah menjadi tulang-belulang. Itu sunnatullah yang sudah digariskan agar bumi yang dihuni oleh manusia ini dapat dipergilirkan kepada generasi-generasi selanjutnya.

Memahami perubahan itu, tidak otomatis kita sadar bahwa ia rangkaian keniscayaan yang tidak dapat dicegah. Rasa takut, awkward, dan overthinking, selalu ada. Pertanyaan "Bagaimana jika kondisi baru tidak mudah?" "Bagaimana jika saya sakit?", "Apakah rekan-rekan baru saya nanti baik?" dan banyak jutaan pertanyaan menghinggapi diri, padahal kita tahu jawabannya bahwa semua akan baik-baik saja. Manusia di desain sebagai makhluk yang dapat menyesuaikan dengan tempat baru, kondisi baru. Ia sangat adaptif. Bukankah manusia merupakan sebaik-baiknya ciptaan?

Barangkali yang membuat takut itu sebenarnya bukan perubahan, karena perubahan menimpa pada setiap kita, setiap saat, setiap kondisi. Bukan perubahan yang ditakuti, namun rasa malas menyesuaikan diri dengan kondisi baru. Kondisi lama sudah tertebak pola rutinitasnya. Sudah dikenal medan kerjanya. Sehingga kita tidak perlu memeras otak untuk mempersiapkan diri menghadapi situasi, rekan kerja dan pekerjaan yang baru. Tidak perlu membuat tim kerja karena tim kerja sudah dibuat dan sudah kenal karakternya masing-masing. Tidak ada kekhawatiran suatu tugas tidak dikerjakan karena sudah diketahui jejak rekam, loyalitas dan kapabilitas rekan kerja kita.

Kita malas membangun tim kerja. Malas memulai dari nol lagi. Karena di situasi baru, kita seperti berada di zona baru yang perlu kita pelajari kembali setiap detailnya. Kita harus berpikir keras kembali untuk melewati masa transisi. Meski saya yakin semua manusia mampu melewati hal baru tersebut, menyesuaikan diri dan bekerja sesuai dengan situasi dan kondisi baru.

Menghadapi Perubahan

Menurut saya tidak ada tips khusus dalam menghadapi perubahan, selain kita memiliki kesadaran bahwa siap tidak siap, perubahan itu pasti ada. Selain itu, perlu diperkuat kesadaran positif bahwa setiap perubahan pasti untuk kebaikan kita. Dengan mindset tersebut, apa yang kita jalani dan rasakan, akan senantiasa positif.

Rotasi jabatan, misalnya. Awalnya sebagai pimpinan sebuah kantor dengan jumlah karyawan yang banyak di pusat kota. Kemudian di geser ke pinggir kota dengan karyawan sedikit. Sisi positifnya, berarti saya sedang berada di pit stop, rehat sejenak dari kesibukkan mengurusi kantor yang sangat besar. Makna berikutnya, recharge knowledge, waktu belajar sangat terbuka lebar karena kantornya kecil, sedikit karyawan sehingga tidak sesibuk kantor sebelumnya.

Sebelumnya menjadi kepala sekolah, kemudian pensiun. Maknanya, sudah cukup bekerja, waktu untuk regenerasi. Memberikan kesempatan kepada yang muda, lebih sehat, terampil, dapat berpikir dan bekerja keras. Sementara kita perlu mempersiapkan diri untuk kejutan-kejutan selanjutnya. Takut pasti ada. Takut dengan kondisi kesehatan mental, fisik, finansial dan yang lainnya. Kembali lagi perlu diteguhkan dengan menjadikan takut sebagai konsep. Takut itu ada karena belum terjadi. Saat sedang dan telah terjadi, manusia pasti dapat mengantisipasi dan pasti tidak akan takut lagi. Itu mindset yang perlu dikokohkan.

Satu hal lagi, berdamailah dengan perubahan. Karena perubahan itu merupakan cara Allah Swt membuat dunia ini berwarna, colourful, dan tidak membosankan. Dengan kejutan-kejutan yang bakal ditemui, yakinlah bahwa itu merupakan cara mengecek kita masih hidup atau sudah mati. Perubahan merupakan bagian yang membuat perjuangan semakin bernilai. Worth it.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image