Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image siti nurazizah

Pemikiran Gus Dur tentang Pribumisasi Islam

Agama | Saturday, 30 Dec 2023, 07:48 WIB

 

https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Ffahum.umsu.ac.id%2Fbapak-gus-dur-profil-dan-kiprah-presiden-keempat-indonesia

Biografi Gus Dur

Abdurrahman Wahid atau yang lebih dikenal dengan Gus Dur yang nama aslinya adalah Abdurrahman addhakhil, dilahirkan pada 4 Agustus 1940 di Jombang Jawa Timur yang dikenal dengan kekentalan suasana kesantrian dan islaminya, dan lokasi lahirnya Nahdlatul Ulama. Nenek dari Gus Dur merupakan tokoh besar pendiri Nadhlatul Ulama.

Jenjang pendidikan Gus Dur adalah Pada Dari tahun 1953 hingga 1957, ia belajar di sekolah menengah ekonomi pertama (SMEP), Gus Dur tinggal di Rumah Kyai Haji Junaid, Kyai Negeri Anggota Majelis Tarjih Muhammadiyah dan Muhammadiyah. berapa tahun Ia kemudian mendaftar di Pondok Pesantren Tegalrejo, salah satu Pondok Pesantren terkemuka NU di Magelang, Jawa Tengah, di bawah instruksi khusus KH. Chudhori dan Kyai Ia juga mengenalkan Gus Dur pada ritual dan adat istiadat mistisisme mendalam dalam Islam Jawa yang bertahan hingga saat ini dipraktikkan Sosok Kyai antara lain yang dikagumi Gus Dur sosok yang humanis. Di bawah bimbingan Kyai inilah, Gus Dur sering melakukan ziarah penting ke berbagai umat suci Jawa pada hari-hari tertentu, salat dan mengaji di Candimulyo. Itu saja sebuah pengalaman religius yang memperdalam keagungan spiritualitas Gus Dur. Kemudian pada tahun 1957 ia belajar di Pondok Pesantren Krapyak, di Yogyakarta dan tinggal di rumah KH. Ali Maksum 1959-1963, Gus Dur bersekolah di Pondok Pesantren Tambak Beras Jombang di bawah asuhan kakek dari pihak ibu KH. Bisri Syamsuri. Selama ini, ia juga diminta untuk mengajar siswi yang lebih muda, termasuk Sinta Nuriyah kelak menjadi istrinya. Kemudian ia melanjutkan studinya ke Mesir, sebelum keberangkatannya ke mesir ia telah melamar seorang gadis dan pernikahannta dilaksanakan ketika ia berada di Mesir.

Pemikaran Pribumisasi Islam Gus Dur

Pribumisasi Islam menggambarkan islam sebagai ajaran yang bersumber dari Tuhan yang mengakomodasi budaya tanpa menghilangkan identitasnya masing-masing. Sehingga tidak ada proses penyamaan dengan praktik keagamaan muslim di Timur Tengah atau Arabisme. Pribumisasi islam adalah upaya agar tidak menghilangkan budaya lokal, intinya pribumisasi adalah kebutuhan bukan menghindari polarisasi antara agama dan budaya.

Tema pribumisasi Islam muncul dalam dua karya Gus Dur. Pertama, antologi Muntaha Azhari dan Abdul Mun‟im Saleh, "Pribumisasi Islam", dan kedua, artikel kolom "Salahkah jika dipribumikan" di majalah Tempo pada 16 juli 1983. Tetapi secara umum pribumisasi islam tercermin di hampir seluruh pemikirannya. Gus Dur berpikir tentang "pribumisasi Islam" sebagai jawaban atas masalah yang dihadapi umat Islam sepanjang sejarah, yaitu bagaimana mempertemukan budaya (‘âdah) dengan norma (sharî„ah), yang juga menjadi masalah dalam usul al-fiqh.

Gus Dur berpendapat bahwa tumpang tindih antara agama dan budaya akan terus terjadi sebagai proses yang akan memperkaya kehidupan dan membuatnya tidak kering. Menurutnya, agama (Islam) dan budaya memiliki independensi masing-masing, tetapi keduanya memang memiliki wilayah tumpang tindih, seperti halnya filsafat dan ilmu pengetahuan. Tidak ada yang bisa berfilsafat tanpa ilmu pengetahuan, tetapi ilmu pengetahuan juga tidak bisa dikatakan filsafat. Diantara keduanya terjadi tumpang tindih tetapi berbeda.

Pribumisasi islam merupakan pembaruan pemikiran Gus Dur yang menarik dikarenakan sifat dan semangat pemikirannya seperti melawan gagasan pembaharuan lain yang mengararah pada penyebaran ajaran islam yang luas, sedangkan pribumisasi islam lebih mengarah ke tempat jenis islam lokal.

Bebrapa kalangan khawatuir bahwa pribumisasi akan mengarah pada percampuran ajaran islam yang membuat islam menjadi ajaran sinkretisme. Pemikiran ini tidak bermaksud meninggalkan norma demi budaya tetapi agar norma=norma tersebut mampu menmput budaya setempat. Jadi, menurut Gus Dur Pribumisasi islam bukanlah sinkretisme dan jawanisasi. Karena Pribumisasi islam dibutuhkan untuk menunjukan bukti bahawa islam itu dinamis, universal dan cocok bagi semua.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image