Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Made Dian Kusuma Wardhani

Pengaruh Media Massa dalam Perilaku Seksual Remaja dalam Berpacaran

Eduaksi | Monday, 01 Jan 2024, 20:56 WIB
Ilustrasi perilaku seksual remaja dalam berpacaran (Sumber : https://www.istockphoto.com/id/vektor/pasangan-gadis-memberikan-pelukan-kembali-untuk-pacar-gm611192544-105129669)

Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, sehingga pada saat ini remaja mulai mengalami perubahan yang signifikan termasuk perubahan dalam orientasi seksual. Salah satu faktor yang mempengaruhinya yaitu media massa, seperti film, drama, televisi, dan media sosial yang dapat memberikan informasi serta gambaran mengenai perilaku sosial yang dapat mempengaruhi perilaku seksual pada remaja.

Perilaku seksual yang dilakukan oleh remaja saat berpacaran dengan lawan jenis sering dikenal sebagai perilaku seksual pranikah. Menurut pendapat Hurlock (2009) menyatakan interaksi fisik dalam hubungan romantis dimulai dengan sentuhan lembut, berciuman, kemudian berkembang menjadi keintiman yang lebih mendalam melalui sentuhan ringan dan sentuhan yang lebih intens, dan akhirnya mencapai tahap hubungan intim.(Yulianto et al., 2020). Tindakan seks pranikah mencakup berbagai perilaku yang dipicu oleh dorongan seksual, melibatkan pasangan lawan jenis atau sesama jenis. Mulai dari interaksi fisik seperti sentuhan (touching), berciuman (kissing), memegang payudara hingga aktivitas oral pada alat kelamin (necking). Ini termasuk juga kegiatan seperti menggesekkan alat kelamin dengan pasangan tanpa bersenggama (petting) serta yang melibatkan hubungan seksual lengkap (intercourse), yang semuanya dilakukan tanpa melibatkan ikatan pernikahan. (Prihatin Idris et al., n.d.).

Kekurangan pengetahuan tentang hubungan seks pranikah yang diterima oleh remaja dari orang tua mereka mendorong mereka untuk mencari informasi tentang seks pranikah secara mandiri melalui internet. Media massa bisa dengan mudah diakses oleh remaja, mereka dapat mengakses konten apapun yang menurut mereka menarik dan tidak ada batasan, sehingga remaja cenderung lebih mudah terpengaruh informasi yang diterima dari media massa. Dapat dijelaskan bahwa remaja meniru perilaku yang mereka lihat atau baca, sehingga mereka menyimpulkan dan memutuskan untuk mengikuti tren yang sedang berlangsung, mereka kemudian menilai dan menyimpulkan sendiri mengenai hubungan seks yang pada akhirnya memicu munculnya budaya baru di kalangan remaja.

Hal ini dapat terjadi karena remaja masih dalam proses mencari jati diri dan memiliki penuh rasa keingintahuan yang tinggi, tanpa didukung oleh pemahaman yang memadai, belum memiliki kedewasaan untuk berpikir kritis dan memungkinkan remaja terjerumus dalam situasi berisiko yang menimbulkan perilaku tidak sesuai. Sebenarnya banyak manfaat dari penggunaan media massa, tetapi penggunaan media massa juga tidak bisa terhindar dari dampak yang ditimbulkan seperti pengaksesan konten pornografi tanpa pengawasan dan pengetahuan tentang kesehatan repoduksi serta seksualitas yang baik sehingga remaja rentan terhadap hal tersebut.

Dalam konteks berpacaran, media massa dapat memengaruhi perilaku seksual remaja dalam berbagai hal, antara lain:

1. Persepsi tentang pacaran

Media massa kerap menggambarkan hubungan asmara sebagai sesuatu yang penuh romantis dan penuh gairahs. hal ini dapat memberikan kesan kepada remaja bahwa keterlibatan dalam hubungan asmara seharusnya mencakup kegiatan seksual.

2. Perilaku intim dalam berpacaran

Media massa sering menampilkan adegan-adegan intim dalam berpacaran, seperti berciuman, berpelukan, dan bahkan berhubungan seks. Hal ini dapat membuat remaja merasa bahwa perilaku intim dalam berpacaran adalah hal yang normal dan wajar.

3. Perilaku seksual pranikah

Media massa sering menampilkan hubungan seks pranikah sebagai hal yang romantis dan menyenangkan. Hal ini dapat membuat remaja merasa bahwa hubungan seks pranikah adalah hal yang tidak berbahaya dan tidak memiliki konsekuensi.

Untuk mencegah pengaruh negatif media massa terhadap perilaku seksual remaja, diperlukan upaya-upaya pencegahan, antara lain:

1. Peningkatan literasi media

Remaja perlu diberikan pemahaman tentang bagaimana cara menganalisis dan mengevaluasi informasi yang diperoleh dari media massa. Hal ini penting agar remaja dapat membedakan antara informasi yang benar dan salah, serta informasi yang sehat dan tidak sehat.

2. Pendidikan seksual

Pendidikan seksual yang komprehensif dan holistik perlu diberikan kepada remaja. Pendidikan ini harus mencakup informasi tentang kesehatan reproduksi, pencegahan kehamilan dan PMS, serta nilai-nilai moral dan agama.

3. Peningkatan peran keluarga

Keluarga memiliki peran penting dalam memberikan bimbingan dan pengawasan kepada remaja. Orang tua perlu meluangkan waktu untuk berkomunikasi dengan remaja tentang seksualitas.

Pengaruh media massa bisa berdampak besar pada perilaku seksual remaja. Oleh karena itu, penting bagi remaja untuk memiliki pemahaman yang baik tentang media dan mendapatkan pendidikan seks yang menyeluruh. Selain itu, peran keluarga juga memegang peran yang krusial dalam memberikan arahan dan pengawasan kepada remaja.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image